Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gema sol sepatu yang beradu dengan lantai marmer itu terdengar, menggaung nyaring dalam kesunyian. Hari belum berganti, entah apa yang membuatnya berjalan dengan lambat sekali. Terdengar riuh-redam murid-murid Ellugard yang tengah mempersiapkan festival dengan antusias. Namun, sang puncak tertinggi akademi, yang namanya diagung-agungkan sejak hari pertama penyematan gelar itu tengah berjalan seorang diri. Menarik diri, seperti kebiasaannya untuk malas terlibat dalam segala suatu interaksi kecuali yang penting.
Hyunjin tak pernah menobatkan dirinya sebagai pangeran es layaknya yang orang-orang bilang, julukan itu memberikan sensasi yang aneh untuknya. Lelaki dengan bintang tunggal di bawah matanya itu hanya ingin hidup dengan cara hidup yang membuatnya nyaman. Dibanding apatis, ia hanya tidak banyak menaruh peduli.
Makanya, di saat orang-orang sibuk bersorak, Hyunjin hanya diam. Ia tahu banyak yang menaruh segan dan takut padanya, akibat gelar terlalu berat yang ia sandang. Rasanya akan sangat aneh mempersiapkan festival dengan tatapan orang yang terus memperhatikan tiap gerak-geriknya.
Jika ada yang akan Hyunjin akui, maka itu adalah sikap observatifnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemuda Hwang melangkahkan tungkai di koridor sunyi, sembari membenarkan arah jarum di jam saku. Memutar crown yang ia pegang searah dengan mata angin, terus begitu layaknya komidi putar yang tak kenal henti.
Sekon kemudian, ia putar abstrak crown tersebut tak tentu arah. Hingga tangan menit dan tangan jamnya berputar absurd, tak beraturan.
Tek. Putaran itu berhenti ketika crown yang semula Hyunjin pegang ia lepaskan. Sekarang jarum menitnya mengarah lurus ke depan.
Arah jam 12, Hyunjin menengadah. Dan yang menyambut penglihatannya adalah raga yang tergeletak tak bergerak di tengah koridor.
Sang putra Hades berhenti total bersamaan dengan maniknya yang membeku layaknya danau Ellugard kala musim dingin. Kurvanya membuka sedikit, tafakur. Ia tak sadar langit tengah menggelap di luar jendela.
