Halo semua!! Selamat membaca kembali extra part Argaria!!💚💚💚
Hayuu komennya yang semangat yaa biar caa juga semangat. Sudah diturutin nih update cepat🌻💛
***
KEGIATAN Sunmori di pagi ini masih berlangsung sampai sekarang. Kini giliran Wildan dan Vivi yang berjalan ke sisi kiri, menyebrangi jalan menghampiri seorang kakek yang sedang memilah sampah-sampah di TPS.
"Pagi kakek," sapa Vivi dengan senyum yang terpatri.
Kakek yang tadinya membungkuk, kini menegakkan badannya. "Pagi nak, ada yang bisa kakek bantu?" tanyanya. Dapat mereka perkirakan bahwa usia kakek yang ada didepan mereka ini sekitar 70-an.
"Kakek lagi ngapain?" tanya Vivi.
"Ini lagi milihin sampah yang masih bagus, biar bisa kakek olah kembali terus nanti kakek jual," jawab kakek tersebut. Membuat Vivi dan Wildan mengangguk mengerti.
Cukup salut, karena sampah yang menurut kita hal remeh bahkan tidak memiliki arti sama sekali ternyata sangat berbanding terbalik dari sudut pandang sang kakek.
"Oh iya kek, kebetulan kita ada makanan lebih. Kakek makan ya, pasti kakek belum sarapan kan?" tukas Vivi seraya menyodorkan kotak makanan.
Kakek itu terdiam sejenak. "Maaf nak, kakek gak bisa terima. Kakek gak punya uang buat bayar makanan itu," kata kakek.
Wildan dan Vivi sedikit terkejut, kemudian menggeleng pelan, "Gak kek. Ini gratis kok, kakek gak perlu bayar makanannya." Wildan kemudian mengambil satu tangan kakek tersebut, menaruh satu kotak makan kepadanya, "Kakek terima ya. Ini rezeki. Dan yang namanya rezeki gak boleh ditolak kek," ujar Wildan.
Kakek itu termangu. Menatap gamang ke arah kotak makan yang ada ditangannya. Lalu ia tersenyum kecil, "Terimakasih ya nak. Kalian anak-anak yang baik. Semoga apa yang kalian lakukan ini dapat balasan yang setimpal sama yang diatas."
Wildan dan Vivi tersenyum. "Aminn. Sekarang kakek makan ya. Kita duduk disana dulu gimana?" ajak Vivi.
Kakek menggeleng, "Gak usah nak. Makanannya mau kakek kasih buat cucu kakek dirumah," jawabnya.
Vivi mengangguk, "Anak-anak kakek dimana?"
"Anak kakek Alhamdulillah sudah sukses semua. Sekarang mereka lagi di luar negeri. Di Jakarta kakek cuma tinggal berdua sama cucu kakek," jawab kakek.
Vivi kaget sedangkan Wildan mengernyit heran. "Kakek gak pernah dikirimin uang sama anak-anak kakek?" tanya Wildan.
Sang kakek menggeleng, "Gak pernah. Katanya uang mereka dipakai buat perusahaan-- gak tau juga, kakek gak terlalu ngerti sama gituan," ujar kakek terkekeh kecil.
Vivi tersenyum miris. Buat perusahaan? Orang tuanya saja memegang perusahaan besar, tapi masih sempat memberikan uang kepadanya. Kenapa ini tidak sama sekali?
Wildan yang mendengar penuturan tersebut, menelan saliva kasar. Tidak mengerti dengan jalan pikiran anak kakek tersebut. Sudah dirawat dari kecil. Disekolahkan dari SD sampai ke jenjang tinggi, bahkan sudah berhasil mengapai titik kesuksesan tetapi dengan mudahnya melupakan semua jasa orang tua.
Percuma pintar, percuma sekolah tinggi-tinggi, percuma mempunyai gelar yang panjangnya kayak rel kereta api. Kalau orang itu minim etika, bagi Wildan, itu semua tidak berarti sama sekali.
Wildan mengambil satu kotak makan lagi, "Ini buat kakek, biar yang satunya buat cucu kakek. Habis ini kakek makan dulu ya, baru lanjutin pekerjaannya," kata Wildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARIA (SELESAI)
Novela Juvenil[ kamu mau cerita geng motor? Yang ada baper-bapernya? Atau cerita tentang persahabatan yang ada leluconnya? Atau action? Misteri? Penuh teka-teki? Tenang saja. Semua sudah dikemas lengkap dalam cerita ini ] 🌺🌺 Tentang salah satu geng motor besar...