Epilog

14.5K 385 20
                                        

"ANGKAT TANGAN!"

Brianna mengangkat kedua tangannya menurut. Ekspresinya berubah kebingungan melihat rumahnya yang sudah terkepung oleh polisi.

"Saya tidak salah apa-apa, Pak," ucapnya mengelak saat kedua tangannya diborgol.

"Silakan Anda jelaskan di kantor polisi."

Dua orang polisi menyeret paksa dia keluar. Brianna tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat melihat Darren dan Alex berdiri tegap di hadapannya.

"Sudah puas bersenang-senang?" sindir Darren.

Brianna langsung memasang wajah memelas. "Apa yang Kak Darren maksud? Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Tolong bantu aku, Kak."

Alex yang melihat itu berdecih sinis. "Dasar ratu drama."

Brianna tidak menggubris sindiran Alex padanya. Dia mendekati Darren dengan wajah memohon.

"Kak, tolong bantu aku untuk bebas dari polisi ini," mohonnya.

Darren segera menyuruh kedua polisi itu untuk membawa Brianna. Dia sudah muak melihat wajah adik tirinya ini.

"Bawa dia!"

Brianna melotot kaget dan memberontak mencoba melepaskan tangannya.

"PAK, LEPASKAN SAYA! SAYA TIDAK BERSALAH!"

Brianna terus meronta-ronta mencoba melepaskan diri.

"KAK DARREN!! TOLONG AKU!"

Darren dan Alex melihat kepergian Brianna dengan raut wajah tenang.

"Akan aku pastikan dia membusuk di penjara."

🍁🍁🍁

Aku menatap wajah perpaduan antara aku dan Mas Darren dengan penuh haru.

"Selamat pagi anak Bunda."

Ku cium pipinya dan Maliq menggeliat pelan merasa terganggu.

"Ayo bangun, Nak. Kamu nggak kangen sama Bunda?"

Ku cium lagi kedua pipinya bergantian membuat Maliq mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Subhanallah," gumamku saat melihat kedua mata Maliq memiliki warna iris yang sama dengan Mas Darren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Subhanallah," gumamku saat melihat kedua mata Maliq memiliki warna iris yang sama dengan Mas Darren.

Aku tersenyum melihat Maliq menatapku terus. "Ada apa, Nak? Ini Bundanya Maliq."

Kedua tangan kecilnya terjulur ke depan mencoba meraihku. "Nda..nda..nda."

"Ih! Maliq baunya kecut nih belum mandi." Aku mencium perutnya yang berisi membuat Maliq tertawa kegelian.

"Maliq bau kecut ih!" Aku masih menciumi perutnya dan Maliq terus tertawa sambil menendang-nendangkan kedua kakinya.

"Aduh! Pagi-pagi udah heboh aja ya ini." Mama masuk ke kamar dengan membawa perlengkapan mandi.

Married with Mr. Bule [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang