Darren Mual?

5.5K 362 5
                                    

Katherine beranjak dari tempat tidurnya dan menghubungi seseorang.

"Halo! Cari informasi tentang Darren Smith William sekarang!"

Tanpa menunggu balasan orang di seberang telpon, Katherine memutuskannya sebelah pihak.

Dia melihat pantulan dirinya sendiri di cermin dan menyunggingkan senyum sinisnya.

"Gue gak akan pernah rela kalian berdua bersama. Gue gak suka apa yang udah jadi milik gue direbut orang lain," gumamnya.

Tok..tok..tok

"Non! Makan malam sudah siap."

Dengan sekejap Katherine merubah ekspresi wajahnya menjadi ceria kembali.

"Iya, Bi!" jawabnya dengan setengah teriak.

Setelah mendengar langkah kaki perlahan menjauh, Katherine membalikkan badannya ke arah cermin lagi.

"Tunggu apa yang akan ku lakukan untuk memisahkan kalian berdua."

🍁🍁🍁

Darren sibuk dengan urusan pekerjaannya yang membuatnya sering pulang larut malam. Bahkan niatnya yang ingin menyelesaikan pekerjaannya di apartemen ia urungkan.

Entahlah, kenapa Darren lebih memilih untuk pulang pergi keluar kota. Tidak ada yang tahu isi dari pikirannya.

Sering kali ia memilih untuk menginap di kantornya, daripada harus pulang ke apartemennya di Semarang. Apa mungkin dia lupa jika sudah memiliki istri yang sedang menunggunya?

"Huhhh." Darren menghela napasnya kasar dan memijit pelipisnya pelan.

Akhir-akhir ini ia sering melewatkan jam makannya karena terlalu sibuk mengurus pekerjaan. Darren juga merasakan pusing dan perutnya terasa seperti diaduk-aduk belakangan ini. Berkali-kali dia memuntahkan isi perutnya, namun hanya cairan bening yang keluar.

Badannya terasa lemas dan tak bertenaga. Dengan sisa tenaganya, ia menelpon Alex untuk memanggil dokter keluarganya yang ada di Indonesia.

"Ada apa lo telpon gue?"

"Suruh Dokter Anang datang ke kantor cabang gue di Jogja, gak pake lama!"

Tut 

Darren langsung mematikan telponnya, mengabaikan Alex yang pasti menggerutu di seberang sana. Beranjak dari duduknya, dengan satu tangan memegang kepala dan satunya memegang tembok untuk pegangan, dia berjalan pelan ke kamar pribadinya.

Darren membaringkan badannya yang tidak bertenaga itu ke ranjang, tanpa mengganti pakaiannya yang sudah seharian ini ia pakai. Tak perduli bau keringat di tubuhnya, karena ia sudah tidak kuat untuk sekedar berganti pakaian.

Perlahan matanya memberat dan akhirnya ia pun tertidur.

🍁🍁🍁

Aku sedang duduk melamun di balkon kamar. Beberapa hari ini Mas Darren seperti menjaga jarak. Semenjak kejadian dimana aku diantar pulang dari swalayan waktu itu.

Ditambah perasaan ku saat ini tidak enak. Entah kenapa aku khawatir dengan keadaannya. Berniat ingin menyusul ke kantornya, tapi tidak tahu kantornya dimana. Ingin bertanya pada Alex, tapi tidak punya nomornya.

Dengan gontai, aku berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Lebih baik aku salat malam dan berdoa untuk suami ku yang entah ada dimana sekarang.

Selesai salat, jam menunjukkan pukul setengah empat dini hari. Tapi, mata ku juga tak kunjung terpejam. Berguling kesana kemari mencari posisi nyaman untuk tidur, tapi kedua mata ku tidak dapat diajak kerjasama, untungnya besok hari Sabtu.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang