Memalukan

7.1K 436 1
                                    

Di dalam mobil hanya ada keheningan. Aku pun juga tidak tahu harus berbicara apa dan sepertinya dia bukan tipe orang yang banyak bicara.

Saat menatap ke sepanjang jalan, aku merasa ada yang aneh.

“Ini bukan jalan ke rumah,” batinku.

Aku meliriknya takut-takut dan sepertinya dia sadar akan gelagat ku.

“Ada apa?”

Aku memberanikan diri untuk menatapnya dan pandangan kami pun bertemu untuk beberapa saat. Karena dia kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

“I..itu kita mau kemana? Ini bukan jalan ke rumah,” cicitku.

Dia tak kunjung menjawab. Akhirnya aku memberanikan diri untuk kembali meliriknya.

“Apa? Aku tidak tahu di mana letak rumahmu dan kamu juga tidak memberi tahuku alamat rumahmu,” jawabnya santai.

Aku tanpa sadar mendelikkan mata. “Lalu sekarang kita kemana?” sahutku dengan cepat yang terdengar seperti membentak.

Ku lihat dia sedikit terkejut dengan respon ku.

“Wow! Apa kau baru saja membentak ku istri?” katanya dengan ekspresi tidak percaya.

Seketika aku tersadar dan menundukkan kepala. Sungguh aku sangat malu padanya.

“Hei! Kenapa kamu suka sekali menundukkan kepala? Apa di bawah ada sesuatu yang lebih menarik dipandang daripada suami tampanmu ini?”

Astaga! Dia berkata apa barusan? Kenapa dia percaya diri sekali menyebut dirinya tampan. Ya memang ku akui jika dia benar-benar tampan. Tapi bisakan dia tidak senarsis itu?

“Maaf, Kayla hanya belum terbiasa.”

Tidak ada jawaban apa pun darinya. Aku melihat dia sedang fokus menyetir. Lengan kemejanya ia gulung hingga ke siku, memperlihatkan lengannya yang sedikit berotot. Untuk ukuran orang bule, dia memiliki warna kulit yang cukup eksotis.

Apa aku baru saja mendeskripsikan tentang dirinya? Oh, tidak! Sepertinya pikiran ku sudah tercemar karenanya.

“Kamu tidak ingin turun? Atau mau tidur di mobil saja?”

Aku melihat ke sekeliling, ternyata mobil sudah berhenti tepat di parkiran sebuah hotel bintang lima.

Blam!

Dengan cepat aku membuka pintu mobil dan sedikit berlari menyusulnya masuk. Sepertinya selain tidak banyak bicara, dia juga tipe orang tidak sabaran.

Akhirnya aku berhasil menyusulnya. Walaupun dengan nafas sedikit sesak karena berlari dari parkiran menuju meja resepsionis.

Mungkin jika jaraknya dekat tidak masalah, tapi ini harus menaiki tangga terlebih dahulu, karena dia memarkirkan mobilnya di basement.

Sambil menunggunya selesai mengurus check-in hotel, aku memutuskan untuk duduk sejenak. Tak sengaja aku menatap ke arah pakaian ku yang sedari kemarin belum ganti.

"Bagaimana dengan pakaian ku nanti?" monologku.

"Ayo!"

Lamunanku buyar saat pria itu memanggil ku. Kami berjalan memasuki lift dan ku lihat ia menekan angka tiga.

Ting!

Lift terbuka. Aku membiarkannya berjalan lebih dulu dan aku mengekorinya.

"Ini kamarmu dan itu kamar ku," jelasnya sambil menunjuk kamar yang berada tepat di samping kamar yang nantinya aku tempati.

"Ini kuncinya. Selamat istirahat."

Tanpa menunggu jawaban ku, dia sudah masuk duluan ke kamarnya. Entah kenapa ada sedikit rasa sakit di hati karena dia memilih untuk tidur di kamar yang berbeda.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang