Happy reading!
Jgn lupa vote+comment+share y klau suka ma cerita ini~
~
~Setelah kejadian kemarin, aku menjadi lebih banyak diam dan hanya menganggapi celotehan sahabat ku dengan seperlunya saja.
"Yes! Akhirnya yang kita tunggu-tunggu kesampaian juga, Kayla. Kita sebentar lagi akan menikmati suasana senja di Pantai Kuta," ucap Katherine dengan senyuman lebar yang terpatri di wajah imutnya.
Aku hanya diam dan menimpalinya dengan senyuman tipis. Mood ku tiba-tiba memburuk karena aku terus terpikir dengan rentetan-rentetan kejadian yang menurut ku janggal selama beberapa hari di Bali.
"Kamu melamun lagi ya? Jangan keseringan melamun Kayla, enggak baik."
Aku menatap sahabat ku dan tersenyum. Aku merasa beruntung mendapatkan sahabat sebaik Katherine. Dia bukanlah tipe orang yang datang saat dia butuh dan saat dia tidak butuh maka akan menjauh. Itulah alasan lain yang membuat ku tidak terlalu akrab dengan teman-teman sekelas ku yang lain.
Mereka kebanyakan datang hanya saat mereka membutuhkan ku. Tapi tidak dengan Katherine, dia selalu ada disaat aku butuh dan aku juga selalu ada saat dia membutuhkan ku. Kami berdua saling melengkapi dan aku berharap suatu saat nanti, dia menjadi sahabat seiman dan Allah akan mempertemukan kami di surga-Nya.
"Aku masih kepikiran soal tadi. Aku tidak habis pikir, siapa kira-kira yang sudah membayarkan semua belanjaan kita? Semuanya terasa aneh," aduku pada Katrine.
Kulihat dia menghela napasnya kasar. "Sebenarnya aku juga sama, tapi kita di Bali untuk menjernihkan pikiran kita dari tugas-tugas sekolah. Jadi, aku berusaha untuk mengalihkan pikiran itu dengan memikirkan keindahan pantai yang sebentar lagi akan kita lihat."
Katherine mengelus bahuku pelan. "Sudahlah, jangan dipikirkan terus. Mungkin itu memang rezeki yang Tuhan kasih ke kita melalui orang yang sudah membayar belanjaan kita tadi," ucapnya.
Aku menepuk pelan tangan sahabatku. "Terima kasih," ucapku tulus.
"Terima kasih untuk apa?"
Aku tersenyum dan membawa tubuh mungil sahabat ku ke dalam pelukan. "Terima kasih untuk semuanya."
"Anak-anak sekarang kita harus transit dulu ya. Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta dengan bus. Jadi kita harus naik mobil yang sudah disediakan. Ayo sekarang kita semua turun dan jangan sampai ada yang tertinggal."
Aku segera bersiap-siap dan merapikan jilbab yang ku kenakan.
"LET'S GO!" teriak Katherine yang ku balas dengan lirikan tajam.
"Jangan bawa kebiasaan kamu di sekolah ke sini," bisikku menahan malu.
Sedangkan orang yang membuatku malu tadi malah cengengesan tidak jelas. Ya, memang kisah persahabatan kami selalu diwarnai dengan tingkah absurd dari Katherine. Dia sering sekali membuat ku malu di tempat umum karena kebiasaannya yang suka teriak.
"Iya-iya maaf, aku khilap," ucapnya dengan menunjukkan wajah tanpa dosanya.
Aku refleks menggeplak pelan lengannya. "Khilaf atuh, bukan khilap."
"KAYLA! KATHERINE!"
Dengan serentak kami menengok ke arah Safira yang melambaikan tangan ke arah kami. Aku dan Katherine pun berjalan mendekat.
"Ayo naik mobil ini aja! Kata sopirnya kurang dua orang lagi," ucap Safira.
Belum sempat aku membalas perkataan Safira, tangan ku sudah ditarik masuk ke dalam mobil. Siapa lagi pelakunya jika bukan sahabat ku, Katherine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Mr. Bule [END]
Novela JuvenilJudul lama : Pernikahan atau Permainan Cover by Pinterest Aku tidak menyangka perjalanan study tour ku ke Bali akan mempertemukan ku dengan pria bule itu. Pria bule yang kini resmi menjadi suamiku bahkan disaat umurku belum genap 18 tahun. Berawal d...