Araisy sampai di kantin dengan terengah-engah. Gadis itu langsung membelah kerumunan di kantin tersebut, hingga dia dapat melihat Vino dan Rendi yang tengah baku hantam dengan wajah masing-masing yang sudah lebam. Ara sampai merengis melihat wajah kedua laki-laki tampan tersebut.
"STOP!" Teriakan dari Ara tak juga menghentikan kedua orang yang kini tengah menjadi tontonan tersebut.
"Gue bilang BERHENTI!" Namun, nihil.
Hingga akhirnya Ara melangkah mendekati Vino dan Rendi.
Ara langsung memegang lengan Vino yang hendak melayangkan tinjuannya pada Rendi yang kini berada di bawahnya.
"Berhenti, Vin. Gue mohon."
Sontak Vino menghentikan gerakannya, dan langsung mengalihkan perhatiannya pada Araisy.
Vino menatap tajam mata lawannya. Sebelum akhirnya bangkit. Ara langsung melepaskan genggamannya pada Vino dan beralih untuk membantu Rendi berdiri.
"Lo nggak apa-apa?"
Rendi yang ditanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis pada Ara, meskipun bibirnya terasa perih untuk tersenyum akibat robek.
Vino yang melihatnya hanya mendengus, lalu menggenggam tangan Ara.
"Jangan pernah gangguin Ara lagi!"
Setelah mengucapkan itu pada Rendi, Vino segera menarik tangan Ara melangkah keluar kantin. Hingga akhirnya Ara terpaksa mengikuti langkah kakai Vino yang lebar, hingga Ara harus berlari kecil untuk menyeimbangi langkah Vino. Beruntung kejadian ini tidak diketahui oleh pihak BK, kalau sampai diketahui entah apa yang akan terjadi pada Vino dan Rendi.
"Mau kemana?"
Pertanyaan Ara tidak digubris sama sekali oleh Vino.
Rupanya Vino membawa Ara menuju UKS. Vino membuka pintu UKS, di sana hanya terdapat dua orang siswi kelas 10 yang kebetulan anggota PMR tengah berjaga. Vino segera mendudukkan dirinya di salah satu brankar UKS. Sementara Ara hanya berdiri di samping Vino.
"Ambilin kotak obat."
Ucapan Vino yang ditujukan untuk anggota PMR yang tengah berjaga itu, langsung disambut dengan salah satu dari mereka menuju ke tempat kotak obat. Salah satunya mengambil kotak P3K, dan berjala mendekati Vino.
"Biar saya obati, kak."
"Nggak perlu, taruh aja di sini." Kata Vino sambil menepuk tempat di sebelahnya.
Petugas PMR tersebut langsung meletaknnya di tempat yang ditunjuk oleh Vino barusan. Lalu melangkah kembali ke tempatnya sebelumnya.
"Obatin."
Ara yang merasa Vino menyuruhnya langsung mengambil alih kotak P3K tersebut.
"Duduk di sebelah aku. Nggak capek apa berdiri."
Akhirnya Ara menurutinya dan langsung mengobati luka lebam di wajah Vino.
Hingga membuat sesekali Vino meringis saat kain kasa yang Ara pegang menyentuh lebamnya.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu UKS, rupanya dia adalah Rendi dan Rama. Rendi segera duduk di brankar yang bersebelahan dengan Vino. Salah satu petugas PMR segera mendekat dengan membawa kotak P3K yang lainnya untuk mengobati luka Rendi.
"Gue obatin sendiri aja nanti."
Petugas PMR yang mendengar penuturan Rendi segera menjauh dari Rendi.
"Kalian kenapa berantem sih? Apa bagusnya coba berantem. Emang nggak sakit apa memar-memar gini mukanya." Ucap Ara sambil terus mengobati luka Vino.
"Tau tuh, pacar lo tiba-tiba mukul gue."
"Lo yang cari gara-gara, ngapain jalan sama cewek gue?!"
"Loh, kan gue cuma bantuin dia kemarin, gara-gara dia sendirian di halte, nungguin angkutan di saat angkutan aja udah jarang yang lewat. Lagian lo kemana sebgai cowoknya hah?!"
"Tapi, lo salah ngapain juga bawa Ara ke kave?!"
"Dia laper, gue nggak tega."
"Tetep aja lo salah, harusnya sadar dong dia punya cowok."
"Gue nggak tahu."
Sementara Ara dan Rama yang mendengarkan perdebatan kedua orang itu jadi bingung sendiri, tidak ada yang mau mengalah di antara keduanya.
"Udah dong! Kalian tuh bikin gue pusing aja tahu nggak?!"
Akhirnya Rendi dan Vino sama-sama bungkam.
Tak lama ada yang membuka pintu UKS, lalu muncul seorang gadis cantik dengan wajah cemasnya. Dia langsung menghampiri Vino.
"Ya ampun Vino, kamu ngapain sih berantem segalah. Jadi gini kan. Biar aku obatin." Gadis itu adalah Karin. Slah satu pacar Vino. Dia berucap sambil memegang wajah Vino dengan lembut, lalu meraih kain kasa yang sebelumnya dipegang oleh Ara. Vino sendiri tidak menolak saat Karin menggantikan Ara untuk mengobatinya.
Sementara Ara membiarkannya dan lengsung mengalihkan tatapannya dari dua makhluk yang tak lain adalah Vino dan Karin.
Rama yang melihatnya merasa prihatin dengan Ara, Rama tahu betul siapa itu Karin, dan Rama tahu bagaimana perasaan Ara saat ini. Sedangkan Rendi menatap heran gadis yang sedang mengobati Vino.
"Udah jangan khawatir, aku nggak apa-apa. Aku kan cowok wajar kalau berantem." Ucap Vino sambil mengelus rambut Karin yang terurai.
"Ekhem."
Semua pasang mata yang ada di sana langsung mengalihkan pandangannya pada Rendi.
"Sorry kalau boleh tahu lo siapanya dia?"
Karin yang mendapatkan pertanyaan dari Rendi pun menatap Rendi dengan sebal. Masalahnya Karin tahu bahwa yang membuat Vino seperti ini adalah ulah Rendi.
"Gue pacarnya Vino! Dan gue peringatin jangan lo gangguin Vino lagi! Murid baru aja songong, cari gara-gara."
Rendi yang mendengarnya sungguh kesal bukan main. Untung dia perempuan. Namun, ada yang lebih penting dari itu. Gadis itu bilang dia pacar Vino. Bukannya pacar Vino adalah Ara? Rendi langsung mengalihkan perhatiannya pada Ara, Rendi melihat Ara yang tersenyum kecut menatap ubin.
"Lah terus Ara?"
"Cewek gue." Jawab Vino dengan entengnya.
Rendi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar bingung. Bagaimana mungkin Ara pacar Vino, dan gadis yang tengah mengobati Vino juga pacarnya.
"Udahlah. Luka lo belum diobatin, biar gue obatin." Sela Ara dan langsung beranjak untuk mendekt dan ingin mengobati luka Rendi. Namun, sebuah suara menginterupsinya.
"Jangan coba-coba buat obatin dia!"
Ara langsung menatap Vino dengan pandangan datar.
"Udahlah sayang. Biarin aja Ara ngobatin dia. Kamu udah aku obatin kan, sekarang kita pergi aja. Ayo." Karin langsung saja menarik Vino untuk mengikutinya pergi, sedangkan Vino tak bisa menolak.
Ara menatap kepergian dua orang itu dengan tatapan nanar. Lagi-lagi Vino melukainya.
Ara cepat-cepat mengenyahkan rasa kecewanya, lalu mulai mengobati luka Rendi. Tak peduli dengan perintah Vino agar tidak mengobati luka Rendi itu.
"Ra, maksudnya gimana sih?" Tanya Rendi pada saat Ara tengah mengobati lukanya.
Jujur, Rendi sama sekali tidak suka dengan Ara yang seperti ini, Ara yang hanya diam tak mengeluarkan sepetah katapun. Rendi lebih suka Ara yang cerewet seperti kemarin.
Ara tidak menjawab pertanyaan Rendi. Lebih memilih fokus untuk mengobatinya. Hingga akhirnya, Ara selesai mengobati Rendi.
"Udah selesai. Sorry atas perbuatan Vino sama lo. Dan untuk pertanyaan lo, nggak usah dibahas lagi ya, gue mohon. Mendingan kita balik ke kelas aja."
Rendi menatap dalam mata Ara, Rendi sangat tahu, ada kesedihan di mata itu. Akhirnya Rendi ahanya menganggukan kepalanya. Lalu melangkah keluar dari UKS bersama Rama dan Ara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Fiksi RemajaLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...