+49. trust your gut, slit their throat

3.7K 785 98
                                    

happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading!




"Yang Mulia Raja telah menunggu Anda berdua di ruang kerjanya."

Jeno dan Jaemin baru saja tiba di pintu utama istana dan sudah disambut oleh kepala pelayan. Suasananya terlalu tenang, sampai-sampai Jeno dan Jaemin berpandangan dan dapat menyimpulkan bahwa isi pikiran mereka adalah sama. Ada yang tidak beres saat ini. Kedatangan putra mahkota biasanya diumumkan dengan lantang ke segala penjuru negeri, diikuti dengan perayaan megah, baik tertutup ataupun terbuka dengan beberapa kepala keluarga bangsawan. Namun, alih-alih sambutan hangat, yang mereka dapati adalah suasana yang terlalu tenang sampai ke titik hal tersebut mencurigakan.

"Tolong bawakan barang-barangku ke kamar." Jeno memerintahkan pada salah satu pelayan pribadinya. Kepala pelayan yang telah berumur lebih dari setengah abad itu kemudian memberikan salam pada Jeno dan Jaemin, yang dibalas dengan salam santun pula.

"Tolong punyaku juga." Jaemin berujar pada dayang-dayang kastil belakang, yang kemudian dibalas dengan gelengan kepala oleh kepala dayang yang telah menemaninya sejak kecil.

"Untuk sementara ini, demi mempermudah pekerjaan Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Raja, Pangeran Jaemin akan ditempatkan di kastil utama," jawab sang dayang sambil tetap mempertahankan kesantunannya, tapi Jaemin bisa menangkap, ada sedikit getir dalam nada bicaranya.

Benar-benar aneh, ia bahkan baru menginjakkan kaki di sini beberapa detik yang lalu, tapi sudah banyak yang membuatnya bingung juga curiga. Jaemin lalu mengembus napas, tidak mau berdebat. "Baiklah," ujarnya. Tidak menemukan urgensi atau keinginan untuk berdebat di waktu sekarang. "Ibuku?"

"Selir Na tetap berada di kastil belakang."

Jaemin sontak mengerutkan alisnya. Tidak jelas, pikirnya. Ia selalu mengira penempatan ibunya di kastil belakang, bukan kastil timur ataupun kastil barat, adalah karena mereka malu akan kelahiran pangeran kedua yang terlalu dekat jarak umurnya dengan putra mahkota. Mereka bahkan lahir di tahun yang sama. Jaemin juga berspekulasi kalau ibunya diasingkan karena raja tidak menginginkan kehadiran putra kedua, lantas kenapa menaruh Jaemin di kastil utama sekarang tapi tidak dengan ibunya?

Bukannya masa memalukan itu sudah kedaluwarsa?

"... Tidak pernah berubah, ya." Jaemin rasa, untuk ukuran negeri yang begitu makmur dan sejahtera, Amarett begitu tidak adil pada anggota kerajaannya sendiri. Menempatkan ibunya di kastil belakang seolah-olah kehadiran mereka adalah aib ... kerajaan ini tak berubah sedikit pun, bahkan setelah ia memutuskan untuk angkat kaki beberapa tahun yang lalu. "Kalau begitu, aku akan mengunjungi ibuku dulu. Duluanlah kalian dengan Putra Mahkota Lee."

Jaemin pun berlalu, meninggalkan Jeno yang membeku seorang diri dengan rasa tak nyaman yang menggumpal dalam dirinya.

Jaemin pun berlalu, meninggalkan Jeno yang membeku seorang diri dengan rasa tak nyaman yang menggumpal dalam dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang