Kembali

7.4K 477 18
                                        

Maaf baru bisa up, mksh yg udh mau nunggu 🥰
Happy reading!! Jgn lupa vote+comment+share yaa..
~
~
~

"Bagaimana ini, Pak? Kita harus mengatakan apa pada kedua orangtua Kayla?"

Para guru sedang berkumpul membahas insiden yang baru saja terjadi pada salah satu siswi mereka, yaitu Kayla.

"Ini adalah kelalaian kita sebagai penanggung jawab."

Pak Ismail menatap satu per satu guru yang hadir dan menghela nafasnya kasar. "Dengan adanya insiden ini, saya memutuskan untuk memulangkan semua murid."

Para guru yang lain hanya diam dan mengikuti kebijakan kepala sekolah mereka, karena beliau lah yang memiliki wewenang.

"Untuk masalah ini, lebih baik jangan sampai tercium oleh awak media. Saya tidak ingin reputasi sekolah kita hancur," lanjut Pak Ismail dengan tegas.

"Dan untuk Kayla sendiri. Saya akan memberinya cuti sekolah hingga psikisnya benar-benar pulih."

Salah satu guru perempuan mengangkat tangannya. "Maaf sebelumnya, Pak. Jadi maksud Bapak, Kayla tetap melanjutkan sekolahnya?"

Pak Ismail mengangguk dengan tegas. "Ya. Karena itu adalah bentuk kelalaian kita sebagai penanggung jawab selama di sini. Saya memberi Kayla keringanan untuk itu. Lagi pula, dia hanya kehilangan kegadisannya bukan karena dia hamil."

Semua guru mengangguk-anggukkan kepalanya setuju saat mendengar alasan kepala sekolah yang masuk akal.

"Pak Herie, tolong umumkan pada semua murid untuk segera berkemas. Kita akan pulang hari ini. Ingat! Jangan sampai masalah ini tercium oleh awak media, maupun orangtua siswa yang lain."

Setelah mengucapkan itu, Pak Ismail segera keluar dari ruangan. Para guru yang masih di sana mulai berbisik-bisik.

"Memang kejadiannya seperti apa, Bu?"

Bu Galuh yang masih berpikir keras bagaimana caranya untuk menjelaskan ini semua pada kedua orangtua Kayla, tiba-tiba tersentak kaget.

"Eh! Bagaimana, Bu?"

Ternyata yang mengajak Bu Galuh berbicara tadi adalah salah satu guru perempuan yang paling muda diantara guru yang lain, yaitu Bu Hilda.

"Itu, bagaimana bisa kejadian?" tanya Bu Hilda penasaran.

"Maaf, Bu. Untuk itu saya tidak bisa mengatakannya. Seperti yang dikatakan Pak Ismail tadi, kasus ini tidak boleh diketahui siapapun," jawab Bu Galuh dengan halus.

Bu Hilda terlihat tidak puas dengan jawaban yang diberikan Bu Galuh. Namun tak ayal guru muda satu itu tetap mengucapkan terima kasih dan memberikan senyumannya pada guru paruh baya yang seumuran dengan ibunya itu.

"Terima kasih, Bu."

🍁🍁🍁

"Kayla."

Aku masih tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut ku. Kini aku telah berganti pakaian, sahabatku lah yang bersedia membantu ku.

"Katherine, pakaian Kayla udah beres semua."

Aku bersyukur dalam hati, karena masih ada orang yang perduli pada perempuan kotor seperti ku. Aku tak menampik ada perasaan hangat menjalar di tubuh ku saat melihat mereka bersedia untuk membantu ku.

"Kayla, aku mohon jangan kayak gini."

Aku melirik sekilas ke arah Katherine. Sebenarnya aku merasa kasihan dengannya, namun bibir ini rasanya kelu untuk berbicara. Badan ku pun tak berhenti bergetar, sampai-sampai pendingin ruangan harus dimatikan.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang