Semenjak kejadian waktu itu, aku belum melihat Dokter Abraham lagi, atau bisa ku panggil Kak Abraham. Dia adalah tetangga ku dulunya, kami berdua sangat dekat. Dia sudah aku anggap sebagai kakak sendiri, karena aku hanya anak tunggal. Ayahnya juga rekan kerja Abi. Ibunya juga sahabat masa SMA Umi.
Jujur, aku sendiri masih tidak menyangka jika dipertemuan pertama kami, Kak Abraham akan mengajak ku untuk ta'aruf. Mungkin jika aku belum memiliki suami, aku akan menerimanya.
Secara, Kak Abraham itu pria yang sangat memegang teguh agama dan tentu saja mapan. Terbukti sekarang diumur yang masih muda sudah menjadi seorang dokter.
Tapi sayangnya hati ku sudah terisi dengan seorang pria yang kini menjadi suami ku, imam ku, Darren.
Sudah hampir empat hari aku menemaninya menginap di rumah sakit. Hari ini juga, Mas Darren diperbolehkan untuk pulang.
"Mas, kamu yakin mau nyetir mobil sendiri? Kayla saja ya yang nyetir?" tanyaku khawatir, karena kakinya juga baru saja dilepas perbannya.
Aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nanti. Sudah cukup dia membuat aku khawatir.
"Aku akan menyuruh Alex saja untuk menjemput ku. Kamu bawa mobil ku."
🍁🍁🍁
Alex yang sedang tidur terganggu dengan dering ponsel miliknya. Dengan mata setengah terpejam, dia mengangkat telpon itu tanpa melihat nama pemanggilnya.
"Halo!"
"LO DI RUMAH SAKIT?!" Mata Alex terbuka dengan sempurna saat mendengar kabar dari sahabatnya ini.
"Oke-oke, gue jemput sekarang."
Setelah menutup telponnya, Alex langsung menyambar kunci mobilnya dan bergegas pergi, tanpa memperhatikan penampilannya yang acak-acakan.
Dua puluh menit kemudian...
Alex memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah sakit. Dia tidak perlu bertanya dimana Darren dirawat, karena pria itu sudah mengatakannya di telpon tadi.
"Sorry, kalian jadi nunggu lama," ucap Alex dengan nafas ngos-ngosan.
"Hem, bawakan tas ini"
Alex membantu membawakan tas dan memapah tubuh jangkung Darren sambil menggerutu dalam hati.
"Dimana istri lo?" tanya Alex karena ia baru sadar jika istri sahabatnya ini tidak mengikuti mereka.
"Kayla menyetir mobil ku."
Alex hanya manggut-manggut mendengar jawaban Darren. Mereka akhirnya sampai di parkiran dan Alex mendudukkan Darren di kursi depan sebelah kemudi.
"Kok lo bisa jadi gini?"
Darren memijit pelipisnya pelan. "Lo tahu kan, kalau gue orangnya tempramen? Gue enggak bisa nahan emosi waktu lo ngasih kabar tentang 'dia' di telpon."
Alex menggelengkan kepalanya. "Dar, sampai kapan lo bakalan dendam sama keluarga lo? Dia juga bokab lo. Tanpa dia, lo enggak ada sekarang," ucapnya mencoba memberikan sahabatnya ini pengertian.
"If I could, I wouldn't expect that either. I wish, I wasn't born in this world."
🍁🍁🍁
Sesampainya di apartemen, aku merapikan kamar Mas Darren yang porak poranda seperti habis terkena badai. Pecahan kaca tadi belum sempat ku bersihkan, sekarang sudah beres.
"Baiklah, sekarang waktunya masak. Tapi masak apa ya?"
Aku membuka kulkas dan di sana hanya ada telur dan daging ayam. Tidak ada sayuran sama sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/247897427-288-k89150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Bule [END]
Teen FictionJudul lama : Pernikahan atau Permainan Cover by Pinterest Aku tidak menyangka perjalanan study tour ku ke Bali akan mempertemukan ku dengan pria bule itu. Pria bule yang kini resmi menjadi suamiku bahkan disaat umurku belum genap 18 tahun. Berawal d...