Jujur

5.4K 336 10
                                        

Tiga hari semenjak kejadian di swalayan itu, Darren menjadi lebih banyak diam. Walaupun pada dasarnya dia memang irit bicara, tapi ini beda. Apa aku sudah berbuat salah padanya tanpa ku sadari?

Aku termenung sambil mengaduk-aduk semangkuk mie ayam di depan ku. Tidak sadar jika Katherine dari tadi terus menatap ku dengan tatapan menyelidik.

"Kayla, ada apa?"

Aku tersentak kaget, hingga sendok yang ku pegang terjatuh.

"Tidak usah diambil, biarkan saja."

Katherine menatapku tajam. "Ada apa Kayla?"

Aku menatapnya dan tersenyum kecil, seolah-olah mengatakan jika aku sedang baik-baik saja. Padahal sebenarnya tidak.

Katherine masih menatapku. "Kamu tidak mau jujur? Kamu anggap aku apa? Apa kamu tidak menganggap aku sebagai  sahabat?"

Terdengar ada kekecewaan di sana. Aku menatapnya dengan penuh rasa bersalah.

"Sepertinya aku harus jujur sekarang," batinku.

Aku menghela nafas panjang. "Aku minta maaf. Aku akan menjelaskan semuanya. Tapi, nanti saja setelah pulang sekolah di kafe biasa ya."

Katherine menganggukkan kepalanya. "Yaudah, ayo kita kembali ke kelas."

Aku berjalan beriringan dengannya. Tapi saat sampai di lapangan basket, ada lima orang perempuan berseragam ketat dan rambut yang diwarnai menghalangi jalan kami.

Aku tidak kenal dengan mereka, tapi aku merasakan hal buruk akan terjadi. Tanpa sadar aku menggenggam erat lengan Katherine yang ada di sampingku.

"Wah-wah! Ternyata ini cewek yang sok suci itu," ucap perempuan paling depan sendiri dengan dandanan paling menor. Sepertinya dia adalah pemimpin mereka.

Katherine melangkah maju, spontan aku langsung menarik tangannya.

"Jangan terpancing emosi," bisikku padanya.

"Apa maksud kalian ngomong kayak gitu?" tanya Katherine dengan menatap tajam ke arah lima perempuan itu.

"Hahaha! Guys, liat deh! Percuma lo pake jilbab tapi kelakuan lo kayak jalang."

Katherine mengepalkan kedua tangannya. "Apa tadi lo bilang? Ulangi!"

Perempuan yang ternyata bernama Clarissa itu maju selangkah sambil mendongakkan kepalanya. "Gue bilang mending tuh jilbab copot aja. Gak cocok sama kelakuannya yang kayak jalang."

Plakk

Aku terkejut karena Katherine menampar Clarissa hingga pipinya memerah. Dibalik wajah imutnya, Katherine adalah pemegang sabuk hitam taekwondo. Jadi kekuatan tamparannya tidak main-main.

Clarissa menegang pipinya dan melotot garang ke arah Katherine. "GUE GAK ADA URUSAN SAMA LO YA!"

Tatapan Clarissa beralih kepada ku. "Lo! Liat aja balasan gue. Cabut guys!"

Clarissa dan antek-anteknya pergi dari sana, begitupun orang-orang yang menonton.

Aku mengamit lengan Katherine dan menariknya masuk ke kelas dengan buru-buru. Sesampainya di kelas, aku langsung menyuruhnya untuk duduk dan memberinya sebotol minum.

"Udah gak emosi lagi kan?"

Katherine mengangguk-angguk dengan wajah memerah. Entah karena kepanasan atau menahan emosinya.

Aku mengusap-usap lengannya. "Kamu seharusnya jangan begitu. Kasihan tadi Clarissa sampai merah gitu pipinya."

Katherine mendelikkan matanya. "Hati lo terbuat dari apa sih, Kay? Dia tuh udah ngata-ngatain lo! Kenapa lo masih perduli sama dia?!"

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang