Lumbung padi.
Saat tengah berjalan di taman yang luas, dengan maksud mencari udara segar, Hyunae malah disekap dan dibawa ke tanah tempat anak-anak Demeter bercocok-tanam yang dipenuhi hamparan padi dan tanaman lainnya. Ia batal berontak saat menyadari raut serius Jeno, yang seolah ingin menyampaikan rahasia padanya.
"Jaemin dan aku akan pulang ke rumah."
Hyunae mengerjap, seperti tidak mempercayai pendengarannya. Di lumbung padi yang pengap dan terletak paling ujung dari jalan utama, ia mendengar kabar tersebut untuk pertama kalinya. Kabar yang terdengar begitu mustahil tapi diutarakan dengan raut wajah yang sama dengan miliknya, tak percaya.
Ada binar di mata Jeno, sebuah sinar penuh harap.
Harap-harap yang dahulu hanya ia bisikkan pada bintang, pada kesunyian kastil Amarett semenjak Jaemin meninggalkan tanah kelahiran mereka. Semenjak anyir darah terakhir tertumpah di medan yang biasa mereka gunakan untuk bertengkar. Jeno tahu ia tidak seharusnya berharap, Jeno tahu doanya tak lebih dari harap hampa yang tidak akan pernah didengar oleh para penguasa. Bahkan, harapnya tidak akan pernah sampai pada Jaemin karena saudaranya telah memutuskan untuk menutup telinga.
Harap kecil, yang dahulu ia simpan begitu erat, begitu jauh di dalam dekap, dan hanya ia lirihkan dalam kesendiriannya di Astronomy Tower, kini telah terkabul.
Perlahan,
Cahaya kecil seukuran kelingking itu bersinar padanya.
"Kami akan kembali setelah pembukaan festival panen." Jeno menjelaskan, masih menggamit tangan Hyunae di remangnya lumbung padi yang hanya memiliki cahaya alami dari celah jendela lumbung. "Jatah libur, setelah diperkirakan, tidak cukup untuk urusan kami di sana. Estimasi keberangkatan kami adalah sore ini, tapi aku tidak ingin mendesak Jaemin."
Manik Hyunae membelalak, perasaan senang, lega, dan terharu bercampur aduk dalam hatinya. "Sekarang, di mana Jaemin?" tanya si putri Athena, dirinya merasa bingung kenapa ia hanya mendapati si putra Ares di depannya, padahal dari ceritanya, Jaemin telah menerima Jeno kembali dalam hidupnya.
"Ah, pertamanya saat aku tunjukkan surat dari Amarett, ia tampak jelas terganggu. Ekspresinya rumit tapi ia tidak menyelaku sedikit pun. Sampai akhir pun ia tidak bereaksi apa-apa," beber Jeno, menyunggingkan senyum tipis. "Dan tiba-tiba ia berkata, "Baiklah." di momen itu aku tidak berekspektasi apa-apa, tapi dia menyambung, "Kapan kita akan berangkat? Aku harus mengepak barang terlebih dahulu.""
Benar, itu memang sangat jauh dari ekspektasi. Jaemin tidak pernah berucap baik-baik pada Jeno, bahkan menyadari presensinya saja sudah membuat Jaemin mendecih pahit atau membuang muka. Namun, dari cerita Jeno juga, Hyunae tahu pasti bahwa itu adalah reaksi Jaemin yang sebenarnya. Jaemin yang ia kenal memang akan memberikan respons serupa dengan yang Jeno ceritakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed
FanfictionYes, Sir. We are certainly and certifically blessed. ☽ / / 00l's fantasy au, SEASON 1 COMPLETED : SEASON 2 ON GOING.