Ara saat ini tengah berada di atas motor Rendi bersama Rendi membelah jalanan ibu kota. Hari sudah semakin sore, senja sudah mulai muncul di ufuk barat.
Ara yang sebelumnya cerewet, kini hanya diam tak bersuara. Rendi melirik Ara dari kaca spion miliknya. Mata Ara nampak berkaca-kaca, namun gadis itu tidak juga mengeluarkan air matanya. Rendi tak bisa membiarkan Ara seperti ini. Akhirnya Rendi meminghirkan motornya, dan berhenti di pinggir jalan, tepat di sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai. Ara yang menyadari Rendi berhenti langsung mengernyitkan dahinya, heran untuk apa berhenti.
"Kenapa?" Tanya Ara.
Rendi sedikit memiringkan tubuhnya untuk melihat Ara.
"Turun dulu."
Ara menurutinya, dia langsung turun dari motor Rendi dan diikuti oleh Rendi. Rendi mendekati pembatas jembatan itu, disusul oleh Ara.
"Kalau mau nangis kenapa ditahan?"
Ara langsung menatap Rendi yang berdiri di sampingnya tengah berdiri dengan bertopang pada pembatas.
"Penting banget gitu buat lo tahu?"
"Lo tuh ya, dalam keadaan kaya gini aja masih nyebelin."
Ara hanya diam. Gadis itu lebih memilih menatap senja yang ada di depannya.
"Gue nggak mau kelihatan lemah." Ucap Ara memecah keheningan yang beberapa saat menyelimuti keduanya.
"Gue rasa, nangis itu buat orang-orang lemah. Apa lagi nangisin laki-laki. Gue nggak pingin."
Rendi menatap dalam pada Ara. Dia sempat terpesona oleh kecantikan Ara yang alami dari samping.
"Tapi, kalau saat lo bener-bener merasa sakit, nangis bukan berarti lo itu lemah. Terkadang emang semua yang lo rasain cuma bisa lo ungkapin dengan nangis. Supaya lega. Kalau lo mau, pundak gue bisa lo jadiin sandaran, dada gue bisa lo pinjem buat meredam tangisan lo."
Ara langsung menatap kepada Rendi yang saat ini juga tengah fokus menatapnya. Entahlah tatapan apa itu, Ara juga tidak tahu. Tatapan mata Rendi begitu tenang bagi Ara. Ara langsung tersenyum menatap Rendi. Laki-laki yang baru saja dikenalnya, namun bisa begitu baik pada Ara dan bisa membuatnya tenang. Rendi tertegun melihat senyuman manis Ara, entah kenapa jantungnya berdegup lebih cepat, apakah ini tanda dia sudah jatuh pada gadis bernama Araisy?
"Thanks. Nanti kapan-kapan kalau gue butuh, gue bakal bilang."
Rendi membalas senyuman Ara.
"Ya udah. Gue anter pulang sekarang yuk."
Ara mengangguk, dan langsung mengikuti Rendi ke arah motornya.
Motor yang kedua orang itu tumpangi baru berjalan beberapa menit yang lalu, dan kini adzan maghrib sudah berkumandang. Ara sedikit memajukan kepalanya ke samping Rendi agar lebih dekat.
"Di depan masjid berhenti dulu." Seru Ara.
Rendi yang menyadari kepala Ara begitu dekat dengannya, jujur membuatnya lagi-lagi merasa jantungnya menggila.
Melihat kepala Rendi yang mengangguk, Ara lantas memundurkan kembali kepalanya.
Rendi menghentikan motornya tepat di parkiran masjid. Mereka segera turun dari motor.
"Kita solat dulu aja di sini."
Rendi mendengarkan ucapan Ara menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua segera menuju ke tempat wudlu. Rendi ke tempat wudlu laki-laki, sedangkan Ara ke tempat wudlu perempuan. Setelah selesai berwudlu keduanya segera memasuki masjid. Ara dan Rendi segera melaksanakan solat berjamaah bersama pada jamaah yang lain.
Setelah solat selesai, Rendi berniat ingin keluar, dia berdiri hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam masjid. Namun, saat itu juga dia terpaku, menatap Ara yang tengah berdoa dengan khusyuknya masih menggunakan mukenanya. Rendi lagi-lagi terpesona dengan Ara. Melihat Ara yang mengenakan mukena membuat hatinya merasa tenang melihatnya.
Ara mengusapkan telapak tangannya ke wajah, pertanda gadis itu sudah mengakhiri doanya. Tak sengaja matanya menatap Rendi yang masih terpaku tak jauh dari hadapnnya tengah menatapnya. Ara menatap Rendi dengan bingung. Sementara Rrndi yang tertangkap basah sedang memperhatikan Ara langsung salah tingkah. Namun, tetap mempertahankan sikap coolnya. Akhirnya Rendi segera bergegas keluar.
Ara hanya mengacuhkan hal tersebut. Dan segera melepas mukena yang dipakainya lalu melipatnya dan bergegas keluar menyusul Rendi.
Ara yang baru keluar dari dalam masjid langsung melihat ke arah Rendi yang sudah menunggunya dengan duduk di atas motornya. Ara segera berjalan menghampiri laki-laki itu. Ara berdiri tepat di hadapan Rendi dengan bersidekap dada.
"Lo ngapain tadi liatin gue?" Tanya Ara pada Rendi.
Rendi hanya diam saja sambil menatap mata Ara.
Ara langsung memicingkan matanya menatap Rendi.
"Lo terpesona ya sama gue?"
Rendi tersenyum manis ke arah Ara.
"Kalau iya gimana?"
Ara langsung menegang mendengarnya. Niatnya tadi hanya menghoda Rendi, kenapa justru malah Rendi yang berbalik menggodanya. Ara yakin, ucapan Rendi hanya sebuah candaan, tak ada maksud serius di dalamnya. Ara segera bersikap santai kembali menanggapi omongan Rendi yang menurutnya adalah candaan.
"Gue tahu kok. Gue emang selalu bisa buat cowok terpesona. Secara gue kan cantik." Sombong Ara sambil mengibaskan rambutnya.
Dugaan Rendi yang mengira Ara akan salah tingkah ternyata salah besar. Bukannya malu-malu atau salah tingkah, Ara malah dengan percaya dirinya bersikap menyombongkan diri di depan Rendi. Benar-benar gadis langka. Dan tanpa Ara sadari, itulah yang membuat Rendi semakin tertarik pada Ara.
"Iya lo cantik. Sampai bisa bikin gue begini."
Ara menatap Rendi bingung. Ara tidak mengerti dengan ucapan Rendi barusan. Begini bagaimana maksudnya?
"Maksudnya? Begini gimana?"
"Pingin natap lo terus." Ucapnya dengan menatap mata Ara dalam.
Ara yang ditatap seperti itu tentu jadi salah tingkah sendiri. Bagaimana tidak? Rendi menatap Ara tepat di matanya dengan pandangan yang begitu dalam. Rendi yang menyadari Ara yang salah tingkah pun terkekeh dan mengacak rambut Ara dengan gemas.
"Rendi! Berantakan rambut gue!"
Rendi langsung menurunkan tangannya akibat pukulan dari Ara.
"Udahlah. Ayo pulang, keburu kemaleman."
Ara mengangguk setuju dengan ucapan Rendi. Ara langsung naik ke boncengan Rendi. Setelahnya motor uang mereka tumpangi segera melaju meninggalkan area masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...