+46. you and i

4.4K 964 253
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh ... kamu."

Heo Hyunjoon tengah berdiri, jemari meremat tirai teater yang berdebu di kedua tangannya. Tatapannya pun sama seperti si gadis, kikuk dan canggung. Hyunae mengusap pangkal hidungnya, tirai baru dari kain satin yang ada di dekapannya menjadi sumber suasana yang jauh dari kata nyaman tersebut.

Ya, benar, dia anak teater, ya ... Hyunae hampir saja lupa. Jujur, sentimen yang terbangun secara masif dari pertemuan pertama mereka saat tes masuk saja sudah membuatnya otomatis menyingkir ketika menyadari keberadaan si pemuda bermata rubah itu di sekitarnya. Bukannya takut, bukan juga merasa bersalah. Ia hanya tidak merasa nyaman, sederhananya. Putra Dionysius itu sempat ingin mencekram lehernya dan menciumkannya ke tanah demi merampas permatanya.

Baiklah, jujur saja, Hyunjoon sempat mengintimidasinya, oke? Entah kenapa saat semester baru bergulir seolah-olah ada awan hitam yang mengelilingi Hyunjoon. Bukan suasana berkabung, melainkan suram gelita yang tak bisa dibaca oleh si putri Athena. Hyunae sempat dengar juga kalau si Hyunjoon ini baru mulai terbuka saat ia telah beradaptasi dengan para anak teater dan sesama anak Dionysius.

"Ini ... kutaruh mana?" Hyunae bertanya, memperlihatkan kain di dalam dekapannya dan mengundang atensi dari si pemuda.

"Oh, ya. Taruh saja di sekitar sini ...." Hyunjoon menunjuk meja di dekatnya, dan Hyunae mematuhi, menaruh kain yang dilipat rapi tadi ke tempat yang Hyunjoon suruh. Beberapa sekon ia tetap berdiri, membuat Hyunjoon kembali menoleh dan menelengkan kepalanya. Gestur yang menandakan kebingungannya akan presensi sang putri Athena yang tidak juga berlalu.

"Kamu akan pasang sendiri? Tirai ini?" Hyunae bertanya ragu. Kadang, ia menyesali sikapnya yang terlalu sering ikut campur di saat ia punya kesempatan untuk kabur. Namun, di saat yang sama, anggaplah sebagian dari nuraninya membuatnya merasa tak nyaman jika tak membantu.

"... Ya, sepertinya." Jawabannya saja terdengar tidak yakin, Hyunae jadi ingin tertawa di situasi di mana ia seharusnya sulit untuk tertawa. Ini lelaki yang dari dulu ia hindari, yang semenjak awal semester sudah ia cap sebagai seseorang yang tidak akan ada dalam radius yang dekat dengan Hyunae. Nyatanya kini mereka berhadapan, dengan tirai elegan di tengah mereka.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang