Pagi ini tidak seperti pagi-pagi biasanya. Sarapan kali ini terasa lebih ramai karena bertambah tiga personel baru, yaitu Mas Darren, Mama dan Elen.
"WOAH! Enak sekali, Umi." Elen memakan semur jengkol di hadapannya dengan lahap, tanpa memperdulikan sang kakak yang menatapnya dengan kening berkerut.
"Kenapa Mas? Mas Darren mau semur jengkol juga? Kayla ambilkan ya," tawar ku karena Mas Darren sedari tadi menatap adiknya tanpa berkedip.
"Tidak perlu. Aku tidak suka makanan yang membuat mulutku bau," sahutnya dengan mengibaskan tangan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. "Mas Darren mau Kayla ambilkan lauk apa kalau gitu?"
"Sayur lodeh saja."
Aku mengambilkan menu kesukaanku selain ayam kecap ke piring Mas Darren yang sudah terisi nasi.
"Maaf ya lauknya ala kadarnya saja," ucap Umi.
Mama tersenyum menatap Umi. "Tidak, Bu. Ini bagi kami mewah sekali. Terutama bagi saya yang sudah lama tidak makan masakan Indonesia."
Umi mengangguk dan tersenyum. Aku melihat ke arah Abi yang belum mengeluarkan suara dari tadi. Ya memang saat makan tidak boleh mengeluarkan suara apalagi berbicara, tapi Abi tidak biasanya seperti sekarang. Ekspresinya datar.
Setelah sarapan selesai, aku beranjak membantu Umi membawa piring-piring kotor ke dapur.
"Umi, Abi kenapa?" tanyaku saat hanya ada kami berdua.
"Loh memang Abi kenapa? Abi biasa-biasa saja tadi. Mungkin Abi mu kelelahan. Semalam kan Abi pulang larut," jawab Umi dengan fokus pada piring yang dia cuci.
Aku mengangguk saja tidak mau memperpanjang. Mungkin memang Abi sedang kelelahan.
"Kamu letakkan saja piringnya, temani Ibu mertuamu. Ini biar Umi saja yang selesaikan."
"Tidak usah, Umi. Biar Kayla bantu Umi dulu," tolak ku yang dibalas anggukan pasrah oleh Umi.
Tak lama kemudian, adik ipar ku Elen menghampiri ku ke dapur.
"Kak."
Aku menengok ke arahnya. "Iya ada apa?" tanyaku sambil meletakkan piring ke rak.
Elen tersenyum sumringah sambil menggandeng tanganku. "Jalan-jalan yuk, Kak ke mall."
"Eh?" Aku melirik ke arah Umi dan Umi menganggukkan kepalanya.
"Boleh deh." Aku mengangguk dan tersenyum.
"Beneran kak?" tanyanya dengan mata berbinar.
Aku sekali lagi mengangguk, hingga tiba-tiba saja Elen memelukku dengan erat dan menarik pelan tanganku menuju kamar.
"Nah, Kakak harus tampil cantik supaya Kak Darren makin terpesona."
Aku duduk di pinggir ranjang mengamati segala tingkah adik ipar ku yang sedang membuka almari dan mengeluarkan beberapa pakaian dari sana.
"Warna apa ya?"
Hampir sepuluh menit aku berganti baju dari hasil pilihan Elen akhirnya selesai juga.
"Kak! Pakai kacamata ini deh biar makin cantik." Elen menyodorkan kacamata ke arahku.
"Tapi Kakak tidak terbiasa pakai kacamata hitam. Kakak tidak percaya diri kalau memakainya," tolak ku.
"Ayolah, Kak! Dicoba dulu," desak Elen.
Demi adik ipar ku akhirnya aku mengalah dan memakai kacamata hitam yang ia sodorkan.
"Kakak lepas ya," cicit ku malu saat melihat Elen menatapku tidak berkedip.
"Ja__"
Ckklek

KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Bule [END]
Teen FictionJudul lama : Pernikahan atau Permainan Cover by Pinterest Aku tidak menyangka perjalanan study tour ku ke Bali akan mempertemukan ku dengan pria bule itu. Pria bule yang kini resmi menjadi suamiku bahkan disaat umurku belum genap 18 tahun. Berawal d...