+29. just a little mercy

9.1K 2.2K 598
                                    

okeyyy blessed yang paling banyak di request jadi kalo sampe sepi aku mau pundung pokoknya!!

nggala canda enjoy aja bacanya itung-itung uda kutelantarin dari lama

tapi serius uda lama banget ya apdetnya aku aja lupa kapan terakhir update hshshshsj

anyway, happy reading!













anyway, happy reading!♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin telah terbiasa.

Untuk mengatakan bahwa Jaemin telah biasa menjadi tokoh terbuang, mungkin adalah suatu penghinaan paling keji untuk sang pangeran. Namun, nyatanya Jaemin tak pernah merasakan yang namanya hangat matahari, bahkan ketika nama dewa yang memberkatinya adalah berkaitan dari benda langit paling terang tersebut.

Jaemin tidak pernah merasakan hangatnya direngkuh baskara.











Lahir dengan cemoohan dan kutukan yang tertahan di mulut orang-orang, tumbuh dengan kasih sayang yang hampir fana dan tidak pernah ia dapatkan, hingga hatinya lumpuh, menghitam.

Kadang ia tertawa miris, mungkin Apollo salah memilihnya, salah memberkatinya. Karena nyatanya, yang bersinar hanyalah Jeno dan Jeno seorang. Yang berada di kursi tertinggi dengan mahkota yang bertengger indah di puncak kepalanya adalah Jeno dan hanya Jeno seorang. Jika Jeno diibaratkan dengan cahaya, Jaemin adalah bayangan.

Mentari tak pernah memberkatinya.










Di kastil belakang yang dihalangi oleh kastil utama, di kastil di mana ia dikurung selama 7 tahun pertamanya. Jaemin tak pernah berharap banyak, ia tahu ia tidak diharapkan.

Jadi ketika pertama ia menjajak dunia luar, kali pertama mentari menyinarinya secara langsung, sekejap, di detik itu juga pijar baskara menyinarinya. Di detik itu juga ia diberkati oleh sang dewa.

Tak mengubah sedikit pun takdir menyedihkan yang sudah dituliskan untuknya.

Ia hanya berpikir realistis, tapi Ibunya tak boleh tahu. Biarlah Jaemin memasang topeng dengan senyuman manis dan mata penuh kehangatan. Biarlah Jaemin berlaku ceria dan penuh kasih sayang di saat ia bahkan tak diinginkan.

Jaemin telah terbiasa.















Hingga suatu saat, di mana ia kabur dari penglihatan dayang Ibunya, di mana ia gesit menghindar dari kejaran pelayannya, di mana ia berlarian di kastil utama, berniat menyumpah pada siapapun yang membuatnya sengsara.

Di situ juga irisan malam itu menangkapnya seketika.

Netranya begitu kalem dan bibirnya tak mengulas senyum sedikit pun. Tidak ada tatapan tajam, hanya ada ketenangan khas salju yang perlahan gugur. Ada bebungaan musim dingin di matanya.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang