Yeyyy! Double up buat kalian yang selalu mendukung cerita ini😍😍
Siap bertemu dengan sang pelaku?😏
⚠Pembaca yang suka baca part loncat-loncat, untuk tidak membaca part ini dan seterusnya terlebih dahulu⚠
***
TERHITUNG sudah tiga hari Arga beserta rombongannya balik ke Jakarta. Mereka tidak bisa menetap lebih lama lagi karena tahun ajaran baru pun sudah dimulai.
Masa putih abu-abu tinggal menghitung bulan lagi maka akan berakhir. Ujian demi ujian mulai berdatangan. Ditanya siap atau tidak, jelas jawabannya tidak. Mereka masih ingin menikmati masa remaja disekolah. Masih ingin menikmati indahnya membolos. Masih ingin bermain bersama teman-temannya.
Seperti sekarang, bukannya mempersiapkan diri untuk ujian praktek, mereka malah asik mejeng di kantin sekolah.
Arga menatap gamang moccachino didepannya, "Napa lo, Ga? Kucel amat tuh muka. Banyak pikiran lo ya?" tanya Wildan.
Gerald menoleh ke arah Arga, alisnya sedikit terangkat, "Kenapa?"
Arga melirik sekilas, "Gak. Cuma lagi mikirin pelakunya aja," jawabnya.
"Ngapain dipikirin ngab? Bukti cctv kan udah ada di kita. Tinggal kita cari aja apa kira-kira yang dialami Jesly didalam sana, dan secara otomatis kita bisa tau deh siapa pelakunya," ucap Wildan.
Inus mengangguk setuju, "Bener tuh. Jadi gimana? Pulang sekolah langsung ke markas kan?" tanya Inus membuat Arga mengangguk mengiyakan.
Emon mendesah pelan, menaruh gelas yang dipegangnya, "Gue masih bingung deh, sebenarnya motif orang itu ngelakuin ini semua apa?"
"Ya udah jelas lah dia pasti salah satu orang yang benci banget sama Arga. Makanya pas di TKP ada pisau sama belati yang sama persis kayak punya pakboss. Jadi yaa semacam fitnah gitu lah," jawab Inus.
Wildan mengangguk pelan, "Eh- tapi emangnya lo punya musuh, Ga? Setau gue lo berhubungan baik deh sama semua orang," pikir Wildan.
"Ya pasti ada lah. Kadang orang yang terlihat baik didepan, bisa aja nusuk dibelakang kita. Dia ngedukung semua yang kita lakuin, padahal mah ada rasa iri yang terselubung. Biasanya orang yang kayak gitu tuh lebih nyeremin daripada pembunuh," ungkap Gerald.
Inus mendelik ngeri, "Kira-kira disekitar gue ada gak ya yang benci sama gue?"
"Ada sayang ada, nih disebelah lo," ujar Emon seraya tersenyum smirk.
"Kalau lo mah gak usah ditanya, Nus. Sudah jelas banget musuh lo ada dimana-mana," jawab Wildan.
Imus mengernyit heran, "Masa sih? Emang gue punya apaan sampai banyak yang iri? Apa karena gue terlalu tampan? Yaa kalau itu sih udah bawaan lahir, jadi ya ya ya gitu deh," ujar Inus dengan nada songongnya.
"Mereka bukan iri anjir! Lebih ke arah gedek sama lo. Gimana gak gedek, sudah tau tuh cewek punya pacar masih juga lo godain!" sarkas Wildan.
"Lo belum tau aja, Dan, sensasi godain pacar orang tuh gimana. Kayak ada manis-manisnya gitu," ujar Inus terkekeh pelan. Tanpa sadar matanya menangkap beberapa gadis yang baru saja memasuki area kantin. "Lo mau liat aksi gue godain pacar orang gak, Dan?"
Wildan mengangguk, "Silahkan, gue pengen liat lo digebukin sama cowoknya,"
"Oke, liat nih ya." Inus kemudian berdiri dari tempat duduknya, datang menghampiri seraya menyapa keempatnya.
"Hai ayang-ayangnya Inus," sapa Inus.
Jinan menoleh, tak urung tersenyum, "Hai kak."
"Lagi nyari tempat duduk kan? Ayo ayo sini gabung sama bang Inus aja," ajak Inus kemudian menggandeng tangan gadis-gadis itu. Tangan kanan gandeng Jinan, tangan kiri gandeng Zoya. Ini Inus mau cari mati kali ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARIA (SELESAI)
Teen Fiction[ kamu mau cerita geng motor? Yang ada baper-bapernya? Atau cerita tentang persahabatan yang ada leluconnya? Atau action? Misteri? Penuh teka-teki? Tenang saja. Semua sudah dikemas lengkap dalam cerita ini ] 🌺🌺 Tentang salah satu geng motor besar...