Araisy 45

3K 133 1
                                    

BRAKKK

"ARAA!"

Dobrakan pintu yang keras membuat atensi kedua gadis yang ada dalam ruangan redup cahaya itu menoleh ke arah pintu. Dalam hati Ara bersyukur melihat Rio, Vino, Fatha Bagas, dan Rendi berada di sana. Mereka menemukannya.

Sedangkan gadis yang lainnya berdiri mematung sejenak. Merasa terkejut akan kedatangan kelima pemuda itu. Namun, itu tak akan membuat ketakutannya muncul. Dia justru semakin berambisi untuk segera menyingkirkan Ara. Katakanlah dia gila, karena memang itu kenyataannya. Jika dia tidak bahagia, maka gadis di depannya juga tidak boleh bahagia. Begitu pula mantan kekasihnya, Vino.

"LEPASIN ARA!!" Seru Vino, yang saat ini wajahnya sudah memerah menahan amarahnya uang siap ia lampiaskan pada gadis itu.

Rio yang melihat kakaknya dengan darah yang mengalir deras pada kedua kakinya segera mengepalkan tangannya erat, hingga urat-urat pada tangannya tercetak dengan jelas. Rio benar-benar tidak terima ini.

Vino berjalan mendekat ke hadapan gadis itu, dengan tatapan mata yang kian menajam. Menghunus tepat pada obsidian gadis, yang tak lain mantan kekasihnya.

"Lepasin Ara!" Tandasnya dingin.

Gadis itu hanya menanggapinya dengan senyum miring. Dia tidak takut dengan tatapan tajam itu.

Saat dua orang itu tengah bersitegang, saling berperang dengan tatapnnya. Rio berjalan menghampiri kakaknya. Dia tahu, Ara sudah tidak tahan lagi menopang kakinya.

Namun baru dua langkah dia berjalan...

"BERHENTI DI SITU ATAU GUE AKAN BUNUH ARA SEKARANG." Ujar gadis itu menatap Rio tajam, sambil mengarahkan pisau yang dia pegang ke arah perut Ara.

Vino yang melihatnya segera menepis tangannya yang sedang mengarahkan pisu ke arah Ara saat gadis itu lengah. Berhasil! Pisau itu terjatuh. Vino segera mendorong tubuh gadis di hadapannya hingga gadis itu tersungkur. Hal itu dimanfaatkan oleh Rio dan Rendi untuk segera melepaskan Ara dari ikatan tali-tali itu. Membawanya turun dan mendudukannya di lantai.

Ara segera mengahmbur ke pelukan Rio. Menangis histeris di pelukan adiknya. Entah apa yang akan terjadi padanya jika mereka semua tidak datang.

Kembali pada Vino. Laki-laki itu berjongkok di hadapan gadis itu. Lalu tangan kekarnya mencengkeram rambutnya, dan menariknya kasar.

"Akhh!"

"Maksud lo apa nyekap Ara?!" Tanyanya dengan tajam.

"GUE MAU BUNUH DIA! GARA-GARA DIA LO MUTUSIN GUE!"

"SEBELUM LO BUNUH ARA, GUE DULUAN YANG AKAN BUNUH LO, KARIN!!"

Karin menaggapinya dengan terkekeh sinis. Dia tak takut.

"Gue nggak takut!"

"Wow! Nggak takut?!! Lo di sini cuma sendiri."

Karin yang mendengar ucapan itu mengerutkan kening. Bagaimana bisa dia sendiri? Banyak anak buahnya yang menjaganya.

"Anak buah lo udah tumbang semua." Lanjut Vino dengan senyum miringnya. Saat dia menyadari kebingungan mantan kekasihnya ini.

'Sial!'

Benar juga. Karin baru menyaari bahwa mereka sudah masuk kemari berarti anak buahnya kalah.

Vino meraih pisau lipat yang ada di dekatnya. Memainkan salah satu sisinya pada pipi Karin dengan gerakan lambat.

"Lo buat Ara luka."

"Lo juga harus rasain kulit lo digores pakai ini."

Rasa cemas seketika menyelimuti Karin.

Sret

"Argghh."

Sisi tajam pisau itu menggores lenfan kanannya. Perih.

Sreettt

" ARGHH. STOP"

Vino kembali menggoreskan pisau itu pada lengan kanannya, namun lebih dalam dan lebih panjang dari sebelumnya.

Fatha yang menyaksikan Vino semakin brutal melukai Karin, segera mendekati laki-laki itu. Begitu pula dengan Bagas.

"Berhenti, Vin!"

Fatha mencekal lengan Vino, saat dia ingin menggoreskan pisau itu lagi pada Karin.

"Dia cewek, udah cukup." Tandasnya lagi.

"Sekarang lo samperin dah neng emesh. Biar nih cewek urusan kita."

Vino yang mendengan perkataan Bagas segera melepaskan pisau di genggamannya dan berjalan mendekati Ara.

Sementara Bagas dan Fatha bersiap menahan Karin agar tidak melakukan hal nekat.

Namun, sebelum Fatha dan Bagas sempat mengamankan Karin. Gadis itu diam-diam sudah mengeluarkan pistol dari saku jaketnya, dan mengarahkannya pada Ara. Tak menunggu lama dia menarik pelatuk pistol itu.

DOR

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang