+45. walking the thin line

4.7K 1K 285
                                    

(before you read: kalau boleh, aku mau baca komen yang bener-bener ngomentarin ceritanya, bukan cuman yang berbunyi "akhirnya apdet" "kapan apdet lagi" dan komentar senada. if u can fill the comment section with your comment about the story, that'll boost my energy.♡)

happy reading!





Di ujung dunia pun, aku akan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di ujung dunia pun, aku akan ....

Hyunae tidak mengingat apapun, tidak tahu tepatnya arah mata angin tempatnya berdiri, tidak tahu apa nama tempat ini, atau sedang melewati waktu apa dunia saat ini. Langit yang membentang luas di atasnya dan menggantung begitu perkasa hanya menampilkan warna senada dengan jingga dan merah darah, dihias dengan cahaya tercerai-berai berwarna keunguan. Iluminasi yang diciptakan oleh perpaduan pancarona di atas kepalanya hampir mirip seperti sesuatu yang keluar dari sebuah film, sampai ia sadar ada partikel-partikel kecil laiknya abu yang melayang di udara. Mendera pipinya, mencumbu kulitnya.

Putri sang Athena itu lalu menyadari sekelilingnya, ilalang yang bertebaran di semenanjung jalanan yang terus memburam sejauh matanya memandang, kini terbakar perlahan seraya apinya terus menjilat dan merambat naik menuju udara.

Putri sang Athena itu lalu menyadari sekelilingnya, ilalang yang bertebaran di semenanjung jalanan yang terus memburam sejauh matanya memandang, kini terbakar perlahan seraya apinya terus menjilat dan merambat naik menuju udara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunae tertegun, berusaha mengingat sebenarnya di mana ia sekarang. Namun, seberapa jauh pun ia memaksakan otaknya untuk berpikir atau mungkin mengais informasi, yang ia dapatkan hanyalah hening. Tak terdengar hal apapun selain gelitik suara api yang membakar.

Seberapa keras ia berusaha untuk mencari jawaban, untuk mencari rasionalitas di antara jawaban-jawaban tak masuk akal jika didengar, ia tetap tak menemukannya. Suatu suara pun menjawab pertanyaan, berbisik dalam pikir tapi terasa begitu dekat di ujung telinga. Ujung Dunia, bisiknya, terdengar nada misterius yang dibawa angin.

Di ujung dunia, semuanya terbakar. Semuanya habis dilahap api yang menari dengan hias peri-peri bara api.

Bara api yang melayang itu benar-benar seperti peri kecil yang terbang, atau kunang-kunang. Hyunae bergeming layaknya lonceng yang tak berbunyi sampai bahunya ditepuk oleh suatu entitas lain, dan ia menoleh.

"... Senior Jungwoo?"

Jungwoo tersenyum, membalas panggilannya. Senyum manis yang begitu basah dalam ingatan. Senyum yang telah hinggap di pikirannya sejak hari pertama mereka bertemu tatap di halaman. Tak seorang pun yang pernah Hyunae ceritakan perihal pertemuan, impresi, hingga ambisi yang bertemu kala ujung sepatu mereka terantuk di halaman kala itu.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang