+12. the fate lies upon

13.2K 3.3K 433
                                    

ini chapter panjang ya, ganti uda lama ga apdet soalnya aku pergi bertapa mencari ide hehehehe

ini chapter panjang ya, ganti uda lama ga apdet soalnya aku pergi bertapa mencari ide hehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menarik napasnya dalam-dalam. Ada sedikit gores di bagian rusuknya, tapi itu tak apa. bukan masalah, ia hanya butuh beristirahat. Seraya sorak sorai di sekeliling arena menghujami indera pendengarannya, matanya mau tidak mau mengedar pandang.

Dan hatinya kembali menghitam.

Jika dikatakan, Jaemin memang seorang pecinta. Begitu bersyukur akan semesta, begitu mengagumi indahnya alam raya. Di saat pertama tahu tentang 'berkat' pun, lelaki tampan dari seoul itu tersenyum lebar. Dengan senyum khas, yang manis dan hangat.

Tapi untuk sekarang, Jaemin sudah terlalu lelah.

Mendudukkan dirinya di pinggir arena, mempertemukan punggung dengan dinding batu yang dingin pada tubuhnya. Lalu berkata, "Apa masih ada yang perlu kita selesaikan?"

Lawan yang diajak bicara bergeming. Terasa amarah dari setiap langkah yang ia bawa mendekat ke arah Jaemin. Penuh benci, penuh dendam. Seraya darah bertetesan pada tanah colosseum.

"Senang, bisa memandang remeh orang begitu?" ujar si lelaki dengan nada geram, "Apa karena kamu high-tier, jadi bertindak semena-mena begitu?"

Jaemin mengernyit, "Tindakanku yang mana, menandakan semena-mena?"

"Aku bertanding dengan adil. Jika ada yang perlu disalahkan di sini, adalah betapa tidak gesitnya kamu dalam menghindari seranganku. Terlalu percaya pada pedangmu itu bisa membawa malapetaka, kamu tahu?"

"Diamlah!"

Ah, penerimaan secara pahit yang kembali harus ia terima. Heo Hyunjoon merasakan tubuhnya bergetar, darahnya mendidih oleh amarah. 2 orang lain telah gugur, menyisakan dirinya dan si pemuda bersurai coklat tua. Yang sialnya, begitu pintar dalam membaca strategi, pergerakan, bahkan sedikit saja dari isi pikiran Hyunjoon.

Sebenarnya, lelaki bermata tajam itu bertanya-tanya. Bagaimana bisa Jaemin bergerak begitu tepat, bahkan mampu melumpuhkan ruang gerak Lee Felix, menyudutkan Kim Ryuhyun, bahkan membuat Hyunjoon berlumuran darah?

Is it even humanly possible?

Seolah-olah, Jaemin bisa saja membunuh mereka sekarang juga. Tatap itu jelas tanpa belas kasih, berbeda sekali dengan awal pertarungan di mana si pemuda melempar senyum lebar. Dikira Hyunjoon, status quo Jaemin hanyalah keberuntungan. Jelas ia salah besar.

Yang menyebalkan, Jaemin melakukan itu dengan panah dan busurnya. Membawa senjata jarak jauh pada pertarungan jarak dekat adalah gerak terbodoh, bahkan bagi Hyunjoon yang juga seorang pemanah.

Tidak ada yang tahu racun jenis apa yang ada di ujung mata panah milik Jaemin. Dan si pemuda tidak sepemurah itu untuk memberitahu.

Ah, jangan lupakan bagaimana sebelum ia meluncurkan panahnya, mulutnya merapal mantera. Sukses memenjara, dengan rantai huruf yang menyala. Paling tidak itu cara yang ia gunakan untuk melumpuhkan Lee Felix tadi.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang