Apartemen

4K 305 0
                                    

Setelah kejadian tadi, kami memutuskan untuk segera pulang ke Semarang. Kata dokter aku tidak boleh terlalu kelelahan dan melakukan sesuatu yang berat-berat dulu. Sebenarnya aku ingin protes, tapi aku yakin ini demi kebaikan anak kami juga.

Anak kami?

Aku tersenyum pedih saat mengingat Darren berkata jika hanya menyewa rahim ku untuk tempat anaknya. Walaupun dia sudah meminta maaf, tapi rasanya sulit untuk melupakan.

"Jangan memikirkan yang aneh-aneh."

Aku melirik sekilas ke arah samping, tepatnya di kursi kemudi. "Kayla tidak memikirkan apa-apa ko, Mas."

Darren mengangguk dan kembali fokus ke jalanan. Aku menghembuskan nafas kasar dan perlahan memejamkan mata karena lelah.

"Ya Allah, kuatkan hamba."

🍁🍁🍁

Di tempat lain, seorang perempuan dan laki-laki sedang berbicara suatu hal yang serius.

"Kamu yakin?"

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya. "Iya, dia sudah menikah."

Perempuan yang ada di depannya itu mengangguk pelan. Tapi ekspresinya terlihat muram.

"Kapan? Sama siapa?"

Laki-laki itu menyeruput secangkir kopi di tangannya. "Satu bulan yang lalu? Entahlah gue lupa. Sama cewek lokal intinya."

Perempuan itu menghembuskan nafasnya kasar. "Kenapa kakak tidak memberitahu aku dan Mamah?"

Alex menaruh secangkir kopinya dengan pelan dan menatap adik kandung sahabatnya ini. "Pernikahan ini dilakukan secara tertutup dan terlalu mendadak," jelasnya pelan-pelan.

Alex menarik napasnya dalam-dalam. "Dengar El, pernikahan ini gak seperti yang lo pikirkan. Mereka menikah bukan karena sama-sama cinta atau sama-sama suka. Tapi mereka menikah karena kakak lo harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan."

Elena memajukan badannya dan menatap serius sahabat kakaknya. "Maksudmu Kak Darren tidak sengaja nananina?" Sambil mempraktekkan dengan kedua jari telunjuknya yang menyatu.

Wajah Alex tiba-tiba memerah menahan tawanya. "Pfftt, apa? Nananina?"

Elena mencebikkan bibirnya melihat raut wajah mengejek milik Alex. "Aku masih polos tauk!"

Tawa Alex pecah melihat kepolosan adik Darren. "Astaga! Lo kuliah di US gue kira gak perawan lagi," ujarnya santai tapi membuat perempuan berumur dua puluh satu tahun itu geram.

Plakk

Pipi Alex seketika cenut-cenut dan orang yang membuatnya seperti ini malah memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Ada nyamuk tuh gede banget. Aku tampar deh biar mati," ucap Elena dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Alex menatap tajam perempuan di hadapannya sambil mengelus-elus pipinya yang memerah. Lebai sekali memang.

"Ceweknya kayak apa sih? Ada fotonya?" tanya Elena sambil menyodorkan tangannya.

Alex mencebikkan bibirnya pelan dan memberikan ponsel miliknya.

"Cewek berhijab ya, Mamah pasti suka deh," celetuk Elena saat melihat foto kakak iparnya yang ditanggapi gumaman malas Alex.

"Namanya siapa?" Elena mendongak dan matanya membulat sempurna menatap Alex yang sedang mengupil.

Perempuan itu seketika bergidik jijik. "Iyuhhh, jorok banget sih!"

Alex tersenyum tanpa dosa seperti orang bodoh. "Lo mau tahu namanya? Tanya sendiri gih sama Kakak lo."

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang