Araisy 11

3.1K 188 4
                                    

Ara dan Rendi sudah menyelesaikan acara makan keduanya, dan Rendi segera bergegas ke arah kasir untuk membayar pesanan mereka berdua. Setelahnya Rendi dan Ara bermaksut segera pulang. Namun, saat sampai akan melangkah keduanya terhenti lantaran seseorang yang menghadang langkah mereka berdua. Ara dan Rendi menatap wajah orang di depannya yang diliputi oleh aura kemarahan.

Ara sontak melebarkan matanya ketika menyadari siapa orang itu. Dia adalah Vino.

"Bagus. Jalan sama cowok lain." Ucap Vino sambil menatap Ara dan Rendi sinis.

Ara terdiam mematung  dan menundukkan kepalnya di tempatnya berdiri. Ara benar-benar takut akan kemarahan Vino.

"Lo siapa?" Pertanyaan tersebut keluar adri mulut Rendi.

"Gue pacarnya Ara! Lo yang siapa?!"

Rendi sempat terkejut mendengarnya. Rupanya Ara sudah memiliki kekasih. Jujur Rendi sedikit merasa kecewa, karena Rendi merasa tertarik pada Araisy, namun ternyata gadis itu sudah memiliki kekasih.

"Gue Rendi. Temennya Araisy." Jawabnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Vino.

Vino hanya menatap uluran tangan Rendi dengan remeh. Rendi yang sadar uluran tangannya tak disambut oleh Vino langsung menarik tangannya kembali.

"Setahu gue Ara nggak pernah punya temen cowok. Apalagi itu elo! Gue baru tahu."

Baru Rendi akan mengucapkan sesuatu, Vino sudah memotongnya dahulu.

"Oh, atau jangan-jangan ini selingkuhan lo ya, Ra?! Lo mau bales perbuatan gue?! Iya kan?!"

Ara langsung mendongak, menatap Vino dengan pandangan tak percaya. Bagaimana bisa Vino menuduhnya begitu?

"Enggak, Vin! Gue sama Rendi cuma temenan! Bahkan gue baru kenal tadi sama dia!"

"Baru aja kenal udah mau aja diajak makan bareng. Dipegang-pegang! Emang lo nya aja yang ganjen!"

Rendi yang mendengar ucapan Vino langsung mendorong bahu Vino dengan keras. Kekasih macam apa Vink itu?! Tega menghina pacarnya sendiri.

"Lo kalau ngomong jangan asal!"

"Loh, emang bener. Kalau dia nggak ganjen, harusnya dia nggak akan mau diajak jalan sama orang yang baru dia kenal. Apalagi dia udah punya pacar!"

Hati Ara benar-benar sakit, hatinya seolah tercubit mendengar penuturan Vino. Apa seperti itu Ara di pandangan Vino? Ara sudah ingin menangis, namun sekali lagi Ara ingatkan. Dia tidak ingin menjadi gadis lemah. Ara tidak ingin menangisi laki-laki.

Rendi langsung mencengkeram kerah Vino. Rendi tidak terima dengan ucapan Vino.

"Jaga mulut lo!"

Tiba-tiba saja Fatha dan Bagas menghampiri mereka. Fatha dan Bagas jaga-jaga agar tidak terjadi keributan yang lebih parah lagi.

"Kenapa?! Bener kan. Dia ganjen!"

Rendi hendak meninju wajah Vino. Namun dengan segera Ara menahannya. Ara tidak ingin Rendi melakukan kekerasan pada Vino. Biar bagaimanapun Ara tak akan pernah tega. Apalagi sekarang semua mata penginjung restoran terarah pada mereka.

"Cukup! Kita pulang aja, Ren. Anterin gue pergi dari sini!"

Rendi langsung melepaskan cengkeramannya pada kerah Vino, dan beralih menatap kepada Ara yang sudah berkaca-kaca.

"Gue mohon kita pergi."

Akhirnya Rendi pergi dengan menghandeng tangan Ara. Dan melemparkan tatapan tajamnya pada Vino

Sedangkan Vino yang melihat kepergian Ara dan Rendi menggeram menahan emosinya. Bagaimana bisa Ara lebih memilih minta diantar pulang oleh Rendi dibanding dirinya, yang notabennya adalah pacar Ara.

"Lo kelewatan tahu nggak, Vin!"

Vino mrlirik malas ke arah Fatha.

"Nggak seharusnya lo kaya gitu. Lo nyakitin Ara lagi! Gue bener-bener bingung ngadepin sikap lo yang kaya gini! Sumpah, gue bener-bener kesel sama lo!"

Setelahnya Fatha langsung pergi dari sana.

Bagas menepuk pundak Vino.

"Dinginin dulu kepala lo. Sekarang kita pulang. Terus lo pikirin masalah ini. Jangan cuma nyalahin Ara, intropeksi diri juga penting, Vin."

"Emang ini salahnya Ara!"

Bagas berdecak kesal mendengarkan ucapan Vino itu.

"Udahlah pulang aja!"

Bagas akhirnya pergi mendahului Vino keluar dari restoran itu.
.
.
.

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang