"Lo mau ajak gue kemana sih Vin?" Tanya gadis itu dengan berteriak. Karena saat ini mereka tengah berada di atas motor yang melaju di tengah padatnya kendaraan di jalan raya.
Vino yang sebelumnya fokus mengendarai motornya membelah lautan kendaraan yang ada di jalanan ibu kota, segera mengalihkan atensinya ke pada seseirang yang sedang diboncengnya. Dia menatap ke depan. Namun sesekali matanya melirik ke arah sepion untuk melihat wajah gadis yang statusnya sebagai kekasihnya.
"Mau bawa kamu ketemu mamah?"
Ara yang mendengarnya langsung melebarkan senyuman di bibirnya.
"Serius?!" Tanyanya dengan antusias.
Vino hanya menganggukkan kepalanya. Tak lupa kekehan yang dia keluarkan karena merasa gemas dengan ekspresi Ara yang terlihat sangat senang bertemu dengan mamahnya.
"Ih, gue kangen banget sama mama. Kalau gitu kita mampir dulu ke toko brownis hayuk. Masa gue nggak bawain apa-apa buat mama sih."
"Mama juga kangen sama kamu. Kamu nggak usah bawa apa-apa, Ra. Kamu ke rumah aja mama pasti seneng banget."
Ara yang mendengarnya langsung mengerucutkan bibirnya. Ara akan merasa sangat tidak enak kalau berkunjung ke rumah Vino tapi tidak membawa apapun.
"Tapi, gue nggak enak atuh sama mama Vin."
"Udah, Ra tenang aja. Ini kan juga mama yang minta kamu ke sana."
"Beneran?"
"Iya Ra." Jawab Vino sebisa mungkin untuk meyakinkan Ara.
Akhirnya Ara diam, dan menurut untuk tidak membawa buah tangan untuk mama Vino.
.
.
.Kini di depan Ara dan Vino berdiri bangunan bertingkat dua berwarna putih gading. Yang tak lain adalah trmpat tinggal Vino. Rumah ini cukup luas, dengan halaman yang sangat rapi dan beberapa pohon yang tumbuh di sana. Juga desain rumah yang terlihat elegan dan mewah.
Ara dan Vino segera masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tamu mereka sydah di sambut oleh mama Vino dengan senyuman yang sangat lebar. Tak lupa pelukan untuk Ara.
"Ara, mama kangen banget sama kamu." Ucapnya setelah melepas pelukannya dengan Ara.
"Ara juga kangen banget sama mama." Ara menjawabnya dengan memasang eajah sedih, karena lama tak jumpa dengan wanita di depannya ini.
"Vino nggak dipeluk nih mah?"
Ara dan mama Vino langsung menoleh ke arah laki-laki yang baru saja mengajukan protesnya itu.
"Udah biasa kalau kamu." Seketika mama Vino langsung mengalihkan pandangannya kepada calon menantunya lagi. Eh?
Ara yang mendengar hawaban itu langsung terkekeh singkat.
"Eh, sakin kangennya sama Ara sampai lupa belum disuruh duduk. Ayo duduk dulu sayang." Mama Vino langsung menuntun Ara untuk duduk di sofa yang sudah tersedia. Dengan mama Vino yang duduk di sebelahnya. Mengabaikan satu makhluk lagi yang masih ada di antara merea berdua. Siapa lagi kalau bukan Vino?
"Mah, maaf ya Ara nggak bawa apa-apa ke sini. Soalnya tadi nggak dibolehin sama Vino."
"Aduh sayang, nggak apa-apa. Lagian kamu ke sini aja mama tuh udah seneng banget." Jawabnya sambil mengelus kepala Ara dengan penuh sayang.
Ara yang mendapat perlakuan seperti itu langsung etrsentum dengan hangat. Hatinya menghangat mendapat perlakuan lembut dari wanita di hadapannya saat ini.
"Oh iya. Mama tadi bikin chesecake. Kamu mau?"
"Mau banget mah. Kesukaan Ara kan itu." Jawab Ara dengan mengangguk semangat.
"Oke. Kalau gitu mama ambilin ya."
Ara meresponnya dengan mengangguk.
Mama Vino segera berlalu ke dapur untuk mengambilkan chesecake untuk Ara.
"Ra?"
Ara langsung menolehkan kepalanya ke arah Vino.
"Apa?"
"Kita ke kamar aku dulu aja yuk. Makan chessecake sambil nonton film."
Ara langsung mengangguki kata Vino barusan. Memang kebiasaan Ara jika ke rumah Vino adalah membantu mama Vino untuk membuat makanan atau menonton film di kamar Vino.
Vino dan Ara berjalan meninggalkan ruang tamu, berjalan menuju ke kamar Vino yang ada di lantai dua.
Saat berada di undakan tangga terbawah Vino dan Ara menghentikan langkahnya sebentar.
"MAH, ARA SAMA VINO DI KAMAR YA." Ucap Vino dengan keras untuk memberi tahu mamanya.
Tanpa menunggu jawaban Vino segera menggandeng Ara, melanjutkan langkahnya ke kamar Vino.
Saat pintu kamarnya terbuka dan kedua orang itu masuk ke dalam kamar Vino, seketika aroma khas Vino memasuki indera penciuman Ara. Kamar Vino terlihat lumayan rapi untuk ukuran seorang laki-laki. Kamarnya di dominasi dengan warna abu-abu. Di sudut kamar terdapat gitar berwarna hitam yang biasa Vino mainkan. Ada juga televisi berukuran sedang, playstation, meja belajar, karpet berbulu warna abu-abu, ada juga bola basket yang diletakkan di dekat gitar, lemari pakaian, kasur king size dengan seprai warna abu-abu mix hitam dan putih, di sudut ruangan juga ada satu pintu di mana letak kamar mandi berada.
Vino segera membuka lemari pakaiannya dan mengambil satu celana pendek selutut warna putih, dan kaos berwarna hitam.
"Aku mau mandi dulu. Kamu tunggu ya."
Ara hanya mengangguk sebagai respon.
Setelah melihat respon Ara, Vino segera measuk ke kamar mandinya untuk menghilangkan rasa gerah yang dia rasakan.
Begitu Vino masuk ke dalam kamar mandi Ara mengedarkan pandangannya ke setiap sudut di kamar Vino. Hingga pandangannya terhenti pada satu titik.
Di meja belajar Vino terdapat satu buku yang enta apa isinya. Tentu saja itu menjadi ketertarikan bagi Ara untuk menatapnya. Karena buku itu lumayan besar, dan warnanya yang cukup mencolok untuk ditaruh di kamar Vino. Dimana kamar ini didominasi warna abu-abu, sedangkan buku itu berwarna biru muda.
Ara berjalan mendekati meja belajar itu, atau lebih tepatnya buku itu. Ara langsung meraihnya, rupanya buku itu adalah sebuah album.
"Selama gue ke sini gue belum pernah liat ini." Gumam Ara heran.
Ara segera duduk di kursi belajar yang ada di sana. Jujur saja Ara merasa kepo dengan isi dari album itu. Tak apa mungkin jika Ara melihat isinya? Paling hanya berisi foto Vino saat kecil. Ara terkekeh sesaat tak sabar melihat bagaimana Vino saat masih bocah.
Perlahan Ara membukanya. Lembar pertama terdapat foto anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun yang mengenakan baju spidermen dengan pedang mainan yang ada di tengannya. Jangan lupakan ekspresinya yang tersenyum lebar ke arah kamera menampilkan giginya yang ompong. Ara tertawa pelan melihatnya benar-benar menggemaskan. Ara yakin jika itu adalah Vino.
Beralih pada lembar ke dua, terdapat foto bocah perempuan berusia sekitar 5 tahun, dia mengenakan seragam soklahnya, seragam TK, dia memegang permen lolipop di tangannya dengan ekspresi tertawa namun tidak memandang ke kamera.
Ara mengerutkan keningnya melihat foto itu.
"Siapa?" Gumamnya. Karena Ara nampak asing dengan anak itu.
Beralih ke lembar ketiga, terdapat foto dua anak satu laki-laki dan satu perempuan menggunakan seragam sekolah dasar. Keduanya sama-sama tersenyum ke arah kamera. Dengan posisi saling merangkul. Sangat jelas terlihat jika keduanya sangat bahagia.
Hingga lembar demi lembar Ara lihat hanya terisi oleh foto dua orang, yang tak lain Vino. Namun, siapa perempuan itu. Ara tidak tahu.
Hingga sampai pada lembar dimana ada foto Vino dengan gadis yang sama. Berfoto dengan si gadis menggunakan kebaya, dan Vino menggunakan tuxedo hitam. Nampak seperti dalam acara wisuda. Sepertinya foto itu diambil saat acara wisuda SMP.
Namun, yang menarik perhatinnya bukan foto itu. Namun, stickynotes yang ditempel di sana. Yang membuat hatinya terasa teremas. Sakit untuk yang kesekian kalinya. Merasa sesak kembali. Matanya memanas membaca tulisan itu.
El❤Diva
KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Novela JuvenilLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...