Araisy 19

2.8K 162 1
                                    

Ara akhirnya tiba di depan rumahnya. Ara segera memarkirkan mobilnya di bagasi, diikuti oleh Rendi yang menaiki motor sport kesayangannya. Rendi memang mengantar Ara sampai di rumah gadis itu, sekalian ingin mampir katanya. Lagi pula orang tua Ara dan Rendi juga sudah saling mengenal.

"Lo duduk dulu deh, gue mau ganti baju sama ambilin lo minum." Ucap Ara saat keduanya sudah memasuki rumah.

Rendi menuruti ucapan Ara dengan duduk di sofa ruang tamu Ara. Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya Ara berjalan ke arah Rendi dengan membawa dua gelas jus jeruk dengan beberapa cemilan. Rendi sempat terpaku menatap Ara. Penampilannya benar-benar berbeda dibanding dengan Ara menggunakan seragam sekolah. Ara saat ini menggunakan celana pendek selutut berwarna hitam, dengan kaos putih bergambar beruang cokelat di tengahnya, dengan rambut yang dicepol asal. Sederhana, namun menggemaskan.

Saat Ara meletakkan minuman dan cemilam di atas meja, Rendi langsung menyadarkan dirinya dari keterkagumannya akan sosok gadis manis dan imut di hadapannya.

Ara langsung mengambil duduk di depan Rendi, dengan posisi kadi naik ke atas sofa untuk duduk bersila. Dan dengan santainya langsung mencomot cemilan yang dia ambil dari dapur untuk disajikan pada Rendi. Benar-benar tak ada anggunnya dan tak ada jaimnya. Sekaligus tak tahu diri mungkin. Cemilan yang harusnya untuk tamu malah dia makan sendiri. Tapi, apa peduli gadis cerewet itu, paling hanya Rendi tamunya, tak perlu bagi Ara bersikap manis dan jaim dihadapan laki-laki itu. Tanpa mengacuhkan Rendi yang melongo di tempatnya, Ara terus saja mengunyah dengan santainya, dan meminum jus jeruknya.

Rendi sendiri heran, bukankah Ara baru saja disakiti oleh keaksihny? Lantas apa yang agdis itu lakukan sekarang? Dia malah dengan nikmatnya memakan cemilan di hadapannya seolah tadi tidak terjadi apa-apa. Dan tunggu? Bukankah Rendi tamunya tapi, mengapa seolah tak dianggap tamu oleh gadis itu? Benar-benar Rendi ingin menendang gadis di hadapannya. Tapi, Rendi terlalu sayang pada Ara. Daripada ditendang lebih baik dipeluk dan dibawa pulang. Eh?

Rendi yang masih merasa terheran dengan kelakuan Ara harus dikejutkan dengan suara gaduh dari luar. Setelahnya ada dua orang yang masuk ke dalam rumah. Dan itu adalah bunda Araisy dan Riondi. Entah apa yang mereka ributkan. Bukan, lebih tepatnya bunda Ara ributkan. Karena Rio hanya diam saja dengan memasng muka datarnya.

"Kamu nih, kalau bunda bilang jemput ya langsung jemput, malah molor."

"Eh? Rendi?" Wanita paruh baya yang sebelumnya mengomel pada anak laki-lakinya tersebut langsung berhenti menyerocos kala menyadari keberadaan Rendi.

"Iya tante."

"Udah lama?"

"Baru aja kok tan."

Bunda Ara mengangguk paham, dan mengalihkan perhatiannya pada anak perempuannya. Seketika matanya membola dengan kelakuan anak perempuannya itu.

"Ya ampun Ara. Ada temennya kok kamu malah kaya gitu si tingkahnya. Temen kamu cowok lagi. Yang manis dong kelakuannya. Bunda tuh pusing tahu nggak? Punya anak kaya gini bentuknya. Yang satu datarnya ngalahin papan triplek dan dinginnya mirip es batu. Yang satunya tingkahnya kaya bukan anak perempuan, bar-bar, kalau ngomong nggak bisa direm. Kalian ini tingkahnya nurun dari siapa sih?"

Sementara itu yang mendengar bunda Ara berbicara pannjang kali lebar hanya menatapnya dengan mengedipkan mata beberapa kali, mereka adalah Ara dan Rendi. Sedangkan Rio? Manusia satu itu hanya menatap bundanya dengan datar.

Kini Rendi tahu, dari mana sifat cerewet Ara.

"Nurun dari bunda lah." Ucap Ara enteng.

"Enak aja! Bunda nggak secerewet itu ya. Udahlah, pusing bunda ngomong sama kamu, Ra. Rendi, tante tinggal ke dalem dulu ya, tante capek soalnya habis arisan."

Setelahnya bunda Ara pergi meninggalkan ketiga remaja yang masih berada di ruang tamunya.

Ara mengalihkan tatapannya ke arah Rio.

"Bunda kenapa sih?"

Rio tak menjawab pertanyaan Ara, dia hanya mengedikkan bahunya acuh, lalu pergi dari hadapan Ara dan Rendi.

"Woy! Gue nanya ya Rio! Dasar adek laknat lo! Dasar papan tripleks! Kulkas! Es batu! Woy!!!"

Rendi yang mendengar teriakan Ara hanya mampu meringis pelan mendengar suara gadis itu yang amat melengking baginya.

"Punya adek gitu amat. Pingin ngumpat kan jadinya gue. Dasar laknat! Pokoknya gue sebel sama Rio."

"Sekarang gue tahu, cerewet lo nurinin siapa Ra."

Ara yang mendengar ucapan Rendi langsung mendelik ke arah laki-laki itu.

"Heh! Gue bukan cerewet, cuma banyak ngomong aja! Jangan asal ngomong lo!"

Rendi berdecak pelan mendengarnya.

"Sama aja kali."

Setelahnya Rendi langsung meminum habis jus yang Ara sediakan untuknya.

"Udah ya, gue pulang dulu. Udah mau sore juga. Lagian di rumah gue ada sepupu gue, pasti lagi nungguin."

"Nggak nanya tuh gue. Udah sana lo kalau mau pulang, di sini cuma ngabisin makanan aja lo. Menuhin cucian gelas juga."

Rendi yang mendengar penuturan Ara langsung menyentil dahi gadis itu, yang membuat Ara memekik karena merasa panas pada dahinya. Apa tadi katanay? Ngabisin makanan? Bukankah yang sedari tadi makan Ara? Bahkan Rendi hanya mampu melihat Ara yang ngemil di hadapannya dengan sangat santai. Dasar tuan rumah laknat!

"Yang dari tadi makan itu lo." Ucap Rendi dengan gemas.

"Iya tah?" Tanya Ara dengan polosnya, dan wajah tanpa dosanya.

Rendi menggeram tertahan. Ingin rasanya Rendi menampol gadis manis dihadapnnya, untung sayang. Batin Rendi sambil mengelus dadanya berusaha sabar menghadapi Ara.

"Udahlah, gue mau pulang. Pammitin ke nyokap lo. Gue buru-buru soalnya. Darah tinggi juga lama-lama gue deket sama lo."

"Oh, bagus. Pulang sana lo! Gue juga sebenernya mau usir lo dari tadi. Cuma nggak enak aja. Baik kan gue."

TAKKK

"Aww." Pekik Ara setelah mendapat jitakan dari Rendi.

Ara langsung saja membalas Rendi dengan mencubit lengan laki-laki itu.

"Aishh. Sadis amat sih lo jadi cewek, kecil-kecil kalau nyubit bisa jadi biru gini lengan gue."

"Sukurin! Salah siapa lo nyakitin gue! Pulang sana lo!"

"Iya! Nih mau pulang. Jangan kangen lo sama gue." Ucap Rendi sambil berjalan ke arah pintu.

Ara yang mendengarnya memasang ekspresi jijik kepada Rendi. Tak akan sudi Ara merindukan Rendi, tak akan pernah.

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang