Seiring dengan kepergian Vino, senyum Ara pun turut luntur dari bibirnya. Namun, segera dia hadirkan senyumnya lagi ketika dia tetsadar, bahwa masih ada Fatha dan Bagas bersamanya. Sementara Bagas dan Fatha hanya merutuki Vino yang pergi meninggalkan mereka. Apalagi setelah mereka sekilas melihat raut wajah sendu pada Ara. Tingkat kekesalan mereka berdua bertambah pada Vino.
"Nggak usah sok tegar kalau lo terlalu sakit."
Ara yang mendengar suara Fatha, hanay tersenyum.
"Eneng emesh mau pulang sekarang atau nanti?"
"Gue mau ikut nengokin Kak Aira. Gimanapun juga, gue sama dia satu ekskul. Gue mau nengokin. Kalian mau ikut?"
Fatha dan Bagas yang mendengar penuturan dari Araisy sontak terkejut. Sebenarnya hati Ara ini terbuat dari apa? Terlalu tahan banting dengan sikap Vino. Apalagi sekarang dia malah mau menengok pacar Vino itu. Tak sakitkah hatinya? Haruanya itu tak perlu dipertanyakan lagi, sudah pasti gadis itu sakit hati. Namun, Ara tak mau memperlihatkan kerapuhannya.
"Lo yakin?" Tanya Fatha ragu.
Ara memngangguk dengan mantap.
Akhirnya Bagas dan Fatha mengikuti gadis itu untuk menjenguk Aira. Sebelumnya Bagas sempat bertanya pada Vino rumah sakit tempat Aira dirawat.
Setelah sampai di Rumah Sakit Kasih Bunda, mereka bertiga bergegas menuju reselsionis untuk menanyakan ruang rawat Aira.
"Permisi. Ruang rawat pasien atas nama Airana Siahaan ada dimana ya?"
"Sebentar saya carikan."
Petugas resepsionis nampak sibuk dengan komputer di hadapannya. Setelahnya memusatkan perhatian kepada tiga remaja yang baru bertanya.
"Ada di lantai enam, ruang VIP nomer sepuluh."
"Terimakasih."
Mereka lantas menjari ruang rawat uang tadi disebutkan. Setelah mereka menemukan ruang rawat Aira, mereka mengetuk pintu itu. Mereka masuk dan pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Aira yang tengah disuapi oleh Vino. Vino yang menyadari kedatangan ketiga orang tersebut sempat terkejut, begitupun Aira. Apalagi ada Araisy yang juga ikut menejnguk. Perlahan Fatha, Bagas dan Ara menghampiri Vino dan Aira. Hati Ara sempat sakit menyaksikan Vino menyuapi Aira. Namun, Ara tak berhak marah, karena itu juga hak Aira sebagai pacar Vino juga.
"Gimana keadaan Kak Aira?"
"Ya gini. Tulang kakai gue patah."
"Kasian banget kak. Terus gimana? Dioperasi?"
Aira hanya mengangguk menanggapi Ara.
Fatha dan Bagas sebenarnya tidak ingin menjenguk Aira. Mereka hanya ingin mengantarkan Ara saja. Lagi pula mereka memang tidak mentukai Aira sedari awal. Karena menurut mereka Aira itu terlalu terobsesi pada Vino. Terlahat sejak awal Aira yang selalu mencari perhatian dari Vino.
"Aira. Aku mau ke kantin dulu ya? Mau beli minum."
Aira mengangguk menanggapi pertanyaan dari Vino.
Vino hendak keluar sebelum kedua sahabtanya juga ikut keluar, karena Fatha dan Bagas tak betah berlama-lama satu ruang dengan Aira. Sementara Ara masih berada di ruangan itu.
Tak lama setelah kepergian Bagas, Fatha, dan Vino. Raut wajah Aira yang sebelumnya dipenuhi dengan senyum menyambut Ara. Kini berubah menjadi tatapan sinis menatap Ara. Ara yang ditatap sinispun bingung mendapati tatapan seperti itu.
"Dasar benalu!"
Ara mengernyitkan dahinya. Tak mengerti dengan ucapan Aira.
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...