Blessed

+08. on the battlefield

uwuwuwuuwuwuwuwuwuuwuwuwuwuuwuwuw

Hyunae membuka mata hanya untuk disambut oleh langit-langit dengan lukisan malaikat-malaikat kecil dengan sayap lembut mereka. Terdiam cukup lama juga ia untuk memulihkan tenaga sebelum wangi obat yang menusuk memasuki indera penciumannya. Sanitarium.

Si gadis hawa terdiam, perlahan mulai mendudukkan dirinya sebelum menyadari lengannya yang berbalut perban.

Juga Jaemin yang sedang menggambar di sekumpulan kertas putih tanpa dosa. Matanya menatap fokus hingga bulu matanya yang lentik jatuh pada pandang. Baru Hyunae sadari kalau jaemin setampan itu.

Sadar pergerakan, Jaemin mendongak. Tersenyum manis menatap Hyunae yang menelengkan kepalanya dengan heran.

"Apa yang terjadi ... Jaemin?"

Si alpha meletakkan pensil dan kertas sketsanya pada kursi tua tadi dan menundukkan sedikit punggungnya, mensejajarkan pandangnya dengan Hyunae yang sedang mengerjap. Mencerna keadaan.

"Kamu lolos, tenang saja." ujar Jaemin, "Total 12 batu mulia, kamu lolos. Tinggal satu tes lagi dan kita bisa menjalani 3 tahun bersama."

Hyunae memutar bola matanya dengan malas, "Bukan itu, aku minta penjelasan. Kenapa aku begini—dan kenapa ini kelihatannya luka?" ia berkata sambil menunjuk lengannya.

"Kamu tampaknya kena panah beracun," jelas Jaemin, mengambil tangan Hyunae yang terluka tadi dan mengusapnya pelan. "Lihat, tidak sakit kan? Ia hanya memberi efek lumpuh saja, dan syukurnya, kamu sudah dekat gerbang akademi saat itu."

Janggal.

Tapi Hyunae hanya diam saja, lalu kembali merebahkan dirinya.

"Kapan tes berikutnya dimulai?" tanya Hyunae pada udara, mulai merasa eksistensi Jaemin tidak lagi secerah matahari. Pemuda itu terlihat dikerubungi awan hitam—nampak seperti suasana pemakaman. Ia berduka, entah untuk apa.

Pantaskah Hyunae bertanya? Mereka teman kan?

Namun pertanyaannya hanya tertahan di tenggorokan.

"2 hari lagi," jawab si pemuda matahari tadi, memainkan jemari Hyunae yang sedang menganggur. "Kamu sudah siap?"

Hyunae tersenyum, "Tentu saja—