Araisy 47

3.3K 151 1
                                        

'Kenapa?'

Itu adalah satu kata yang Ara ucapkan dalam batinnya. Tak ada pertanyaan lain selain 'kenapa?'.

Kenapa harus Vino? Kenapa bukan Ara? Kenapa Tuhan tidak adil pada Ara? Kenapa Ara harus mengalami yang namanya penyesalan? Kenapa, kenapa, dan kenapa.

Tangisan gadis yang kini tengah terduduk di atas kursi roda bukannya mereda, namun malah semakin deras. Mengingat kembali kenangan-kenangannya bersama si mantan kekasih. Sakit. Ara merasakannya sudah terlalu sering. Hingga gadis itu sangat-sangat mengerti rasanya.

"Vino, kehilangan banyak darah, terlebih salah satu ginjalnya luka."

"Ini salah gue. Hiks... Andai Vino nggak nyelametin gue mungkin sekarang gue yang terbaring di sini. Bukan dia."

Fatha segera mengelus lengan Ara. Berusaha untuk menenangkannya.

"Vino sayang sama lo. Makannya dia lakuin itu. Lo harus kuat buat Vino. Biar pengorbanan dia nggak sia-sia."

"Bener yang dibilang Fatha, Ra. Lo harus kuat." Kini Rendi yang mengucapkannya.

Ara masih terus menggenggam tangan yang dipasang oleh infus itu. Sembari terus memohon agar Vino segera sadar. Mengamati dengan detail pahatan wajah laki-laki yang masih setia memejamkan matanya itu.

Vino itu laki-laki paling tampan bagi Ara. Tentunya setelah ayahnya dan Rio. Laki-laki playboy yang dengan seenaknya menyelingkuhi Ara, dan menjadikan Ara selingkuhannya. Namun, dia juga laki-laki yang membuktikan pada Ara bahwa dia mencintai Ara tulus.

"Bangun, nggak capek apa tidur mulu?"

"Nggak mau nemenin gue?"

"Nggak kangen apa sama gue?"

"Gue kangen pingin nampol lo, Vin."

Ara terus bergumam, berharap Vino mendengar gumamannya dan bangun setelah mendengarnya. Namun, sayangnya laki-laki itu masih setia memejamkan matanya.

Rendi yang melihat Ara sangat kacau merasa tak tega sekaligus merasa perih menggeregoti setiap inci hatinya. Gadis yang dia cintai sebegitu hancurnya karena melihat Vino terbaring di atas brangkar rumah sakit. Rendi sadar, mau bagaimanapun Ara membenci Vino, tetap saja hatinya akan jatuh untuk Vino. Rasa benci itu tak sebanding dengan rasa cintanya. Rendi sadar, mau bagaimanapun usahanya, mau seberapa seringpun dia ada di samping gadis itu. Jika hati Ara sudah tertanam nama Vino, sampai kapanpun Rendi akan sulit untuk menebasnya. Karena ruang hati gadis itu sudah dipenuhi oleh Vino di setiap sudutnya. Tak ada celah baginya untuk mennyeruak, memaksa ditempatkan dalam ruang hati gadis itu. Apa Rendi harus mengalah lagi ? Iya. Dia harus mundur, harus rela Ara bersama Vino.

"Ada yang mau gue tunjukin buat lo."

Ara menolehkan pandangannya pada Fatha.

Fokusnya beralih pada album biru muda yang sempat dia lihat di kamar Vino waktu itu. Album tentang Vino dan Diva. Apa maksud Fatha menyodorkan benda itu pada Ara?

"Lo harus liat isinya. Sampai akhir."

Ya. Ara memang saat itu tidak melihat album itu sampai akhir. Karena hatinya sakit, sesak melihat lembar-demi lembar kenangan Vino dengan Diva. Apa lagi tulisan itu.

Fatha menggoyangkan album itu pelan. Meminta Ara segera menerimanya.

Ara melepas genggaman tangannya pada Vino. Dengan ragu dia mulai menggapai album biru itu. Dengan ragu pula perlahan ia membuka lembaran kenangan Vino dan Diva.

Melihat foto-foto itu lagi, seolah kembali menabur air garam pada lukanya yang masih basah. Menyaksikan betapa bahagianya Vino dan Diva. Melihat rangkaian kata ungkapan cinta Vino untuk Diva.

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang