Shock!

6.1K 457 2
                                    

Maaf bgt baru bisa update sekarang..
Makasih yg udh mau nunggu..
Jgn lupa vote+comment+share y..
Happy reading!!

===========================

Darren dan temannya Alex masih terdiam di dalam mobilnya. Tidak ada satu pun dari mereka yang membuka pembicaraan. Darren yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Alex yang sibuk dengan membalas pesan para pacarnya yang sedari tadi terus menerornya.

"Aku akan terbang ke Semarang dan menemui kedua orangtua gadis itu."

Ucapan Darren barusan membuat iPhone yang berada di genggaman Alex meluncur ke bawah. Alex mendelikkan matanya menatap pria gila yang sayangnya adalah teman karibnya ini.

"You're crazy man!" umpat Alex yang dibalas tatapan datar dari Darren.

"Aku tidak peduli dengan saran darimu. I will still go to Semarang and propose to be my wife," putus Darren sambil menyalakan mobilnya.

(Aku akan tetap pergi ke Semarang dan melamarnya untuk menjadi istriku)

Alex hanya menghela nafasnya kasar dan memilih untuk kembali berkutat dengan iPhone miliknya. Ia paham betul dengan tabiat dan sifat temannya ini. Darren tidak akan semudah itu untuk mengubah keputusannya. Jadi semuanya akan sia-sia saja.

Darren menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Di dalam pikirannya kini terpampang jelas wajah cantik perempuan yang dari pertama kali bertemu sudah membuatnya penasaran dan kini sebentar lagi, perempuan itu akan menjadi miliknya seutuhnya.

"Aku datang."

🍁🍁🍁

Aku hanya melamun dan terus melamun. Hingga aku tidak sadar sudah berada di depan pintu rumah ku sendiri.

"Ayo! Ibu yang akan menjelaskan semuanya pada kedua orangtuamu. Jangan takut."

Bu Galuh lah yang mengantar ku hingga ke rumah. Jujur, aku takut Umi dan Abi kecewa. Dengan gugup, aku meremas ujung gamis yang ku pakai dan berjalan pelan menuju pintu rumah yang terbuka lebar.

"Assalamualaikum."

Tak lama kemudian, muncul sosok Umi yang telah melahirkan ku ke dunia ini. Melihatnya membuat ku tanpa sadar meneteskan air mata.

"Waalaikumsalam. Loh, Nduk? Sudah pulang?" tanya Umi dengan raut kebingungan.

"Mari-mari, Bu. Silakan masuk."

Umi mempersilahkan Bu Galuh dan aku masuk ke dalam rumah. Aku masih diam dan menunduk tidak berani menatap Umi yang kini juga sedang menatap ku.

"Ibu mau minum apa? Biar saya buatkan."

Bu Galuh tersenyum. "Tidak perlu repot-repot, Bu."

Umi membalas senyuman Bu Galuh. "Tidak repot sama sekali, Bu. Baiklah, saya buatkan teh manis saja."

Bu Galuh hanya menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, maaf merepotkan."

Setelah Umi ke dapur, Bu Galuh menggenggam kedua tangan ku yang terus bergetar dan berkeringat dingin.

"Jangan takut, semuanya akan baik-baik saja. Ibu yakin, kalau Umi kamu akan menerima penjelasan Ibu nanti," ucap beliau sambil mengelus pelan kepala ku.

"Ini, Bu. Silakan diminum dulu mumpung masih hangat."

Bu Galuh tersenyum dan mulai menyeruput secangkir teh hangat buatan Umi.

"Saya datang ke sini ingin menyampaikan sesuatu yang penting, Bu. Ini menyangkut Kayla selama di Bali kemarin."

Umi terlihat tegang mendengar penuturan Bu Galuh yang terdengar serius. Karena tak ada jawaban, Bu Galuh akhirnya mulai menjelaskan.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang