50 - Si Peneror

25K 2.7K 357
                                    

Haiiii, Selamat membaca kembali cerita Argaria💛💛

Kamu tim yang suka di update-in sore atau malam???✨🌺

***

SABTU ini sedikit berbeda bagi Zoya, biasanya dihari libur seperti ini, dia akan bangkong seharian dikamar. Jangan salahkan Zoya, salahkan saja si kasur. Siapa suruh punya gravitasi kuat banget?!

Tapi disini Zoya tidak bisa melakukan kebiasaannya tersebut. Dia bersama ketiga temannya sedang berada di markas Danggeres karena semalam Arga yang memaksa mereka untuk menginap disini saja.

Ada yang berbeda dari anggota Danggeres. Biasanya anak remaja lelaki akan menghabiskan waktu liburnya di tempat tidur seharian, mungkin mereka akan bangun kalau lapar atau ingin buang air kecil saja. Tetapi tidak dengan Danggeres. Bahkan setelah perang tadi malam, mereka masih menyempatkan diri untuk latihan pagi ini di lapangan markas.

Tapi gak semua yaa, ada juga yang masih ngorok. Inus dan Emon contohnya.

"Mereka latian mulai jam berapa ya?" tanya Vivi seraya melihat beberapa anggota Danggeres dari balik jendela dapur.

"Gak tau dah. Gue bangun, mereka sudah ada dilapangan," jawab Zoya seraya mengaduk nasi goreng yang ada diatas wajan dengan porsi yang lumayan banyak.

Jinan yang hanya duduk di dekat meja makan, lantas bertanya, "Kalian semua gak capek apa? Kan semalam abis selamatin gue. Mending istirahat gih, Arga sama yang lainnya juga pasti ngerti kok."

"Gak usah. Gue baik-baik aja. Dari semalam gue memang udah rencana sih bikinin sarapan buat mereka. Yaa itung-itung ucapan makasih karena udah bantuin nyelamatin lo," jawab Zoya santai.

Gea mendekat ke arah Jinan, kemudian duduk disalah satu kursi meja makan, "Btw, gue penasaran. Emang bener ya Dendra gak ada nolongin lo sama sekali? Soalnya gue liat tadi malam kondisi lo kacau banget, Nan"

Jinan sedikit tersentak, mengingat bagaimana perlakuan Dendra, membuat nya ragu untuk mengatakan. "I-iya dia gak ada nolongin gue sama sekali"

"Tapi masa sih?! Perasaan-"

"Perasaan apa lagi sih, Ge?! Lo kenapa sih dari kemaren belain dia terus? Lo suka ya sama dia?!" sela Vivi. Dia sebenarnya udah malas banget sama Dendra. Cowok itu benar-benar gak ngejagain Jinan disana. Dan itu cukup membuktikan bahwa Dendra sudah benar-benar berubah.

"Ish sok tau banget! Gue kayak gini karena masih gak percaya aja Dendra ngelakuin itu"

"Nih ya, Ge, asal lo tau-" Vivi mendekat ke arah gadis itu, kemudian berbicara dengan serius. "Gue tadi gak sengaja dengar, katanya Keyno sama Emon ngehabisin Dendra tadi malam"

"SERIUSAN?!" tanya Zoya, Gea dan Jinan.

Vivi mengangguk kencang, "Beneran, gue gak sengaja nguping pembicaraan mereka tadi malam"

Dalam hati Gea terus mengumpat, apa seserius itu permasalahannya sampai mereka mulai adu jotos satu sama lain? Sumpah ya, disini Gea gak mau diposisikan seperti si 'pembunuh' yang sudah buat Danggeres terpecah belah.

"Kasian kak Dendra," lirih Jinan.

"Dih anjir ngapain dikasihanin? Cowok kayak gitu emang pantes dapatin itu semua. Yaa lagian masa cuma gara-gara rebutan cewek, dia langsung keluar dari geng? Kan ketauan banget bocah nya!" tukas Vivi.

Gea yang mendengar itu, menatap nyalang ke arah Vivi, "Lo kok ngomongnya gitu sih?" tanya Gea dengan nada tak suka.

"Ya kenapa? Salah gue ngomong kayak gitu?"

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang