Vino tengah melangkah menuju toilet, langkahnya terhenti karena seseorang yang berdiri di depannya. Vino hanya menatapnya, menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'apa?'.
Sementara orang yang berada di hadapan Vino hanya tersenyum meremehkan, tapi pancaran dari matanya menandakan kemarahan yang siap meledak kapan saja yang dia mau.
"Kaya nggak punya malu banget ya lo?"
Vino yang mendengar pertanyaan dari lawan bicaranya bingung sekaligus kesal. Tapi, Vino menahan diri agar tak terpancing dan memberikan bogeman mentah kepada orang yang menghalangi jalannya.
"Maksud lo apa?!"
Orang itu tersenyum sinis menatap Vino dari atas sampai bawah.
"Gue akui lo itu punya tampang yang bisa buat cewek-cewek memohon untuk jadi pacar lo, tapi tingkah lo, nggak lebih dari pada sampah! Murahan!"
Vino mulai terpancing, Vino tak terima dengan apa yang orang itu bilang. Vino langsunh meraih kerah orang di hadaapnnya.
"Masalah gue sama lo apa?!"
"Lo nyakitin orang yang berusaha gue lindungi! KAKAK GUE! Araisy Denata Putri!"
Satu tinjuan melayang di wajah Vino berasal dari Rio, hingga membuat Vino yang belum siap terhuyung ke belakang. Namun, Vino dapat menyeimbangkan tubuhnya hingga dia tak terjatuh.
Vino menggeram kesal dengan tingkah orang yang ada di hadapannya ini. Vino yang tak terima langsung membalas memukul Rio tepat di sudut bibirnya hingga sedikit mengeluarkan darah.
Saat Vino ingin memukulnya lagi Rio dengan sigap menangkisnya dan menendang perut Vino. Menyebabkan Vino terjatuh dan menringis memegang perutnya.
Perlu diketahui bahwa Rio sempat mengikuti lomba karate tingkat nasional dan mendapatkan juara dua. Lantas untuk urusan berkelahi, Rio tak usah diragukan lagi.
"Kalau gue tau lo lukain kakak gue lagi, lo akan dapet lebih dari ini! Ngerti lo?!"
Setelah itu Rio pergi meninggalkan Vino yang masih meringis memegangi perutnya.
Sudah dibilang bukan, Rio tak akan tinggal diam melihat kakaknya disakiti. Rio berusaha menjaganya, sementara orang yang baru masuk ke kehidupan kakaknya malah menyakitinya. Bukan secara fisik, tapi secara batin. Maka Rio tak akan terima atas apa yang Vino lakukan. Selama ini Rio hanya diam melihat tingkah vino yang menyelingkuhi kakaknya, menyakiti hatinya sedemikian rupa. Tapi, hari ini dia tak bisa berdiam diri saat Vino tadi membentak kakaknya.
🍁🍁🍁
Araisy tengah berada di rooftop bersama dengan Anggi saat jam istirahat ini. Sebelumnya Anggi membeli makanan dahulu untuk dimakan berdua dengan Ara. Sementara Ara pergi menuju rooftop dahulu dan disusul oleh Anggi. Di sini Ara hanya ingin menenangkan dirinya, kalau di kantin tempat itu terlalu ramai. Terlebih bisa saja Ara menjumpai Vino bersama apacarnya yang lain tengah suap-suapan. Hal itu sudah biasa Ara saksikan, tapi tetap saja hatinya serasa tergores benda tak kasat mata.
"Ra, putusin aja si Vino itu. Cuma nyakitin elo kan?"
Kata-kata itu sudah sering kali Ara dengar dari mulut sahabatnya. Setiap hari kata itu yang terlontar. Tapi, Ara tetaplah Ara, gadis yang memiliki kekeras kepalaan yang amat sangat tinggi. Berulang kali Anggi menyuruhnya putus, maka Ara juga akan berulangkali menolak. Ara masih mau bertahan. Rasa sakitnya tertutupi oleh rasa sayangnya kepada Vino. Sementara Anggi yang mendengar pengakuan jujur sahabatnya justru menganggap itu adalah hal bodoh yang dilakukan sahabatnya.
Anggi menghela nafasnya kasar. Percuma juga setiap hari dia meminta Ara mengakhiri hubungannya dengan Vino, tak akan pernah terwujud jika Ara belum merasa ingin putus. Mungkin Ara harus merasakan sakit berkali-kali lagi untuk mau putus dengan manusia tak berperasaan bernama Vino. Tapi, kapan? Ara sudah berkali-kali terluka karena laki-laki itu.
"Lo tuh antara tahan banting dan bego tau nggak si, Ra?! Cowok kaya gitu lo pertahanin?!"
Ara menghembuskan nafasnya. Dia tak marah dengan ucapan Anggi, karena itu kebenarannya. Dia juga mengakui dirinya bodoh, sangat bodoh. Ara juga senang memiliki sahabat seperti Anggi yang tak lelah menghadapi kelakuannya sedari dulu.
"Gue belum pingin nyerah,Gi."
"Mau nunggu apa lagi? Mau nunggu dia bikin hati lo mati?!"
"Mungkin iya."
Anggi yang mendengar pernyataan itu membulatkan matanya. Tak menyangka dengan pengakuan itu.
"Gila lo."
"Gila gini juga sahabat lo." Balas Ara dengan senyuman membanggakan diri pada Anggi.
Anggi hanya membalasnya dengan merotasikan bola matanya, jengah.
"Tadi di kantin gue liat adek lo sudut bibirnya luka. Kaya habis berantem, Ra."
Ara mengernyitkan dahinya. Karena Rio sangat jarang berkelahi. Lagi pula tadi pagi di rumah adiknya baik-baik saja. Apa adiknya berkelahi di sekolah? Dengan siapa? Mungkin akan dia tanya nanti pada adiknya saat di rumah. Tunggu saja introgasi dari Ara. Ara tak pernah mau melihat adiknya terluka.
"Nanti coba gie tanya sama tuh anak. Tumben dia berantem."
Anggi berfikir sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan opini yang membuat Ara kaget mendengarnya.
"Mungkin berantem sama Vino?" Ucapan Anggi terdengar bukan seperti pernyataan, namun lebih ke pertanyaan.
"Masa sih?"
"Ra, mungkin aja kan. Lagian itu opini gue."
Ara pikir mungkin saja, walaupun dia juga tidak yakin.
"Bentar lagi bel masuk nih. Turun yuk."
Anggi hanya mengangguk dan mengikuti Ara yang mulai meninggalkan rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Novela JuvenilLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...