+43. the little rat makes a sound

6.8K 1.2K 339
                                    

Pendar rembulan yang mengiluminasi celah-celah sanitarium pun menyebar, menyeruak hingga melukis lantai-lantai dan setiap sudut ruangan besar tersebut dengan cahaya biru keemasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pendar rembulan yang mengiluminasi celah-celah sanitarium pun menyebar, menyeruak hingga melukis lantai-lantai dan setiap sudut ruangan besar tersebut dengan cahaya biru keemasan. Hyunae masih bergeming, tatapnya tak luntur terfokus pada manik Hyunjin yang juga sama tak berucap sepatah kata pun. Keduanya tenggelam dalam notasi bisu dan tembok tebal yang secara tak sengaja hadir dan terbangun di antara keduanya. Percakapan itu berganti derit statis yang kemudian bisu hingga pengujung malam.

Hyunae tidak berencana untuk buka suara, sejengkal pun ia tidak ada niat, sewadah payung pun ia tidak memiliki tujuan untuk berbicara lebih lanjut pada Hyunjin.

Rasanya aneh, rasanya seperti dikhianati.

Ditipu, apakah itu kata yang tepat? Akhir-akhir ini Hyunjin terus menyemburkan kalimat-kalimat ambigu. Yang punya kain sutra bagai dusta untuk menutupi maksud di baliknya. Dan Hyunae tidak pernah begitu menyukai sebuah rahasia.

"Apa kamu ada niatan bermalam di sanitarium?" Seperti yang sudah diprediksi, Hyunjinlah yang memulai percakapan. Putra Hades itu menilik dari ekor matanya, tangannya memainkan jam yang Hyunae lihat sudah tidak bekerja. Itu dugaan si putri Athena, sih. Jemari Hyunjin tak berhenti memutar crown jam tersebut bagai komidi putar atau poros bianglala.

"Sepertinya tidak," balas Hyunae sekenanya, kini telah terduduk sepenuhnya.

"Sanitarium kalau malam itu seram." Obrolan Hyunjin begitu ringan tanpa beban, seolah pemuda itu tidak pernah bermaksud atau berniat lebih. Bertindak layaknya teman padahal ia terus-terusan membuat Hyunae mempertanyakan pertemanan mereka.

Apa sebenarnya Hyunjin sedang bermain-main dengannya?

Tidak aneh, 'kan. Seseorang yang berada di singgasana tertinggi sepertinya untuk menganggap orang yang di bawah tangga sebagai pion atau sekadar permainan di matanya. Hyunae hanya tak menyangka Hyunjin akan berbuat dan bersikap seperti demikian. Putra Hades itu ia kenal dengan kesopanan, keanggunan, dan arogansi yang melekat permai di dirinya. Walau pongah, sang putri Athena tak mengantisipasi sebuah racun yang tersembunyi di balik senyum tenang tersebut.

"Tiap sudut akademi ini seram kalau malam," ketus Hyunae, mengingat lorong lenggang Galleria du Apollo yang mirip-mirip dengan film laga bertemakan horror.

"Kamu benar." Hyunjin menelengkan kepalanya, mengalihkan perhatiannya dari mata jam ke wajah Hyunae. "Tapi kamu belum lihat yang benar-benar seram."

"Apa dari dulu cara bicara kamu begini?" Hyunae bertanya dengan intonasi jengkel yang kentara. "Aku tahu kamu menyebalkan, tapi kenapa akhir-akhir ini kamu seolah ingin membuatku takut?"

"Takut?"

"Kamu membuat aku takut." Hyunae menegaskan, dengan sorot mata kuat dan lekat pada manik lawannya. Hyunjin yang ditatap begitu tak berkutik, jemarinya seketika berhenti memainkan jam saku di genggamannya. Rantai dari jam tersebut membunyikan gemerincing, jatuh bebas pada udara.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang