Blessed

+13. certainly blessed

Hyunae tersentak. Ruangan yang tadinya gelap gelita tadi akhirnya memiliki cahaya. Berasal dari puluhan—atau lebih, lilin-lilin lama. Cairannya meleleh dan apinya berkobar dengan membara.

Gadis dengan helai bagai tinta itu meneguk ludahnya. Apa yang harus ia lakukan di saat seperti ini? Ia tidak salah masuk ruangan, kan? Tapi kenapa semua yang ada di ruangan ini, bahkan hanya udaranya saja membuatnya merinding. Jantungnya bersirene dengan ribut.

"Don't look so blue, dear." si wanita bertudung itu berkata, dengan bibir merah delima bagai dilukis darah legam. Hyunae mengernyit, ada yang mengetuk pintu memorinya. Tapi ia tidak bisa ingat, seolah sebagian memorinya telah terhapus.

"Dear, do you believe in fate?"

Si gadis Kim terdiam. Ingin menjawab, tapi belum keluar ucapnya pun telah dipotong oleh si wanita.

"Karena kalau kamu tidak percaya, semuanya tidak ada gunanya."

Lagi dan lagi Hyunae menghentikan untaian katanya di tenggorokan. Hatinya keruh, dan akhirnya ia menjawab. "Aku percaya."

"Baguslah."

Dan bisa Hyunae rasakan, lilin-lilin tadi semakin membara. Semakin memencar cahayanya, membuat ruangan tersebut tiba-tiba cerah gemilang. Kontras dengan basements gelap dan lembap yang ia lewati tadi. Tapi hati Hyunae masih siaga. Seolah ada yang salah.

"Mungkin bisa kamu temukan takdirmu ..."

Tangan si wanita menengadah, menujukan kukunya pada langit-langit. Dan seketika juga kartu tarot yang tersusun rapi tadi, melayang di udara. Seolah ada tali yang tak kasat mata mengikat mereka. Hyunae membuka mulutnya dalam takjub, ruam panas menjalar di tubuhnya.

".... Atau mungkin juga, bisa kamu temukan malapetaka di ujung jalan."

Brek. Tangan wanita itu mengatup pada meja. Dan seketika kartu-kartu tadi runtuh dari singgasananya. Kembali terpeta rapi di meja dengan permadani beludru di atasnya. Hyunae memandang. Kartu tarot di depannya terlihat sama, tapi intuisinya berkata ada yang berbeda.