Katherine melihat sekelilingnya dengan waspada. Jujur suara tembakan itu membuat ku terkejut dan ketakutan. Baru pertama kali ini aku mendengar suara tembakan secara langsung dan pada jarak yang dekat.
"Lepasin Kayla," mohon ku.
Namun, Katherine tidak perduli. Dia melepas borgol pada kedua tangan dan kaki ku dengan tergesa-gesa. Lalu setelah semuanya terlepas, ia langsung menggeret ku dengan paksa menuju sebuah almari besar di ujung ruangan.
"Cepat dobrak pintunya!"
"Mas Darren?" batinku senang.
Katherine yang tahu gelagat ku segera mendorong ku dengan paksa masuk dalam almari yang ternyata isinya adalah beberapa anak tangga menuju ke bawah tanah.
"Jangan teriak atau bayi kamu dalam bahaya," bisik Katherine dengan nada mengancam.
Aku tidak berani berbuat apa-apa selain menuruti perkataannya.
"Ayo masuk!" Katherine mendorong tubuh ku masuk ke dalam sebuah kamar.
Dia mengunci ruangan ini dan membuang kuncinya ke sembarang tempat. Aku melihat ke sekeliling kamar mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Namun yang ku dapatkan justru foto-foto ku yang tertempel di dinding dengan berbagai macam ukuran.
"Jadi semua ini benar?" gumamku pelan.
"Sial! Bagaimana bisa mereka tau kamu ada di sini?!"
Aku beringsut mundur saat Katherine semakin mendekat. Matanya memindai ke seluruh tubuh ku.
"Pasti ada alat pelacak yang ada di bajumu atau__"
Mata Katherine berpindah ke tangan ku. "Jam tangan."
"Kath, apa maksud ini semua?" tanyaku dengan tangan gemetar.
"Tidak, tidak. Jangan sekarang." Aku terus meracau dalam hati. Tanganku sedari tadi tidak berhenti bergetar. Penglihatan ku pun perlahan memburam.
Aku masih bisa melihat Katherine yang menatap kosong ke arahku. "Ini semua karena trauma ku dengan laki-laki."
Aku mengernyitkan dahi menahan rasa sakit di kepala. Sekuat tenaga aku bertahan untuk tidak kehilangan kesadaran.
"Karena itu gue jadi gak percaya lagi sama laki-laki. Sebelum gue kenal sama lo, hidup gue lebih hancur dari sekarang," lanjutnya dengan menatap mataku.
Katherine berjalan mendekatiku. "Seiring berjalannya waktu, perasaan yang gak gue inginkan tumbuh gitu aja saat kita bersama."
"Lo tahu Kay, gue sebenernya gak mau punya perasaan ini ke lo. Karena gue tahu akhirnya gak akan jadi baik," lirih Katherine.
Aku turut merasakan sakitnya saat Katherine menceritakan kisah kelamnya. Menarik napas perlahan aku tersenyum ke arahnya.
"Kamu perempuan kuat Kath. Terlepas dari trauma terhadap laki-laki yang kamu alami, tidak semua laki-laki itu sama."
Takut-takut aku menggenggam kedua tangannya. "Kayla sebagai sahabat kamu akan selalu ada disaat kamu susah. Kamu bisa berbagi cerita sama Kayla, sama Umi juga boleh. Kayla yakin, Tuhan sudah memberikan takdir bahagia untukmu."
Tiba-tiba Katherine memelukku dengan erat. "Makasih Kay."
Aku mengangguk dengan senyuman di wajahku.
"Tapi maaf__"
Aku tersentak merasakan sakit di bagian perutku. Katherine melepaskan pelukan kami dan tersenyum ke arah ku.
"Maaf, kalau kamu tidak bisa jadi milik ku. Maka kamu juga tidak bisa jadi milik orang lain."
Aku menatap nanar pada darah yang merembes keluar dari perut ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Bule [END]
Teen FictionJudul lama : Pernikahan atau Permainan Cover by Pinterest Aku tidak menyangka perjalanan study tour ku ke Bali akan mempertemukan ku dengan pria bule itu. Pria bule yang kini resmi menjadi suamiku bahkan disaat umurku belum genap 18 tahun. Berawal d...