42 - Not Part of Danggeres

23.4K 2.6K 600
                                    

Yeyy update!! Selamat membaca kembali kisah Argaria💛💛

Btw, kangen sekolahhh! Capek daring, tugas mulu setann😭😭

***

PAGI ini seantero Pracipta dibuat heboh seheboh hebohnya!

Mulai dari para siswa, guru, tukang kebun, tukang parkir, tukang cilor sampai penjaga gerbang, menganga tak percaya.

Bisik-bisik tetangga pun mulai terdengar dari berbagai sisi. Siapapun yang melihat mulai berspekulasi sendiri, membuat teori-teori dikepalanya dengan dugaan-dugaan yang belum pasti.

Cowok itu turun dari motor sport hijau, memperbaiki tatanan jaket kemudian melangkah menelusuri koridor. Dia sadar. Sangat sadar kalau hari ini dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Tapi cowok itu tetap acuh. Ini hidupnya. Hanya dia yang berhak mengatur jalan hidupnya sendiri. Bukan orang lain.

"Itu seriusan Dendra kan?" Tanya Dinda, salah satu murid kelas sebelas.

"Iya itu Dendra, tapi kok--"

"ANJERR DENDRA PAKE JAKETNYA HORIXON!!" Teriak Bryan.

Sialan, siapa yang gak kaget dengar kabar itu? Koridor kini nampak sangat penuh. Yang tadinya sedang piket, mengerjakan tugas dan bergosip ria, terpaksa berhenti. Mereka semua berbondong-bondong keluar kelas untuk melihat apakah yang dibilang Bryan benar apa tidak.

Dan ternyata benar. Disana, tepatnya di pertengahan koridor, seorang cowok berjalan dengan santai dengan satu tali tas yang menyangkut di sebelah pundaknya. Baju yang setengah keluar, dasi yang terikat dikepala, dilengkapi dengan jaket berlambangkan dua samurai tepat dibagian punggung. Oh God! Siapapun pasti tau itu lambang apa.

Yap, lambang dari geng Horixon!

"Dendra kenapa pake jaket itu?"

"Dia udah bukan bagian Danggeres lagi?"

"Eh seriusan?! Dia keluar dari Danggeres?"

"Gak cocok ih! Lebih pantes jadi anak Danggeres!"

Dendra terus berjalan dengan acuh. Tatapan matanya sangat tajam seakan menyuruh mereka semua untuk diam. Beri tahu Dendra, apa ada yang salah? Kenapa mereka seakan menjudge dirinya? Salah kalau Dendra pakai jaket Horixon? Ini hidup Dendra. Ini keputusan Dendra. Yang jalani juga Dendra. Kenapa kalian yang sewot?

Memilih menenangkan pikiran, Dendra membelokkan badan, kemudian menaiki tangga menuju rooftop. Dendra sudah memutuskan semuanya. Dia sudah memikirkan ini dengan sangat matang. Dan ketika keputusan itu sudah bulat, tidak ada yang bisa mengganggu gugat.

Sedangkan ditempat lain, pikiran Arga terus melayang pada kejadian semalam. Entah berhasil apa gak, yang jelas Arga sudah bekerja keras membujuk Dendra. Tapi ya mau gimana lagi, keputusan ada pada Dendra. Harapan nya kini cuma satu, semoga ketakutan yang ia impikan tidak benar terjadi.

"Hai Danisa, kamu hari ini cantik banget sih sayang" coba tebak ini siapa? Depannya i, belakangnya s.

"Gak usah mulai ya, Nus. Gue tau lo pasti mau liat pr fisika kan?" Jawab Danisa ketus. Emang tabiat kayak Inus nih udah keliatan banget dari luar. Muka-muka orang dongo. Dan kalau berubah manis, ya pasti ada maunya.

Inus cengengesan, "ya udah mana bukunya? bentar lagi jam pertama mulai nih"

"Gak! Kerjain aja sendiri!"

"Yahhh kok gitu? Kamu gak kasian sama aa' inus?" Muka Inus memelas dengan mulut yang dimonyong-monyongin. Sumpah demi mie ayam bi Lastri, tuh mukanya Inus jelek banget anjim! Kalau Arga yang kayak gini, mungkin beda cerita kali ya?

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang