64 - Batu Permata atau Batu Bata?

24.2K 2.8K 534
                                    

"Say hi dong, Key, sekedar mengingatkan mereka kalau lo itu sebenarnya masih hidup." -Inus

"Ya" -Keyno.

"Etdahh! gue buang ke rawa-rawa juga lo gk lama😣"

***

PAGI ini seperti rutinitas biasanya, Vivi kembali berjalan ke koridor kelas dua belas seraya menenteng beberapa makanan ringan dan juga minuman. Sudah bukan hal baru lagi bagi Vivi untuk terus memberikan perhatiannya terhadap seseorang yang ia suka.

Vivi tau kok ini keliatan seperti orang bodoh. Terus memberikan perhatian secara diam-diam padahal sudah tau kalau apa yang dilakukan tidak akan mendapat balasan. Tapi Vivi melakukan ini karena senang aja. Vivi senang kala cowok yang ia sukai melahap habis pemberian miliknya.

Jangan tanyakan kenapa Vivi bisa tau semuanya, sudah jelas Inus lah yang memberikan laporan jika Wildan sudah menghabisi makanan yang diberi gadis itu.

Udaran sejuk dipagi ini menemani langkah Vivi, tetesan embun bahkan bisa ia lihat di balik dedaunan yang basah. Setelah tiba di depan kelas yang dimaksud, Vivi lantas melangkah masuk.

Ada dua orang dikelas itu. Pertama cewek cupu yang mengenakan kacamata bulat. Dan satunya cewek gamers dengan postur badan yang cukup besar, kalau gak salah sih namanya Preety.

"Woy, Vi!" sapa Preety. Vivi menoleh seraya terus berjalan ke meja Wildan. "Lo naruh makanan lagi di laci Wildan?"

Vivi mengangguk, "Iya, diam-diam aja lo, Pret! Awas aja lo kasih tau Wildan," ujar Vivi.

"Aman," balas Preety.

"Lo juga, Kar! Diam-diam aja ya, jangan sampai ketauan." Sekar menoleh pada Vivi, kemudian ia mengangguk kecil.

Memang selama melakukan aksinya ini hanya dua orang itulah yang mengetahuinya. Mungkin diantara anak kelas 12 IPA 2 yang lain, Preety sama Sekar lah yang sering datang cepat. Sangat cepat, bahkan Vivi sampai heran, mereka berangkat jam berapa sih?

"Vivi suka ya sama Wildan?" tanya Sekar dengan lugu. Vivi memutar bola matanya, "Kalau gue gak suka, buat apa gue ngelakuin ini tiap hari?"

"Kenapa gak kasih langsung aja sih, Vi?" kini giliran preety yang bertanya.

"Gue cuma takut aja kalau dia bakal nolak makanan dari gue, makanya gue kasih diam-diam," jawab Vivi. "Ya udah gue balik ke kelas dulu," pamitnya.

Tapi baru saja melewati pintu kelas, gadis itu dikagetkan dengan seorang cowok yang berdiam sedari tadi sembari bersedekap dada diambang pintu. Matanya menatap gadis itu penuh selidik. Jantung Vivi lantas berdetak tidak karuan. Kenapa bisa dia ada disini?!

Pantulan bola berwarna orange terus terdengar dari arah lapangan. Ini bahkan masih dibilang sangat pagi bagi seseorang memainkan basket.

Kedatangan Arga beserta kawan-kawannya sempat membuat beberapa siswa yang sering datang awal, menyernyit heran. Pasalnya Arga beserta yang lain sangat jarang datang di jam seperti ini.

Sontak hal tersebut menjadi pusat perhatian, ditengah sejuknya udara pagi hari, sebagian siswa menikmatinya seraya menatap ciptaan Tuhan yang berada ditengah lapangan.

"Shoot!" titah Arga.

Mendengar itu Inus lantas memantulkan bola tersebut dua kali, kemudian melemparnya ke dalam ring. Kerennya bola itu bisa masuk dengan sempurna.

"INUSSSS!"

"KEREN BANGET INUS"

"OMAYGAT MANIS BANGET DIA!"

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang