Sesak

4.3K 285 2
                                    

Aku mengikuti mobil hitam yang dikendarai suami ku dan wanita itu. Sekitar lima belas menit aku mengikutinya, mobil yang ditumpangi mereka akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sakit. Melihat keduanya turun dari mobil, bergegas aku mengikutinya.

"Pak, ini uangnya."

"Tapi, kembaliannya?"

"Ambil saja, Pak. Saya permisi dulu." Aku segera keluar dari taxi dan menyusul mereka yang sudah lebih dulu masuk ke dalam.

Dengan setengah berlari, aku memasuki rumah sakit yang tidak terlalu penuh. Karena tertinggal jejak, aku memutuskan untuk tanya pada suster yang lewat di dekatku.

"Permisi, Sus. Anda melihat seorang pria memakai jas hitam dan wanita memakai baju merah bunga-bunga?" 

Suster tadi terlihat mengingat-ingat. "Oh, yang laki-lakinya itu bule ya?"

Aku mengangguk cepat dan suster itu menunjuk ke lorong sebelah kiri. "Di sana, Bu. Sepertinya mereka menuju dokter spesialis kandungan."

Aku mengangguk kaku dan tersenyum sebagai ucapan terimakasih.

"Dokter kandungan?" Pikiranku mulai kalut. Segala pikiran negatif bermunculan di otak ku.

"Terimakasih banyak Smith, kamu mau menemani ku untuk memeriksakan janin ini."

Aku melihat wajah perempuan itu. Cantik. Wajah dengan perpaduan Indonesia-Eropa itu sangat indah. Aku menjadi iri, bagaimana bisa Mas Darren akan mencintai ku yang buruk rupa ini? Mimpi. Aku yakin jika semua yang dia lakukan padaku selama ini tidak lain hanya untuk anaknya yang aku kandung.

Aku tersenyum miris saat Mas Darren mengelus dan mengecup kening perempuan itu. Jangan lupakan senyuman hangat yang ditunjukkan padanya.

"Tidak masalah, anak itu kan anak ku juga."

Jdderr

Rasanya jantung ku seperti ditikam palu. Sesak dan sakit. Tanpa sadar air mata ku meluruh. Tidak tahan lagi, aku berbalik dan berlari menjauh tanpa menoleh ke belakang.

Tidak masalah, anak itu kan anak ku juga.
Anak ku juga.
Anak ku juga.
Anak ku juga.

Aku berlari dengan menangis. Tidak perduli dengan pandangan orang-orang terhadap ku. Aku terus berlari hingga...

Brukk

🍁🍁🍁

Terang. Di sini sangat terang sekali. Tiba-tiba terdengar suara tawa anak kecil. Lalu dengan sekejap berubah menjadi tangisan. 

Aku melihatnya, balita mungil yang memakai gaun putih duduk di bawah pohon dengan bahunya yang naik turun.

"Hiks hiks." Balita itu menangis sesenggukan.

Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya. Perlahan balita itu mendongak, mata bulatnya yang berair menatap ku dengan dalam dan pipinya yang chubby dan kemerah-merahan membuatnya terlihat menggemaskan.

"Wajah itu__"

"AKU SAYANG BUNDA!!"

Aku membuka mataku dan melihat sekeliling. Cuma mimpi?

"Kamu sudah sadar, Kay?"

Dokter Abraham datang dengan mengenakan jas putih kebanggaannya. Aku mengangguk kaku dan mengeluh sakit pada kepala ku. Lagi-lagi tangan ku gemetar dan keringat dingin.

Aku berusaha menyembunyikan tangan ku dari Dokter Abraham. Namun aku kalah cepat, dia berhasil menahan kedua tangan ku.

"Neuritis optik, sejak kapan?" Matanya menatap ku dengan tajam.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang