"Assalamualaikum everybody."
Suara berisik menginterupsi orang yang berada di dalam rumah. Suara berisik itu ditimbulkan oleh gadis yang baru pulang sekolah.
"Waalaikumsalam."
Ara yang awalnya hendak menuju kamarnya terhenti di ruang TV, dia melihat adiknya yang tengah sibuk menonton TV. Sesekali mulutnya mengunyah keripik yang ada di pangkuannya. Ara segera menghampiri Rio.
"Bunda belum pulang, Yo?"
"Belum."
Seakan teringat sesuatu, Ara menepuk bahu Rio dengan antusias, sementara Rio meringis karena ulah kakaknya yang menepuk bahunya dengan begitu keras.
"Yo, gue inget sesuatu."
Rio hanya menaikkan alisnya.
"Lo tadi berantem ya?!"
Rio hanya berdeham menanggapi pertanyaan itu. Sesantai itu, dia tak takut jika kakaknya mengomelinya, lagi pula menurut Rio, apa yang dia lakukan itu tak salah.
"Sama siapa?"
"Cowok lo."
"Cowok gue? Si Vino?!"
Memang siapa lagi pacar Ara selain makhluk tak berperasaan bernama Vino itu?
"Ya ampuuunn, Yo! Lo kenapa sih cari ribut mulu? Luka kan muka lo. Vino juga pasti luka kena pukulan lo. Lo anteng aja kek di sekolah, nggak usah cari ribut, kalau ketahuan guru BK gimana?! Heran gue, cowok kok suka banget sih berantem? Untungnya apa coba?"
Ara tak sempat mendengar balasan Rio, dia langsung berjalan menuju tempat kotak obat untuk mengobati luka Rio. Walaupun hanya luka kecil, tetapi Ara tak mau luka di wajah adiknya dibiarkan begitu saja. Ara tak akan tega.
Ara kembali ke hadapan Rio membawa kotak obat, dan mulai mengobati luka adiknya.
"Lain kali lo nggak usah berantem-berantem. Sok jagoan banget."
"Gue nggak terima dia ngebentak lo."
Ara menekan luka Rio, sehingga membuat Rio meringis.
"Nggak usah gitu juga. Gue aja nggak kenapa-napa."
"Nggak apa-apa, tapi lo sedih kan?"
Ara hanya diam tak menanggapi. Setelah selesai mengobati adiknya, Ara membereskan kotak P3K yang dia pakai dan mengembaliknnya di tempat semula.
"Pokoknya gue nggak mau liat atau denger kabar lo berantem lagi. Awas aja lo kalau sampai gue tau lo berantem lagi. Gue aduin sama Bunda dan Ayah biar motor lo disita. Ngerti?!"
Rio hanya berdeham, dia tak janji akan menuruti titah kakaknya. Kalau sampai dia tahu Vino menyakiti kakaknya kembali, Rio akan melanggar perintah kakaknya. Tak peduli dengan ancaman Ara. Toh, motornya hanya disita selama dua minggu, bukan dijual.
🍁🍁🍁
Setelah makan malam Ara berada di kamarnya. Ini sudah empat hari berselang dari kejadian Rio yang menghajar Vino. Besok adalah hari Senin. Ara tengah sibuk menyiapkan tugas yang harus dikumpulkan esok hari. Sesekali pulpen yang dia gunakan dia ketukkan di dagunya seolah sedang berpikir. Kadang mulutnyapun ikut menggerutu karena beberapa nomor yang dirasa sulit. Tiba-tiba muncul notifikasi chat masuk di handphonenya.
Ara melihat dari siapa chat tersebut. Seketika Ara membelalakkan matanya. Chat tersebut dari Vino, beberapa hari ini Vino tak mengirim pesan atau telfon ke nomernya.
Vino😍
Ra?Araisy
Iya Vin?Vino😍
Aku mau ketemu besok di taman belakang. Ada yang mau aku omongin. Bisa kita ketemu?Ara nampak menimbang ajakan Vino. Apa yang mau Vino bicarakan dengannya?
Araisy
Bisa kok. Jam istirahat aja ya?Vino😍
Oke.
Tidur udah malem. Nggak usah belajar terus. Nanti capek.
Good night sayang❤😙Araisy
NightSetelahnya Ara langsung beranjak ke tempat tidur dan mulai memejamkan matanya.
.
.
.Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan rambut sebahu yang dia ikat jadi satu tengah duduk di bangku taman belakang sekolahnya pada jam istirahat kali ini, dia Ara yang sedang menunggu kedatangan Vino ke taman. Tak berselang lama dia menunggu. Orang yang ditunggunya datang dan duduk di sebelahnya.
"Mau ngomong apa?"
Vino tak juga menjawab. Dia masih berdiam sesaat.
"Maaf."
Ara mwngerutkan keningnya.
"Maaf udah bentam kamu waktu itu."
Ara paham sekarang.
"Santai aja, Vin. Mungkin gue emang childish."
Ara terkekeh mendengarkan ucapannya sendiri.
"Nggak, Ra. Aku nggak seharusnya bentak kamu. Untuk nebus kesalahan aku. Gimana kalau nanti pulang sekolah kita jalan-jalan? Mau ya?"
Kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua tak akan Ara sia-siakam. Ara langsung mengangguk antusias. Tak lupa dengan senyum di bibirnya dan matanya yang berbinar.
Vino terkekeh pelan mendapati tingkah menggemaskan Ara.
"Kalau gitu nanti tunggu aku di parkiran ya?"
"Oke Vino."
"Sekarang balik ke kelas aja. Udah mau masuk."
Ara dan Vino melangkah meninggalkan taman. Menuju ke kelasnya dengan bergandengan tangan sesejali bercanda selama perjalanan seolah tak memiliki masalah sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...