Setelah seharian Ara mengurung diri di kamar, kini gadis itu sudah keluar dari kamarnya, bahkan sudah siap dengan seragam Nusa Bangsa yang berwarna maroon. Kini dia berda di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
Matanya sudah tak terlihat membengkak karena dia kompres menggunakan air es. Tak ada raut wajah sedih, tak ada tatapan sendu. Semua itu sirna, seolah kemarin tak terjadi apa-apa pada gadis itu. Ara menunjukkan raut wajah cerianya, bahkan kecerewetan Ara tetap dia tunjukkan. Keluarganya pun sudah paham, Ara yang sedari dulu begitu, tak mau terlihat murung di depan orang lain. Dia tak mau orang lain menagnggapnya cengeng, ataupun lemah.
"Kamu mau sarapan pakai nasi goreng atau roti aja sayang?"
"Nasi goreng aja deh, bun."
Bunda Ara segera mengambilkan nasi goreng ke piring Ara, dan segera Ara lahap dengan semangat. Ayah dan bundanya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri mereka. Sementara Rio hanya acuh pada Ara. Sudah biasa dengan tingkah kakaknya yang tak ada manis-manisnya sama sekali di mata Rio.
"Bunda, ayah, Ara berangkat sekarang aja ya."
"Rio juga." Ucap Rio, yang ikut berdiri sembari meminum susunya.
"Hati-hati bawa mobilnya sayang."
"Iya ayah."
Ara berdiri menyalami tangan kedua orang tuanya, begitu pula dengan Rio.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Ara segera memeasuki mobilnya, dan mulai menajalankannya memebelah jalanan yang padat akan kendaraan untuk sampai ke sekolahnya.
Akhirnya, mobil yang Ara kendarai sampai di sekolahnya, setelah Ara memarkirkan mobilnya, dia berjalan menuju kelasnya. Ara mendapati Anggi yang sudah duduk di bangkunya dengan manis. Ara segera mendudukkan dirinya di samping Anggi. Ara belum menceritakan perihal putusnya dia dengan vino, kalau sampai Anggi tahu, Ara jamin Anggi pasti akan sangat bahagia. Terkesan jahat memang jika Anggi bahagia di saat sahabatnya patah hati. Namun, memang menurut Anggi lebih baik begitu dari pada Ara selalu tersakiti.
"Eh, Ra. Katanya Vino putus sama salah satu pacar dia kemarin. Siapa yah, Ra kira-kira?"
Ara segera memicing ke arah Anggi, merasa tersindir oleh pertanyaan Anggi karena Ara lah yang kemarin putus dengan Vino. Tapi, Ara tahu Anggi tidak bermaksud menyindir. Karena kabar Vino putus dengan salah satu pacarnya itu sudah menjadi hal yang biasa. Anggi juga tidak tahu Ara sudah putus.
"Gue."
"HAH?!!"
Pernyataan Ara membuat Anggi memekik karena saking kagetnya. Seorang Ara putus dengan Vino adalah salah satu keajaiban yang selalu diimpikan oleh Anggi. Dan kini hal tersebut menjadi nyata. Anggi tak salah dengar bukan?
"Serius, Ra?! Kok bisa?"
Ara menghembuskan nafasnya kasar. Sebenarnya dia tak ingin membahas hal ini. Tapi, Anggi pasti akan terus merecokinya jika Ara tidak menceritakan alasan putusnya dengan Vino.
"Bisa lah, Gi. Gue yang putusin dia."
"Kenapa? Bukannya lo sayang sama dia?"
"Sayang sih, sampai sekarang. Tapi, gue akan usahain buat nggak sayang lagi sama dia. Lo harus bantuin gue buat bisa nggak sayang lagi sama dia. Oke?"
Anggi dengan semangatnya mengangguk.
"Alhamdulillah deh. Syukur kalau gitu. Berarti mata hati lo udah terbuka dengan lebar. Lo emang harusnya putus tuh dari dulu, Ra. Gue bilang juga apa kan. Vino tuh nggak ada bagusnya sama sekali kalau disandingin sama lo." Seru Anggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...