46 - Rencana Selanjutnya

21.6K 2.5K 228
                                    

Hih greget banget pengen selesaiin nih cerita cepet-cepet😤😤

Jangan lupa buat share ke teman kalian juga yaa, biar rame-rame jadi bucinnya Arga, Gerald, sama Dendra😍😍

***

SESEORANG baru saja turun dari mobil putih miliknya. Sebelum itu dia sudah mengambil terlebih dahulu setangkai bunga mawar putih yang ia letakkan di samping kemudi.

Tempat ini sudah tidak asing lagi bagi dia. Terhitung seminggu sekali dia akan mengunjungi tempat ini hanya untuk sebatas melepas kerinduannya pada seseorang

Dia terus masuk, melewati gundukan-gundukan tanah yang berisikan orang-orang yang sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia. Batu nisan terpajang disetiap sisi gundukan, memperkuat bahwa ada kehidupan lain didalam sana.

VICTORIA JESLY

Lahir : 10 Oktober 2002
Wafat : 12 Maret 2018

Langkah nya terhenti kala nama yang ia cari sudah didepan mata. Dia lantas menunduk, menaruh bunga mawar tersebut diatas gundukan tanah. Senyum tipis terbit dibibirnya, "Hai, Jes. Maaf gue telat datang. Btw, Gimana kabar lo disana?"

Tidak ada jawaban, dia tersenyum miris. "Semalam gue liat lo nangis dimimpi gue. Kenapa? Lo pasti gak tenang ya disana?" tanyanya dengan sendu.

"Lo pasti sedih ya karena liat Danggeres yang sekarang? Lo juga pasti sedih kan karena liat Arga di cap sebagai pembunuh pacar nya sendiri?"

"Lo sabar ya, Jes. Gue udah kirimin mereka teka-teki. Maaf gue gak bisa bilang langsung siapa pembunuhnya, karena gue yakin mereka gak bakal percaya sama omongan gue. Jadi gue mau mereka sendiri yang cari bukti itu"

"Setelah mereka tau siapa pembunuhnya, gue yakin bang Bara, Arga, dan Danggeres lainnya bakal kasih hukuman yang setimpal buat dia", ujarnya seraya mengenggam batu nisan itu dengan kuat.

Menarik nafas sebentar kemudian kembali berucap, "Gue kangen sama lo. Gue kangen keberasamaan kita. Gue kangen berantem sama lo. Gue juga kangen sama omelan lo" dia terkekeh kecil kala mengingat bayang-bayang Jesly.

"Gak ada yang baik-baik aja setelah lo pergi, Jes. Semuanya berubah drastis. Lo memang punya pengaruh besar buat Danggeres. Semua nya sayang sama lo. Gue pengen banget lo balik lagi ke dunia ini, apa sudah gak bisa?" tanyanya seperti orang bodoh.

"Maaf, Jes. Maaf saat itu gue gak bisa ngelakuin apa-apa buat lo. Maaf, gue gagal ngelindungi lo dari dia"

"Gue harap lo tenang ya disana. Jangan nangis lagi. Gue gak suka liat lo nangis. Sudah cukup lo nangis di dunia ini. Di alam sana lo harus bahagia", ucapnya seraya menghapus sisa-sisa air mata yang mengalir.

Sebelum beranjak dari sana, dia memanjatkan doa terlebih dahulu. Setelah selesai, dia tersenyum lebar, seraya mengusap batu nisan tersebut dengan lembut, "Gue pulang dulu ya. Nanti gue kesini lagi"

***

Waktu kini menunjukkan pukul lima sore. Seharian penuh sudah mereka mencari keberadaan Jinan, mulai dari rumah teman-temannya, taman, bahkan sampai ke tempat favorit Jinan -Panti asuhan- tetapi nihil. Jinan tidak berada di tempat itu.

"Aduh nak, beneran ibu gak ada liat Jinan sama sekali, bukannya kalian selalu bersama ya?" tanya bu Nana, pemilik panti asuhan as-Syifa.

Panti asuhan as-Syifa beserta bu Nana, sudah tidak asing lagi bagi Zoya dan kawan-kawan. Mereka sering kali ke panti ini untuk mengajar ilmu beladiri pada anak-anak panti. Melihat raut wajah anak panti yang gembira, membuat mereka sangat senang jika berada di tempat tersebut. Tetapi akhir-akhir ini, mereka memang sudah jarang mengajar karena jelas tugas disekolah semakin banyak. Belum lagi mereka harus menjalankan misi untuk mencari tahu pembunuh Jesly.

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang