SIMBAHAN darah sudah memenuhi ruangan tersebut, dia tergelak tak berdaya dengan hembusan nafas yang sudah terhenti.
"APA YANG LO LAKUIN KE DIA, ANJING?!"
Cowok itu hanya menggelengkann kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan cepat, dirinya juga terlihat syok, bahkan untuk mengeluarkan kata saja sulit. Orang yang disayanginya, kini harus meninggalkannya. Dia gagal. Dia gagal dalam menjalani tugas. Sebagian orang kini tidak memercayai nya lagi.
"Lo--" Cowok yang lain melangkah maju, menarik kerah baju sang pelaku dengan keras "Gue percayain dia sama lo, tapi apa ini?! Apa yang sekarang gue lihat?! DIA MATI!"
"Kalian lebih baik keluar sekarang, jenazah akan segera kami otopsi"
***
Entah apa yang merasuki anggota Danggeres sekarang.
Entah kenapa hari ini, markas sangat ramai, bahkan dua kali lipat dari biasanya. Kalau dihitung-hitung, ada sekitar seratus orang didalam markas dan dua ratus orang di luar markas, tepatnya lapangan tempat mereka latihan.
Berbagai makanan dan minuman bersoda juga nampak lebih banyak dari biasanya. Arga lah yang membelikan itu semua, sepertinya dia sedang senang hari ini.
Takk!
Emon memukul lengan Wildan yang duduk tepat disampingnya. Kini anggota inti hanya bersantai ria, duduk di sofa nyaman yang berada di luar ruangan. Mata Emon melirik sekilas kepada seseorang di hadapannya yang asik memainkan ponsel.
Wildan mengerti, dia lantas mengikuti arah pandang tersebut.
"ANJIR!!! Paketu senyum-senyum! Napa lu? Kesambet jin tomang?!" pertanyaan Wildan barusan, membuat seluruh anggota inti yang tadinya fokus dengan kegiatan masing-masing, kini beralih menatap sang ketua.
"OMGGG!! Harus diabadikan!! Hp mana hp?!" Inus kalang kabut mencari ponsel miliknya, tapi nihil. Lantas dia merebut ponsel yang di genggam Keyno tanpa memperdulikan tatapan tajam yang dilayangkan kepada nya.
"Shit, untung teman, kalau bukan, udah gue tebas pakai samurai"
"Mana senyum nyaa, liat sini liat sini," instruksi Inus pada Arga.
Arga berdecak kesal, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, Arga mengangkat jari tengah miliknya ke arah muka Inus. "Biadab!!" umpat Inus sambil melemparkan ponsel Keyno dengan kasar ke atas sofa.
"INUSSS, SAMPAH LO BANGSATT!!" teriak Wildan greget karena setelah ditegur inus pasti akan menjawab iya ntar gue buang! Tapi ujung-ujung gak dibuang juga, dan berakhir Wildan lah yang membuangnya.
"Iyaa ntarr---"
"ENTARR TEROOSS!!" Wildan mengambil sampah bekas permen milkita Inus, lantas menyumpal mulut Inus menggunakan bungkusan tersebut.
"BANGSATT!! Lo jadi teman kagak ada akhlak nya yee?!"
"Lo yang kagak ada akhlak, buang sampah sembarangan, najiss!"
"Lo gak liat tuh depan mata lo tuh, SAMPAH SEMUA!" ucap Inus sambil mengarahkan muka Wildan ke arah lapangan yang sudah banyak sampah bekas makanan dan minuman para anggota lain.
"Mereka mah baru sekali, lah elo?! Tiap hari anjir bikin kot----"
"Ya ya ya yaaaaaaa!!" Kini Wildan sudah kehabisan batas, dia mengambil lagi bungkusan yang tergeletak di lantai lantas memasukkannya ke dalam mulut Inus. Again. "MAKAN TUHH MAKANN!!!"
"TERUSINN DAN, MASUKIN TERUS!!" Emon pun mulai memanas-manaskan situasi!
"NIHH LAGI NIH MAKAN NIH" Wildan mengambil lagi sampah disekitarnya lantas melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARIA (SELESAI)
Teen Fiction[ kamu mau cerita geng motor? Yang ada baper-bapernya? Atau cerita tentang persahabatan yang ada leluconnya? Atau action? Misteri? Penuh teka-teki? Tenang saja. Semua sudah dikemas lengkap dalam cerita ini ] 🌺🌺 Tentang salah satu geng motor besar...