Setelah Vino berbicara pada Aira tadi, kini Vino akhirnya telah terbebas dari gadis penuh drama itu. Kini saatnya pulang ke rumah. Badannya benar-benar terasa sakit akibat pukulan Rio tadi. Vino sampai di rumahnya dengan susah payah, dia mengendarai motornya dengan menahan sakit yang mendera tubuhnya. Vino membuka pintu rumah, dan langsung disambut dengan tatapan khawatir dari ibunya.
"Vino, kamu kenapa bisa kaya gini?"
Ibunya menghampiri Vino, menatap prihatin pada anak semata wayangnya. Bagaimana mungkin dia tidak khawatir jika melihat wajah Vino yang lebam.
"Ayo duduk biar mamah obatin."
"Nggak usah mah. Udah diobatin tadi." Cegah Vino.
Ibunya menatap Vino dengan tatapan serius. Dia ingin tahu apa penyebab anaknya pulang dengan kondisi yang begitu memprihatinkan.
"Cerita sekarang."
Vino diam sejenak sebelum mengeluarkan suaranya.
"Ini salah Vino."
Ibu Vino hanya mengernyitkan dahinya. Pertanda dia masih belum paham. Di mana letak kesalah Vino hingga dia harus mendapatkan luka begitu parah.
"Vino nyakitin Ara, Vino kemarin nampar Ara. Sampai adiknya Ara marah dan ngelakuin ini sama Vino. Ini salahnya Vino, mah."
Mendengar penjelasan putranya, Dila-mamah Vino terpaku. Bagaimana mungkin anak yang selalu dia banggakan malah menyakiti perempuan? Menampar perempuan?! Bahkan yang ditampar adalah Ara. Salah satu pacar Vino yang sangat dekat dengan Dila.
"Gimana mungkin kamu bisa nampar Ara?! Salah Ara apa?!"
Vino menundukkan kepalanya lesu.
"Vino salah paham. Sekarang Ara udah minta putus sama Vino. Bahkan Ara udah benci sama Vino, mah."
Dila menghembuskan nafasnya kasar. Kecewa dengan sikap putranya yang seperti ini.
"Kamu pantes dapetin ini. Ara gadis yang baik, bahkan mamah sudah menganggap Ara seperti anak mamah. Ara berhak mendapatkan yang terbaik, Vin."
Setelah itu, Dila meninggalkan Vino sendiri.
Vino tahu mamahnya kecewa atas sikap dia pada Ara. Vino benar-benar menyesal. Tak hanya Ara yang dia buat kecewa, ibunya juga dia buat kecewa. Kenapa Vino harus sebodoh ini?!
.
.
.Vino kini berdiam diri di kamarnya, yang dia lakukan hanya berdiam diri memandangi langit-langit kamarnya. Vino takut untuk kehilangan lagi, tapi Vino juga sadar dia tidak pantas untuk Ara. Vino sendiri juga bingung, ada apa dengan hatinya. Vino mengingat semua kenangannya dengan Ara. Vino yang menyatakan cintanya pada Ara dan Ara yang menerimanya dengan malu-malu, kemudian Ara yang mengetahui Vino ternyata memiliki kekasih bukan hanya Ara seorang lalu dengan lapangnya Ara tetap mau bertahan. Senyuman Ara yang selalu gadis itu tunjukkan hanya untuk Vino, raut kesal Ara pada Vino, hingga kemarahan Ara yang akhirnya memilih menyerah pada Vino.
Semakin Vino mengingat kenangannya dengan Ara, perasaannya semakin sesak, Vino semakin tidak rela hubungannya dengan Ara berakhir. Vino takut Ara pergi dari hidupnya. Vino benar-benar kalut.
"Aku nggak mau kehilangan kamu, Ra." Lirih Vino sambil menatap figura berisikan foto Vino bersama Ara saat berlibur ke puncak.
Brak!
Vino seletika tersentak saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seseorang. Setelah mengetahui siapa yang membuka pintu kamarnya itu, Vino hanya menatapnya dengan datar. Rupanya dalangnya adalah sepupu laknatnya, Raga.
"Napa lo? Bonyok gitu. Kaya nyokap lo, lo lagi galau."
"Dihajar sama adiknya Ara."
Raga langsung mendekati Vino. Berusaha untuk mencari tahu lebih dalam.
"Kok bisa?"
Vino langsung menunduk lesu.
"Gue nampar Ara."
"APA?! Sumpah lo nampar Ara?!"
Vino hanya mengangguk sebagai respon. Terlalu malas untuk bicara.
"Salah Ara apa sampai lo tampar?! Gila lo?! Banci tau nggak lo nampar cewek?!" Ujar Raga dengan menggebu.
Baru tahu dia kalau sepupunya bisa sekasar itu dengan perempuan.
"Iya gue tahu gue salah. Bego banget gue kan."
"Terus sekarang gimana?"
"Putus."
"Alhamdulillah."
Vino yang mendengar Raga mengucap syukur langsung menatapnya dengan nyalang.
"Sukurin lo diputusin. Nyesel nggak lo?!"
"Ck! Nyesel, Ga. Gue udah sayang sama Ara. Gue baru sadar itu. Gue ngerasa kosong tanpa Ara. Bahkan kayanya Ara udah benci banget deh sama gue."
"Rasain tuh. Itu karma. Gue kan pernah bilang kalau lo itu udah cinta sama Ara. Tapi lo selalu nolak argumen gue. Nyesel kan lo."
"Terus gue harus apa?"
"Kalau lo cinta ya perjuangin lah."
"Masih mau nerima gue nggak ya Ara?"
"Makannya coba dulu. Lo sih bego kebangetan." Ucap Raga denga menjitak kepala Vino.

KAMU SEDANG MEMBACA
Araisy [END]
Teen FictionLo terlalu baik sih, sampai hati aja rela lo bagiin sampai habis. Sampai lo nggak punya hati lagi! -Araisy . . . Bercerita tentang Araisy yang ceria, cerewet, dan penyabar. Juga tentang Vino yang egois dan playboy. Kuatkah Araisy menjalani hubungan...