Terjadi

8.4K 477 0
                                        

Happy reading!!
Jgn lupa vote+comment+share y klau suka ma cerita ini, thanks 🥰
~
~
~

Tokk..tokk..tokk

“Kayla!”

Dorr..dorr..dorr

“Kayla!”

“Mungkin dia udah tidur,” ucap Sinthya yang diangguki Safira.

Katherine mendengus kesal, lalu membuka smartphone miliknya dan menekan tombol panggil.

“Gimana? Diangkat nggak?” tanya Sinthya yang dibalas gelengan oleh Katherine.

“Coba kamu telpon sekali lagi,” saran Safira yang sedari tadi diam karena menahan kantuk.

Katherine kembali menekan tombol hijau pada kontak Kayla. Namun lagi-lagi hanya tersambung, tidak diangkat sama sekali.

“Biasanya Kayla itu paling gampang kalau dibangunkan. Coba aku ketuk pintunya sekali lagi.”

Tokk..tokk..tok..

“KAYLA!” teriak Katherine memanggil Kayla yang ada di dalam. Namun tetap saja nihil, tidak terdengar sahutan sama sekali.

“Aku jadi khawatir,” ucap Sinthya secara tiba-tiba.

Safira yang sedang bersandar pada pintu karena menahan kantuk, tanpa sengaja mendengar suara perempuan menangis yang seketika membuatnya menegakkan tubuhnya kembali.

“Coba kalian dengar baik-baik deh. Ada suara perempuan lagi nangis.”

Mereka berdua memasang kedua telinga mereka lebar-lebar dan mulai mencari suara tangisan perempuan yang dimaksud Safira tadi.

“Kamu salah dengar mungkin, karena kamu ngantuk. Aku nggak dengar apa-apa,” ucap Sinthya yang diangguki Katherine.

Safira berdecak kesal. “Aku nggak salah dengar. Aku beneran dengar suara perempuan nangis dari kamar kita.”

“Ah! Masa sih?” Katherine lalu menempelkan telinganya ke pintu kamar hotel mereka.

Sinthya menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban Katherine.

“Iya ada yang nangis di dalam. Apa jangan-jangan itu Kayla ya? Aku jadi khawatir kalau dia kenapa-kenapa,” ucap Katrine dengan raut wajah gelisah.

Tak dapat dipungkiri, Sinthya dan Safira juga merasakan hal yang sama. Karena jam yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan Kayla juga tak kunjung keluar untuk membukakan pintu. Akhirnya mereka menelpon wali kelas mereka, yaitu Bu Galuh.

“Apa tidak mengganggu beliau? Ini udah lewat tengah malam loh,” tanya Safira yang sudah tidak mengantuk lagi karena diliputi rasa khawatir dan cemas. Katherine dan Sinthya pun merasakan hal yang sama.

“Udah nggak apa-apa, daripada Kayla di dalam kenapa-kenapa dan kita nggak bisa istirahat?”

Ucapan Katrine ada benarnya, jika tidak menghubungi wali kelas mereka, maka sudah pasti mereka akan tidur di luar dengan ditemani nyamuk. Selain itu, mereka juga khawatir dengan Kayla karena sudah ditelpon tidak diangkat, ditambah dengan suara tangisan yang berasal dari dalam kamar mereka.

“Selamat malam Bu, maaf mengganggu waktu istirahatnya. Jadi begini Bu, saya, Safira dan Sinthya masih di luar kamar Bu dari tadi, di dalam kamar ada Kayla. Tapi, Kayla tidak mengangkat telpon saya dan kami juga mendengar ada suara perempuan menangis dari dalam. Kami bertiga khawatir Bu kalau terjadi apa-apa dengan Kayla,” ucap Katrine pada Bu Galuh dalam telpon.

“Baik Bu, kami tunggu. Terima kasih Bu dan maaf jadi merepotkan, selamat malam.”

“Gimana?” tanya Sinthya penasaran setelah Katrine menutup sambungan telponnya.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang