Hari telah berganti, matahari kini telah muncul menampakkan sinarnya. Ini adalah hari Minggu. Harinya untuk bermalas-malasan dan bangun siang.
Hal itu berlaku bagi Ara, terbukti sekarang gadis itu masih bergelung di atas tempat tidurnya, tanpa peduli dengan sinar matahari yang menyorot ke arahnya. Baginya, hari libur adalah harinya untuk bersantai, karena apa? Karena tak ada yang namanya datang ke sekolah pagi-pagi, tak ada pelajaran yang menguras otaknya. Hari Minggu juga dimanfaatkan olehnya untuk tidak mandi seharian. Karena baginya, hari Minggu adalah hari berhemat, hemat uang saku, termasuk juga hemat air. Lumayan bukan meringankan beban tagian listrik.
Niat gadis itu adalah ingin bangun siang hari, namun naas, niat gadis itu harus diurungkan karena nyatanya pintu kamarnya sudah digedor oleh adik laknatnya, yang sayangnya harus Ara akui bahwa Rio tampan.
TOK TOK TOK
"KAK BANGUN WOY!! MATAHARI UDAH MUNCUL NOH!! KAK WOY!"
Teriakan dari Rio tak Ara hiraukan. Biarkan saja Rio berteriak seperti tarzan. Nanti kalau lelah juga diam.
"KAK BANGUN WOY!"
Ara justru mengambil bantal gulingnya untuk menutup rapat kedua telinganya.
"KAK! KALAU LO NGGAK BANGUN JUGA DUIT JAJAN LO BERKURANG KATA BUNDA!"
Masih tak ada respon dari Ara. Rio berdecak kesal. Kakaknya itu memang sangat susah untuk dibangunkan di hari Minggu begini.
"KAK! UDAH DITUNGGUIN TUH SAMA PACAR LO DI DEPAN. BANGUN CEPETAN!"
Ara yang mendengar itu langsung membuka matanya lebar lebar dan segera duduk di kasurnya dengan tegak.
"Apa barusan Rio bilang?! O-M-G!! Vino ke sini? Serius?! Dia nggak bohongin gue?!"
"BOHONG DOSA LO!" Jawab Ara sambil berteriak pula.
Dia masih tidak percaya dengan adiknya itu. Bisa jadi itu hanya akal-akalan Rio agar Ara keluar dari tempat hibernasinya bukan?
"SERIUS! TUH SI BUAYA UDAH ADA DI DEPAN!"
"SURUH TUNGGU GUE BENTAR!"
Rio langsung saja pergi dari depan kamar Ara. Sementara Ara sudah heboh berlari ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Mendengar Vino datang kemari, tentu Ara tidak boleh berpenampilan seperti gembel bukan?
Beberapa menit Ara menghabiskan waktunya di kamar mandi. Ara keluar dengan handuk yang melilit di kepalanya, dan dengan tampilan yang lebih fresh.
Setelah selesai bersiap-siap dan di rasa penampilannya sudah perfect. Ara segera keluar dari kamarnya. Baiklah, tak masalah niatnya untuk hemat air harus batal hari ini. Yang penting dia tidak memalukan di hadapan Vino.
Ara berjalan ke arah ruang tamu. Rupanya adiknya itu tidak berbohong. Viono benar ada di sana sedang memainkan ponselnya.
Ara segera menghampiri kekasihnya itu. Dia dudul tepat di samping Vino.
Vino yang merasakan kehadiran seseoranng di sampinya lantas menolahkan kepalanya.
"Baru mandi?"
Ara menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar ke arah Vino.
"Ini masih jam setengah tujuh, masih lumayan pagi. Aku mau ajak kamu jogging."
Ara yang mendengar penuturan Vino langsung menurunkan bahunya. Dia benar-benar malas untuk lari-lari sekarang. Ara sudah mandi, nanti kalau dia lari otomatis dia harus mandi lagi.
"Yah, gue mager. Gue juga udah mandi. Nanti kalau jogging gue bau terus mandi lagi dong."
Vino yang melihat Ara memajukan bibirnya terkekeh pelan, merasa gemas dengan tingkah gadis de sampibgnya ini.
"Udah jangan mager. Tambah bantet entar." Ucap Viono sambil mencubit pipi tembam Ara.
"Aww sakit Vino!" Sebal Ara sambil menepuk tangan Vino yang mencubit pipinya.
"Gemes sih soalnya. Udahlah, ganti baju sana. Kita jogging pokoknya."
"Daripada jogging mending kita ke mall."
"Mending jogging, sehat. Nanti bisa langsing."
"Ck, nggak usah jogging lah. Mager."
"Jogging Ara. Biar nggak bantet badannya. Cepet ke kamar, ganti baju."
Ara hanya diam dengan wajah cemberutnya. Sungguh Ara benar-benar malas sekarang.
Vino yang melihat Ara hanya diam merasa kesal dengan tingkah Ara.
"Mau jalan sendiri ke kamar, apa paksa?!"
Akhirnya Ara berdiri. Melangkah menuju kamarnya dengan kaki yang dihentakkan pertanda dia kesal.
Sementara Vino, hanya acuh melihatnya. Dia kembali meminkan ponselnya sambil menunggu Ara.
.
.
."Huh.. huh.. please stop dulu Vin huh.. gue capek huh.. banget asli." Ucap Ara dengan nafas tersenggal karena kelelahan. Dan badan yang yang dibungkukkan dengan tangan yang bertopang pada dua lututnya.
Vino pun menghentikan larinya. Tak tega melihat Ara yang kelelahan seperti itu.
"Ini kan baru dua puteran Ara."
"Iya sih, huh.. tapi, kan tamannya luas banget."
"Ya udah kita istirahan dulu."
Vino lantas menuntun Ara untuk duduk di bangku yang terdapat pohon di sebelahnya, hingga dapat menutupi sinar matahari agar tidak mengenai Ara.
"Aku beliin minum dulu." Ucap Vino setelah Ara duduk.
Vino segera meninggalkan Ara untuk membeli minuman.
Ara masih menunggu Vino, sesekali gadis itu mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya dan leher jenjangnya. Tak lupa kaos yang dia kibaskan bagian kerahnya untuk mengurangi rasa gerah yang menyerangnya. Sungguh, Ara itu adalah orang yang termasuk dalam generasi rebahan. Sekali diajak olahraga maka begini hasilnya. Baru dua putaran saja Ara sudah sangan kelelahan.
Ara masih sibuk dengan kegiatannya dalam mengurangi rasa kegeragannya. Hingga gadis itu merasakan rasa dingin di pipi sebelah kanannya. Ara pun menoleh kepalanya ke samping kanan dengan sesikit mendongak. Laki-laki itu tengah menempelkan minuman dingin ke pipi Ara.
Awalnya Ara pikir itu Vino, rupanya dia Rendi.
Tanpa bertanya Rendi segera duduk di sebelah Ara.
"Ambil." Ujar laki-laki itu sambil menyodorkan sebotol minuman dingin di depan Ara.
Belum sempat Ara menjawab atupun mengambilnya. Minuman itu sudah ditepis terlebih dahulu oleh seseorang yang tak lain adalah Vino.
Vino menatap Rendi dengan nyalang. Sementara Rendi membalas tatapan itu dengan santai. Ara yang berada di antara kedua lelaki itupun hanya bisa diam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jujur daja kini gadis itu tengah bingung. Mengingat Vino dan Rendi yang tidak pernah akur.
"Ngapain lo deketin cewek gue?!"
"Niat gue baik. Gue liat Ara lagi kegerahan. Gue kasih aja minuman ke dia." Jujur saja, Rendi tak rela menyebut Ara sebagai pacar Vino. Menurutnya Vino itu tidak pantas bersanding dengan gadis sebaik Ara. Tapi, Rendi bisa apa? Ara sudah menaruh hatinya pada laki-laki buaya darat bernama Vino.
"Nggak perlu! Gue udah beliin dia minuman. Mending sekarang lo pergi aja! Ganggu tau nggak!"
Rendi yang mendengar ucapan Vino yang mengusirnya hanya terkekeh. Namun, itu adalah kekehan sinis yang ia lontarkan.
"Ara aja nggak masalah. Iya kan, Ra?"
Seketika pandangan Vino dan Rendi langsung teralih pada gadis yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan keduanya. Vino menatap Ara dengan tajam, sementara Rendi menatap Ara dengan satu alisnya yang terangkat.
"Eh? Anu.. i-itu.."
Belum sempat Ara menjawab, namun ucapannya sudah lebih dulu dipotong oleh Vino.
"Udahlah, kita pulang sekarang!" Vino segera menarik tangan Ara sedikit kasar dan membawanya pergi dari tempat itu. Mau tak mau Ara mengikutinya dengan sedikit berlari.
Sungguh, Ara merasa tak enak terhadap Rendi. Namun, Ara juga harus mengerti terhadap perasaan Vino.

KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...