Buta?

7.3K 291 8
                                    

Darren menunggu dengan sabar. Menurut perkiraan dokter tadi, istrinya tidak lama lagi akan bangun. Sedari tadi dia tidak henti-hentinya tersenyum, sampai sang mama hanya geleng-geleng kepala melihat anak sulungnya.

"Mah, kelopak matanya bergerak." Elen yang berdiri di dekat ranjang Kayla berujar senang.

"Elen, tolong panggilkan Abi dan Umi," pinta Darren yang diangguki Elen.

Setelah Elen pergi, tidak lama kemudian mata yang sudah lama terpejam itu akhirnya terbuka kembali.

"Kayla."

"A..air," lirihnya.

Dengan sigap Darren mengambil air putih dan membantu istrinya untuk minum.

"Apa yang kamu rasakan sekarang? Biar saya panggilkan dokter," ucap Darren dengan cemas melihat Kayla yang seperti kebingungan.

"Kenapa semuanya gelap? Kayla ti..tidak bisa melihat apa-apa," jawab Kayla dengan lirih.

Umi, Abi dan Elen yang berdiri di depan kamar seketika mematung. Darren menggenggam tangan Kayla yang tidak diinfus.

"Katakan kalau kamu bohong." Darren menatap kedua mata Kayla yang tidak berbalik menatapnya.

"Kayla tidak bisa melihat apa-apa."

Dengan cepat Darren menghubungi dokter dan menyuruhnya untuk segera memeriksa istrinya.

"M..mas."

Darren mendekat ke arah Kayla. "Apa? Kamu merasakan sesuatu? Mana yang sakit?" tanyanya dengan cemas.

Kayla menggeleng lemah. "Dimana anak kita? Selama Kayla tidak sadar, Kayla selalu mendengar suaranya. Tapi sekarang dia ada dimana? Kayla ingin menemuinya."

Melalui isyarat mata, Darren meminta mamanya untuk membawa Maliq mendekat. Ya, sedari tadi Maliq berada di gendongan mamanya. Bayi gembul itu sedang tidur, makanya dari tadi tidak bersuara.

Mama meletakkan Maliq dengan hati-hati ke ranjang tepat di samping Kayla.

"Kayla, saya tidak tahu kamu akan suka atau tidak. Saya sudah memberi nama pada anak kita," ucap Darren melihat istrinya yang sedang tersenyum sambil menggenggam tangan Maliq.

"Apapun itu Kayla akan suka. Siapa namanya, Mas?"

Darren tersenyum. "Austin Maliq William."

Kayla meraba pelan wajah anaknya sambil tersenyum hangat. "Maliq?"

Darren mengangguk walaupun Kayla tidak bisa melihatnya.

"Permisi." Dokter yang dipanggil Darren akhirnya tiba.

"Silakan periksa istri saya."

Dokter pribadi keluarga William itu mengangguk patuh dan mulai melaksanakan tugasnya.

"Baik, dari hasil pemeriksaan saya Nyonya Kayla tidak bisa sembuh sepenuhnya."

Semuanya hening.

"Dengan berat hati saya mengatakan bahwa Nyonya Kayla mengalami rabun senja, dimana setelah matahari tenggelam tidak akan bisa melihat," lanjutnya.

Semuanya mengangguk paham. Tak ayal jika mereka bersyukur karena setidaknya Kayla tidak sepenuhnya buta.

"Terimakasih, Dok."

"Iya sama-sama. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu berpamitan dan diantar oleh Abi.

"Mas," panggil Kayla.

Darren menggenggam tangan istrinya sebagai isyarat kalau dirinya mendengarkan.

"Bagaimana keadaan Katherine?"

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang