10 - Heboh lagi

38.6K 3.7K 136
                                    

MANSION mewah dengan luas sekitar dua kali lapangan sepak bola, bergaya eropa dengan gerbang tinggi menjulang menjadi tempat peristirahatan cowok tersebut.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Danggeres, Arga memilih pulang untuk menyegarkan pikirannya sejenak. Sejujurnya, dia masih sangat marah ketika tau yang membeberkan strateginya adalah anggota Danggeres itu sendiri, tapi tenang saja, dia telah membereskan itu semua.

Arga memarkirkan motornya dibagasi yang terlebih dahulu sudah di penuhi oleh motor besar dan mobil mewah lainnya, kemudian ia melangkah menuju pintu utama. Para pengawal yang berjaga segera menunduk kala Arga sudah dekat dan dengan segera membukakan pintu untuk sang majikan.

Ruang tengah yang luas dengan berbagai aksesoris peralatan rumah yang mahal serta pajangan patung yang di kirim langsung dari luar negeri itu sangat memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

"Arga." Suara halus keluar dari mulut sang omah, Prita. Kini di ruang tamu tengah tersebut sudah berkumpul beberapa anggota keluarga. Mereka hanya sekedar berbincang tentang acara ulang tahun omah Prita yang akan diselenggarakan dua hari lagi. "Kemarilah, nak."

Kaki Arga terhenti kala ia ingin menanjaki tangga. Matanya beralih menatap semua anggota keluarga. sebelum menghampiri mereka, Arga menghela napas pelan, bersiap menerima pertanyaan yang sudah sangat membosankan untuk telinganya.

"Jadi gimana? Apakah cucu omah sudah menemukan tambatan hatinya?" Prita mengusap punggung cucunya yang kini duduk di sampingnya. Pertanyaan itu lagi! Rasanya Arga ingin lari saja dari sini!

"Ayolah Ga, cepat cari pendamping, omah mu ini sudah sangat ingin menggendong cicitnya," ucap Saga, paman Arga, diiringin dengan kekehen kecil para keluarga yang terus menggoda Arga. Plis dehh Arga masih sekolah ini!

"Arga belum ingin seperti mereka," jawab Arga. Semua anggota keluarga mengerti apa yang Arga ucapkan. Dia belum ingin menjadi seperti mereka yang menghabiskan waktu dengan pacarnya, apalagi harus dikekang ini itu, dan harus menuruti semua keinginan pasangannya. Sungguh dia bukan budak cinta!

"Cepat lah cari pasangan, omah mau di hari ulang omah, kamu membawa pasangan ke sana, itu akan menjadi kado terindah buat omah," ucap Prita menggelus rambut Arga sambil tersenyum hangat kepadanya.

Arga sangat menyayangi Prita, sesuai kenyataan, Arga lebih dekat dengan Prita daripada orang tuanya sendiri. Widya dan Mahesa terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengurusi perusahaan masing-masing.

"Berhentilah mengurusi geng mu itu, kamu harus banyak belajar dan segera cari pendamping, Arga. Siapa yang akan menjadi penerus perusahaan papah kalau kamu terus mengurusi geng tidak jelasmu itu?" ucap Mahesa yang duduk tepat dihadapannya.

Arga hanya menatap sengit, dia sangat tidak suka kalau Danggeres dibawa-bawa dalam permasalahan keluarganya. Mahesa selalu saja menggangap Danggeres geng yang tidak berguna. Tanpa Mahesa sadari, Danggeres lah yang membangkitkan Arga dari keterpurukan dihidupnya.

"Arga pamit ke kamar dulu, omah." Prita mengganguk membiarkan cucu kesayangannya beristirahat sejenak.

Arga menaiki anak tangga menuju lantai dua, kemudian membuka pintu bertuliskan Danger Area. Kamar yang didominasi warna hitam, putih dan abu-abu terlihat sangat rapi dan nyaman, Widya lah yang membersihkannya. Arga tak ingin ada seseorang selain dirinya dan Mamahnya yang memasuki kamar pribadi nya itu. Sebenarnya tidak ada apa-apa disana, hanya saja dia tidak suka barangnya di sentuh orang lain. Sekalipun itu papahnya.

Arga menghempaskan badannya dikasur, kepalanya terasa ingin meledak sekarang. Hari ini sangat menguras tenaga dan emosi. Pertama, dirinya sangat marah ketika ada pengkhianat di antara anggota Danggeres dan kedua, dia harus cari pendamping dalam waktu kurang dari dua hari, sebelum ulang tahun prita diadakan.

ARGARIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang