+44. human hearts

6.5K 1.2K 285
                                    

"Apa?" Haechan mendelik, menyentuh anak panah dalam tabung panahannya secara satu per satu, dengan ujung lancip yang bergelimang dengan beku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?" Haechan mendelik, menyentuh anak panah dalam tabung panahannya secara satu per satu, dengan ujung lancip yang bergelimang dengan beku. Mendekati tiga hari terakhir sebelum libur singkat dalam rangka persiapan Festival Panen dan Festival Bulan telah tiba. Waktunya cukup singkat, sebenarnya. Hanya terhitung satu minggu dan itupun biasanya berlalu bagai angin sepoi-sepoi, tak begitu terasa. Beberapa murid menggunakan kesempatan ini untuk melatih apa yang akan mereka tampilkan di festival dan tiap-tiap kelas akan membuka stand dan memeriahkan acara.

Walau punya sistem moving class, setiap siswa dan siswi Ellugard mempunyai satu kelas utama yang biasanya diisi oleh pelajaran pokok seperti Sejarah Blessed atau Mantera dan Sihir. Untuk kelas utama tersebut, Hyunae terpisah dengan Haechan dan Jaemin, tapi satu kelas dengan Seungmin, Jisung, dan Soobin.

Si putri Athena dan si putra Eros tengah berada di salah satu ruang santai sekarang, letaknya di sayap kanan gedung utama Ellugard. Matahari tengah cantik-cantiknya bersinar melalui jendela, menjatuhkan cahayanya pada lantai dengan karpet rajut dan rak-rak kayu yang diisi buku bacaan atau permainan. Ada teko tua di salah satu nakas dan ada bantalan duduk yang disusun menjadi satu dan ditutupi kain di atasnya.

"Aku bilang, kamu ada lihat Jaemin dan Jeno hari ini?" Hyunae mengulang ucapannya sekali lagi, mengayunkan kursi goyang di ruang santai dengan kakinya yang dibalut stoking hitam.

"Kenapa kamu nanyain Jeno juga sama aku?" tanya Haechan balik, alisnya naik sebelah. Ada stiker matahari di pipinya, yang dipasang oleh Jaemin atas dasar iseng saja tadi pagi saat dekor. "Kalau Jaemin, okelah. Tapi Jeno? Hyun, kamu tahu aku lihat dia aja nggak suka."

"Jangan bercanda, Lee Donghyuck. Kamu nggak punya sedikitpun tulang kebencian dalam persendian kamu itu." Hyunae mendengus. Jarinya yang menganggur membuat bola-bola air di atas awang, dibentuk menjadi awan-awan.

Haechan melirik malas bola-bola air yang tidak stabil dan terus meneteskan likuidnya tersebut. Membasahi lantai. Sebenarnya, pemuda Eros itu heran kenapa berkat milik Hyunae begitu tidak stabil. Meledak-ledak. Kata yang tepat untuk berkat milik Hyunae adalah mengejutkan karena air yang ia kuasai dalam genggam itu bukanlah air yang tenang. Mungkin kelihatannya tenang, tapi Haechan tahu betul kalau senyawa cair yang menjadi berkat milik Hyunae tidak sepenuhnya polos tanpa dosa, seperti air sungai tanpa cacat. Tidak.

Berkat Hyunae lebih menyerupai suatu gelembung yang permukaannya tidak rata. Menyesuaikan pada wadahnya lalu membasuh dengan gerak tenang walau tidak ada yang tahu apa yang dikandungnya. Ya, airnya transparan tapi tidak ada yang tahu apa yang pemiliknya rasakan, dan apa yang ia jadikan tujuan.

Mirip dengan kasus di mana Hyunae memecahkan tengkorak saat ujian masuknya dan memadamkan listrik di salah satu bangunan tua. Airnya tidak punya sifat tetap, dan itu mengerikan karena ia jadi tidak bisa diprediksi.

Karena itu, mungkin Haechan mengerti sedikit kenapa ada orang yang menargetkan sahabatnya ini.

"Kamu tahu," ucap Haechan memecah hening. "Kayaknya yang jahilin kamu itu orang iri, iri sama kemampuan kamu."

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang