Jendela tersebut berembun, menandakan udara beku yang tengah merengkuh keseluruhan petak Ellugard. Pagi itu, Hwang Hyunjin tengah membaca koran di perpustakaan. Ia menyempatkan diri untuk pergi ke kotak surat dan menemukan sepucuk surat kabar di dalam lokernya. Tak jelas siapa pengirimnya, si putra Hades kemudian menimbang, si tikus kecil itu ingin aku melihat apa?
Telah terjadi ledakan sihir hitam di sebuah menara sihir.
Manik Hyunjin kemudian menyipit. Ia tidak mendengar hal ini dari Mrs. Hellenah. Namun, ia juga tidak menggantungkan sumber informasinya dari Mrs. Hellenah semata. Ada banyak bidak liar seperti Choi Yeonjun yang mulai berjalan sendiri, ke luar dari skripnya dan ada juga Sang Surya yang belum menunjukkan wujud aslinya.
Ia mengingat titah utama yang diberikan oleh figur wanita dengan wajah penuh keriput, tatap sendu, dan senyum penuh wibawa tersebut. "Aku yakin kamu cukup pintar untuk memahami situasi, Hwang," ucap Mrs. Hellenah kala itu. "Jadi, aku sarankan kamu jaga si bola liar itu agar tidak lepas kendali dan mengacaukan rencana kita. Kim Hyunae ...
Harus kamu jaga bagai barang rapuh."
'Menjaga'.
Bagaimana cara untuk menjaga seseorang?
Si putra Hades yang hampir tak pernah menaruh emosi pada manusia lain, yang menganggap manusia hanyalah makhluk hidup lainnya, atau bahkan sekonyong-konyong adalah figuran bak papan kertas, memahami maksud menjaga yang dikatakan Mrs. Hellenah.
Kalau kamu ingin menjaga seseorang agar aman dan tak terluka oleh dunia luar ...
... mungkin kamu harus menaruhnya di dalam sangkar.
Sangkar emas itu adalah simbol, Hyunjin merasa ironis jika mengingat ia pernah mencemooh benda dengan gelimang menyilaukan tersebut, yang tak ubahnya ia anggap penjara.
Kalau ledakan ini adalah pertanda ....
Si adam Hwang, yang kini tengah menyilangkan kaki dan terlarut dalam pikir gagal membaca situasi sekitar. Ia mulai mempertanyakan caranya mengatur papan catur yang telah ia proyeksikan dengan jarum jam yang terus berdetak di sakunya. Apakah ia memang sudah terlena dengan urusan duniawi, atau memang ia jumawa menganggap bidaknya akan tahu diri?
Jika tidak, kenapa si putra Hera bisa berdiri di depannya saat ini?
"Senior Hyunjin."
Yang terpanggil diam, hanya melirik sedikit sambil menatap lawan bicaranya, gestur menunggu apa yang ingin si adam sampaikan. Koran tadi ia lipat, dan kini dagunya mendongak, mensejajarkan pandangannya dengan Lee Heeseung yang tengah berdiri tegap. Tidak biasanya si putra Hera mendatanginya tanpa Hyunae, di perpustakaan pula.
"Bagaimana cara agar aku bisa menjadi puncak akademi?"
Kedip. Lalu tertutup. Kemudian pandangannya lebih jelas sekarang. Kelopak mata Hyunjin mengerjap lamat kala mendengar pertanyaan yang sebenarnya telah ia ekspektasikan, tapi tetap saja membuatnya merasa ganjil. Eksentrik, lebih tepatnya. Si putra Hades, yang memang tidak punya niatan menjawab pun terdiam, entah karena niatnya menjawab sirna atau memang jawabannya yang tidak ada.
Menjadi puncak akademi?
Heeseung yang menyadari absennya respons dari Hyunjin kemudian mengernyit.
"... Aku bertanya ke Senior Hyunjin karena menurutku tidak ada yang lebih pantas untuk ditanyai begitu selain Senior."
Harga dirinya tinggi. Ia tidak akan mudah diinjak oleh orang lain. Tapi kenapa ia menanyakan ini? Hyunjin mau tidak mau berpikiran, apakah ini rencanamu untuk membelot? Dari Hyunae yang sudah menjadikanmu Ketua Murid, kamu masih ingin posisi yang lebih tinggi lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed
FanfictionYes, Sir. We are certainly and certifically blessed. ☽ / / 00l's fantasy au, SEASON 1 COMPLETED : SEASON 2 ON GOING.