61 - Dalang di Balik Semuanya

26K 3K 730
                                    

Siapkan hati, siapkan jiwa, siapkan otak😚

Selamat membaca kembali kisah bang Arga dan kawan-kawan🌈🕊

Kalau suka, bantu share ke teman-teman kalian juga yaa, terimakasih💛💛💛

***

SORE ini mereka mengikuti instruksi dari sang peneror yang ingin bertemu di cafe cemara. Jangan tanyakan seberapa excited-nya sekarang. Bahkan mereka telah menunggu-nunggu moment ini sejak lama. Moment dimana mereka bertemu dengan orang yang tau kejadian sebenarnya seperti apa.

Tapi sudah lama menunggu, belum ada juga tanda-tanda kehadiran dia.

"Heh lama banget! Telpon kek, Zoy. Tanyain dia ada dimana. Sudah hampir sejam lo kita disini," dumel Emon.

Memang sudah hampir sejam mereka menunggu orang itu tiba, tetapi belum juga kelihatan batang hidungnya. Zoya melirik ponselnya, mengecek apakah orang itu mengirimkan pesan lagi atau tidak. Dan ternyata nihil.

"Telpon aja dulu nomor yang semalam dia pake," ujar Gea.

"Iya kalau aktif. Kalau dia ganti nomor lagi gimana?"

"Coba dulu Zoyaa!"

Zoya menghela nafas kasar, kemudian ia mencari nomor yang semalam mengiriminya sebuah pesan. Zoya menekan tombol telepon. Gadis itu sedikit berbinar kala sambungan itu terhubung. Itu artinya nomor tersebut masih aktif.

Tapi baru saja Zoya merasa senang, kali ini dia harus berdecak kesal kala sambungan teleponnya malah ditolak.

"Yhaa di-reject sama dia," ucap Zoya.

"Lah? Dia niat gak sih ngajak ketemuan? Kalau tau gini, mending gak usah datang. Buang-buang waktu tau gak," hardik Wildan.

"Tungguin aja dulu. Mungkin dia kena macet kali," kata Gerald. Mereka mengangguk setuju. Kemudian menyantap kembali makanan yang dipesan masing-masing.

"Oh iya, Ga. Rencana buat balas dendam ke Deron gimana nih? Kita harus buat apa? Apa kita hancurin aja markasnya?" tanya Wildan.

"Gila aja lo, masa cuma hancurin markasnya doang? Hancurin orangnya juga lah!" kata Inus. "Lo lupa kesalahan dia apa aja? Fatal semua tau gak?"

Arga yang sudah sedikit tenang dari perdebatan semalam, mulai mengeluarkan suara, "Kalian tenang aja, gue udah siapin rencana, dan yang jelas semua dendam gue, bang Bara dan Danggeres, bakal terlampiaskan dimalam itu."

"Nahh gini dong baru namanya Arga. Gak kayak tadi malam, marah-marah gak jelas. Pake pukul perut gue segala lagi. Lo sangka gak sakit?!" ujar Gerald sedikit kesal.

Arga terkekeh, "Sorry, Ge. Ya lo pasti tau lah posisi gue gimana, setahun lebih gue di fitnah, dan ternyata pelaku itu teman gue sendiri, jelas gue marah banget sama dia."

Gerald mengangguk seraya menepuk pelan bahu Arga, "Gue ngerti kok gue ngerti."

"Halahh boong lu, Ga. Bilang aja lu jealous kan liat Jesly di kissing-kissing sama Deron. Secara lo kan masih suka sama dia," celetuk Inus dengan santai seraya memakan spaghetti miliknya.

Inus tidak sadar bahwa kini seluruh teman-temannya, menatapnya tajam. "Mulut lo, Nus. Ada ceweknya Arga disini," desis Wildan pelan.

Sontak Inus mendongak, melihat Arga yang menatapnya tajam, membuat spaghetti itu terhenti di tenggorokannya. Dia menelan makannya dengan kasar, kemudian berucap, "Ma-maaf Zoy, ma-maksud gue-"

Zoya tersenyum tipis, "Santai aja, Nus" sela Zoya.

Arga melirik gadis disampingnya. Dia menarik salah satu tangan Zoya kemudian mengenggamnya erat, mendiamkannya dibawah meja, kemudian melanjutkan acara makannya dengan santai.

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang