Araisy 8

3K 181 3
                                    

Hari ini Ara sengaja tidak membawa mobil, dia akan berangkat ke sekolah bersama adiknya, Rio. Mobil yang biasa dibawa oleh Ara akan dibawa oleh bundanya ke rumah neneknya. Sebenarnya Ara ingin ikut ke rumah neneknya, namun bundanya melarang dengan alasan Ara harus sekolah.

Ara keluar dari kamarnya menuju ke meja makan. Di sana sudah ada bundanya, ayahnya, dan Rio. Ara memasang senyum terbaiknya seperti biasa. Apalagi setelah Ara sudah berbaikan dengan Vino. Hal itu enambah keceriaan Ara.

"Good morning."

Ara langsung duduk di sebelah Rio.

"Pagi juga anak bunda yang paling cantik. Mau sarapan apa? Nasi gorenh atau roti?"

"Nasi goreng aja, bun."

Dengan sigap bunda Ara langsung mengambilkan nasi greng ke piring Ara, tak lupa dengan telurnya. Ara menyuapkan makanan itu dengan semangat ke dalam mulutnya. Menurut Ara makanan yang aling enak adalah masakan bundanya.

Selesai dengan sarapannya Ara dan Rio segera pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat sekolah.

"Yo, gue susah nih naiknya. Motor lo ketinggian. Rok gue pendek, Yoooo. Beli motor kok gede banget kaya gini sih?! Nyusahin orang aja." Ucap Ara panjang lebar setelah Ara dan Rio berada di garasi.

Rio mendengus mendengar ocehan Ara.

"Lo nya aja yang kependekan."

Ucapan Rio yang benar-benar terlalu jujur membuat Ara mendelik kesal ke arah laki-laki itu. 'Adik laknat' batin Ara.

"Ini gue naiknya gimana, Yo?! Susah ini."

"Lo naik pegangan pundak gue kan bisa. Susah banget sih hidup lo!"

Benar juga, kenapa Ara tidak berpikir dari tadi? Ara hanya menyenger ke arah Rio. Dan langsung naik ke boncengan Rio dengan berpegangan pada pundak Rio.

Di jalanan Ara tak bisa diam, karena begitulah Ara, cerewet. Sedangkan Rio hanya diam saja, sudah bosan dengan ocehan kakaknya yang benar-benar membuat telinganya pengang. Inilah yang membuat Rio jadi tak ingin jika membonceng kakaknya itu.

"Besok-besok minta dibeliin motor metik aja deh, Yo. Kan gue jadi kalau mau dibonceng lo jadi gampang naiknya."

"Lo lain kali nggak usah minta dianterin gue deh. Berisik banget."

Ara mencebikkan bibirnya ketika Rio mengatainya berisik. Walaupun itu benar, tapi Ara kesal mendengar orang lain mengatainya berisik.

Motor yang ditumpangi Rio dan Ara berhenti karena lampu merah. Tak sengaja tatapan Ara terarah pada motor yang di sampingnya. Ternyata itu adalah motor yang dikendarai oleh Vino. Ara menatap nanar ke arah Vino. Saat ini, tepat di belakang Vino ada seorang perempuan. Ara tahu siapa perempuan itu, dia adalah Meta, salah satu adaik kelasnya sekaligus salah satu pacar Vino. Ara juga ingin dijemput seperti itu, pergi dan pulang sekolah bersama Vino.

Tiba-tiba perempuan yang ada di boncengan Vino menoleh ke arah Ara. Bisa Ara lihat perempuan itu terkejut melihat Ara, namun setelahnya dia menampilkan senyuman ke arah Ara. Ara hanya membalasnya dengan senyuman. Bibirnya tersenyum, namun jujur hatinya sangat sakit melihat hal tersebut. Namun, Ara bisa apa? Ara hanya salah satu kekasih Vino, Ara tak bisa melarang Vino untuk melakukan apapun yang ingin Vino lakukan. Pernah Ara sekali melarang Vino untuk bertemu pacarnya yang lain saat Vino sedang bersama Ara. Namun, bukannya menuruti kemauan Ara, Vino malah marah pada Ara. Vino bilang 'lo cuma pacar gue, nggak usah atur gue deh, Ra.' Ara benar-benar sakit saat Vino seperti itu, dan Ara tidak mau Vino berkata begitu lagi pada Ara. Makanya Ara diam saja saat Vino bersama pacarnya yang lain.

Rio yang tahu kakaknya diam saja langsung melihat Ara dari spionnya, Rio mengikuti arah pandangan Ara. Ternyata Vino tepat berada di sampingnya. Tanpa sadar Rio mengeraskan rahangnya. Merasa emosi pada laki-laki itu, selalu saja menyakiti perasaan kakknya. Saat lampu sudah berubah hijau, Rio langsung melajukan motornya. Rio tak mau kakaknya melihat sesuatu yang selalu menyakiti kakaknya.

Vino yang sadar Ara dibonceng oleh Rio yang tepat berda di depannya, entah mengapa mendadak merasa tidak enak. Namun, Vino mengabaikannya. Karena Vino tahu Ara tidak akan marah. Benar Ara tidak akan marah, namun tanpa Vino sadari, Ara terluka.

Sesampainya Ara dan Rio di parkiran sekolah, mereka langsung turun dari motor, tak lama dari itu Vino dan Meta juga tiba, dengan Vino yang memarkirkan motornya di dekat moyor Rio.

"Kak, aku ke kelas duluan ya." Kata Meta setelah turun dari motor Vino. Vino hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Meta.

"Duluan kak Ara, Rio."

Rio hanya memasang ekspresi datar, sedangkan Ara menanggapi dengan senyuman manis di bibirnya. Setelah itu Meta langsung berjalan menujubkelasnya, meninggalkan tiga orang di parkirang yang dilingkupi keheningan.

Tiba-tiba Rio mendekat ke arah Vino, dan mencengkeram kerah seragam Vino. Vino hanya menanggapinya dengan santai, sementara Ara sudah was-was takut Rio akan memukul Vino seperti sebelumnya.

"Gue bilang jangan sakitin kakak gue lagi!"

Ara langsung mendekat dan memegang lengan Rio yang mencengkeram seragam Vino. Berusaha untuk melepaskan tangan Rio itu.

"Yo, udah dong. Jangan bikin ribit di sini. Malu diliatin orang-orang. Nanti kalau ada guru gimana. Udah, Yo."

Rio menatap Ara tajam tepat di manik mata gadis itu.

"Yo, please. Lepasin Vino."

"Tapi, dia bikin lo sedih."

"Dengan elo begini, lo juga bikin gue sedih. Udah yah."

Rio hanya mampu menghembuskan nafasnya kasar, dan melepaskan kaerah Vino yang dia cengkeram dengan cara mendorong tubuh Vino. Vino yang diperlakukan demikian mundur beberapa langkah.

"Untung ada kakak gue yang belain lo!"

Setelah itu, Rio langsung meninggalkan parkiran.

Kini tinggallah Ara dan Vino. Ara dengan perasaan tak enak sekaligus sakit hatinya. Juga Vino dengan perasaan bersalah, namun tak ingin mengakuinya.

"Maaf."

Vino menoleh ke arah Ara yang menundukkan kepalanya.

"Buat apa?"

"Rio."

"Dia belain kamu. Santai aja. Kita ke kelas sekarang."

Vino langsung menggandeng tangan Ara, mereka menuju ke kelas mereka masing-masing dengan keheningan yang menyelimuti selama perjalanan.

Araisy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang