Araisy 42

2.4K 128 0
                                    

Kejadian semalam masih membakas bagi Vino. Dimana penolakan Ara terus membayanginya. Sesak. Karena ini adalah akhirnya. Vino harus menyerah mendapatkan Ara.

Fatha dan Bagas yang sedari tadi bersama Vino hanya menatap Vino dengan kebingungan. Ada yang aneh dari pemuda itu. Dia hanya diam, menatap kosong ke depan.

"Vin!"

Seruan Bagas yang pertama tak mengasilkan apapun. Vino masih tetap diam sambil melamun.

"Vino!"

Panggilan kedua masih sama.

""VIN!!"

Vino terlonjak kaget akibat teriakan di samping telinganya beserta tepukan kencang di pundaknya.

Akhirnya panggilan ketiga berhasil membuat Vino tersadar dari dunianya sendiri.

Ia berdecak sebal, menatap Bagas sebagai pelaku utama dalam mengejuykannya, dengan pandangan seolah ingin menerkan Bagas saat ini juga.

"Apa sih?!"

"Lo tuh kenapa?!! Dipanggil dari tadi nggak nyaut. Kerasukan setan kelas lo?!"

"Ck. Gimana gue bisa kerasukan?! Setannya kan elo!" Ucap Vino dengan meninjuk wajah Bagas.

Seketika Bagas langsung menepis tangan Vino.

"Laknat lo!"

Vino hanya masa bodoh mendengar umpatan Bagas.

"Lo kenapa Vin. Ara lagi?"

Vino langsung mengalihkan pandangannya ke arah Fatha. Mendengar nama Ara membuatnya kembali berwajah datar.

Vino yang hanya diam membuat Fatha mengerti bahwa memang Ara oenyebab Vino melamun di pagi hari yang cerah ini.

"Ada apa lagi sama dia?"

"Gue nyerah."

"APA?!"

Ucapan singkat dengan nada datar itu membuat Fatha dan Bagas sama-sama terkejut. Bagaimana mungkin Vino semudah itu menyerah?

"Ara yang nyuruh gue."

"Terus lo mau aja gitu?!" Sambar Bagas dengan nada tak percayanya.

"Gini yah, tempat yang gue anggap rumah aja terus nolak kehadiran gue. Ngusir gue secara paksa di saat gue lagi ngetuk pintunya. Terus gue harus selalu ngetuk pintu itu sampai kebuka gitu? Gue harus mksa untuk masuk di saat pintu itu aja terkunci dari dalam?"

"Dobrak aja." Jawaban nyleneh itu berasa dari Bagas.

"Kalau gue dobrak pintu itu paksa. Yang ada rumah itu rusak, gue juga bakal ngerasa kesakitan."

Jawaban Vino dibenarkan oleh Fatha dan Bagas dalam hati.

"Apapun keputusan lo, gue akan selalu dukung lo. Kalau Ara emang ditakdirkan buat lo, sesulit apapun jalannya pasti dia akan dateng ke lo. Kalau emang Ara bukan buat lo, pasti lo akan dapet yang terbaik buat lo."

Prok
Prok
Prok

Tepukan tangan heboh itu mengundang atensi dari Fatha dan Vino. Bukan hanya mereka, namun juga murid yang ada di kelas.

"Gue setuju sama Fatha. Emang paling bijak deh."

Fatha segera menghindar saat tiba-tiba saja Bagas ingin memeluknya, dengan senyuman lebarnya. Seketika Fatha bergidik ngeri memandang manusia jomblo satu ini. Sedangkan Vino sudah tertawa ngakak di tempatnya.
.
.
.

Sementara di lain sisi, Ara tengah berada di kelasnya dengan Anggi di sampingnya. Rendi? Laki-laki itu belum tiba di sekolah.

Ara saat ini tengah tertawa dengan kerasnya mendengar guyonan dari Anggi. Saat di lihat Ara memang tampak sudah biasa saja. Tapi, coba selami lebih dalam. Perhatikan lebih teliti. Matanya solah menyampaikan kekosongan saat bibirnya tertawa. Anggi menyadarinya. Namun, tak ingin membahasnya. Anggi tahu, Ara punya cara sendiri untuk menjadi kuat. Anggi paham itu, yang bisa Anggi lakukan adalah selalu berada di sisi gadis itu.

Di saat bibirnya tertawa, pikirannya juga melayang pada Vino. Pemuda itu tak terlihat dari sejak semalam terakhir mereka bertemu. Jujur Ara ingin melihat Vino. Namun, pasti akan menimbulkan perasaan terluka lagi kala melihat wajah itu. Hingga akhirnya Ara memutuskan untuk terlihat bahagia saja. Perlahan namun pasti. Gadis itu akan beranjak dari Vino. Memulai semuanya kembali dengan menjadikan Vino sebuah kenangan tanpa perlu diulang.

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang